TUBAN | duta.co – Beredarnya broadcast undangan deklarasi Ikatan Alumni GP Ansor (IKA GP Ansor) yang dalam informasi tersebut akan dilangsungkan di surabaya, telah membuat banyak pihak bersuara.
Pimpinan Wilayah Gerakan Pemuda Ansor Jawa Timur melalui Ketuanya Gus Syafiq Syauqi meminta kepada semua pihak untuk tidak membuat gerakan diluar sistem organisasi GP Ansor.
Dalam pernyataannya, Gus Syafiq menilai bahwa gerakan untuk membentuk IKA GP Ansor yang menjadi isu hangat hari ini adalah gerakan yang tidak produktif bagi organisasi, ia menilai saat ini yang dibutuhkan oleh GP Ansor bukan membentuk wadah alumni, tapi revitalisasi peran keumatan dan kebangsaan di tengah surplus anak muda dan tantangan era disrupsi.
“Kita membaca dan menyimak dengan seksama bahwa rencana deklarasi IKA GP Ansor ini telah menjadi isu dan perbincangan keluarga besar Ansor, sangat disayangkan jika kemudian diskursus kita sebagai kader fokus pada hal yang tidak substansial seperti ini. Harusnya diskusi kita dan gagasan kita lebih progressif dan bermutu” Ujar Gus Syafiq.
Terlebih Gus Syafiq juga mendengar informasi bahwa pembentukan IKA GP Ansor itu tujuannya adalah pragmatis dan jangka pendek.
“Kita juga mencari informasi tentang ini, bahwa memang ada informasi dan analisis bahwa IKA GP Ansor ini tujuannya adalah politis menyambut kontestasi 2024. Semoga semuanya kembali pada frame besar bahwa GP Ansor adalah Organisasi Idealis yang membawa misi besar Islam dan Indonesia,” imbuhnya.
Seperti diketahui bahwa rencana deklarasi yang bakal digelar di Parkir Barat Museum NU Kota Surabaya tersebut di luar sepengetahuan dan garis organisasi GP Ansor.
Gus Syafiq berharap kepada siapapun yang hendak melakukan deklarasi itu untuk memgurungkan niat dan kembali kepada tatanan organisasi yang selama ini sudah sangat baik.
“Kepada para penggagas, kami harap ini untuk segera diakhiri, GP Ansor butuh ide gagasan lain untuk kebesaran organisasi, bukan gagasan yang belum lahir saja sudah bikin gaduh dan tidak produktif,” pungkasnya.
Mati Rasa
Sementara Drs Muhammad Said Sutomo, panitia acara yang juga mantan Ketua PC GP Ansor Pasuruan menilai, bahwa, anggapan IKA GP Ansor sebagai langkah pragmatis dan jangka pendek, ini menunjukkan rendahnya literasi anak-anak kita.
“Mereka sudah mati rasa. Bayangkan, sekarang ini konstitusi ketatanegaraan kita sedang porak-poranda. Mereka tidak sadar. Rakyat sudah ‘terpanggang’ oleh kepentingan oligarki. Tahun 2012, Munas Alim Ulama dan Konbes NU sudah memutuskan, bahwa, Indonesia harus kembali ke khittah 1945. Tetapi, faktanya, keputusan penting para masyayikh itu, tidak mereka pedulikan. Mati rasa semua, apakah kita diam?,” tegasnya.
Masih menurut Pak Said, panggilan akrabnya, para alumni GP Ansor ini merasa resah melihat kenyataan seperti itu. Belum lagi kalau kita menyaksikan adik-adik kita, atas nama deradikalisasi, lalu ‘membubarkan’ pengajian yang mereka nilai sesat.
“Ini juga naif sekali. NU itu gudangnya orang alim. Kalau soal wahabi, HTI, radikal-radikul, cukup serahkan kepada santri, beres. Dan, perlu tahu, ikatan alumni ini bukan untuk Pilpres 2024. Kalau tudingannya begitu, ini menandakan betapa kotor pikiran adik-adik kita,” pungkasnya. (sad,zi)
Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry