Dr Moh Mukhrojin, SH SPdi, MSi (kiri) dan KH Toha Abrori Bojonegoro yang terkenal dengan akun Santri Senior. (FT/IST)

SURABAYA | duta.co – Kali ini, dia tidak bisa menolak. Sudah beberapa kali sejumlah kiai minta dia ikut bergabung dan berjuang dalam wadah Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kecamatan Sukolilo, Surabaya,  tetapi, dosen sebuah perguruan tinggi swasta di Surabaya itu, berusaha menolaknya.

“Lama-lama saya berpikir, kok egois sekali. Sementara banyak kiai-kiai sepuh yang tak kenal lelah terus menghidupkan kegiatan MUI. Akhirnya Bismillah, memohon kepada Allah swt. semoga memiliki lebih banyak manfaat bagi umat,” demikian Pengasuh Pondok Pesantren Bismar Al-Mustaqim, Surabaya itu kepada duta.co, Ahad (6/2/22).

Dan, Selasa (25/1/22) bertempat di Aula Kantor Kecamatan Sukolilo, Surabaya, para kiai serta ulama dari beberapa Ormas Islam dalam Musyawarah Cabang (Muscab) MUI Kecamatan Sukolilo, Surabaya, secara aklamasi memilih Dr Mukhrojin sebagai ketua.

“Dia termuda secara usia (35 tahun red.), tetapi secara keilmuan mumpuni. Beliau juga seorang doktor dengan disertasi Implementasi Kebijakan Pengelolaan Zakat dalam Meningkatkan Peran dan Fungsi Kelembagaan Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) di Jawa Timur,”  komentar salah seorang kiai di Surabaya.

Jejak Panjang

Di kampus, namanya sering tertulis  Ustadz Dr Moh Mukhrojin, SH SPdi, MSi. Atau akrab dengan panggilan Gus Khozin. Pria kelahiran Banyuwangi, 22 Nopember 1987 itu, dikenal sebagai keluarga besar nahdliyin, karena orangtuanya juga pemangku  Pondok Pesantren Darus Sholihin Palurejo, Sumbersewu, Muncar Banyuwangi. Bahkan dari jalur ayah, sumber duta.co menjelaskan masih sederet atau keturunan (ke-8) dari Kiai Ageng Muhammad Besari, Tegalsari, Jetis, Ponorogo.

Gus Khozin kecil, jelasnya, sering mendapatkan juara (rangking satu) di kelasnya. Ia tidak hanya sekolah di Madrasah Ibtidaiyah Fathul Ulum di kampunya, tetapi juga tekun belajar ilmu agama kepada ayahnya. Ini yang membuat pengasuh pesantren Bismar Almustaqim Surabaya itu, sejak dini hari sudah moncer menfguasai kitab klasik.

Bersama Gus Miftah

Begitu lulus MI setingkat SD, ia sudah hafal Kitab Mabadi Fiqih  Juz 1,2,3,4 , Fiqih Wadhih Jus 1,2, 3  serta Taqrib atau Fathul Qorib. Setelah lulus Madrasah Ibtidaiyah, ia melanjutkan di Pondok Pesantren Minhajut Thullab Sumberberas Muncar Banyuwangi. Di sini Gus Khozin terasah dan terasuh langsung oleh KH Abdul Malik Luqqoni Mannan. Kebetulan masih famili dari jalur ibu.

Di Pondok Berasan Parasgempal ini, ia masuk MTs Miftahul Mubtadiin pagi hari, malamnya  ikut Madrasah Diniyah Matholiul Anwar Minhajut Thullab. Tidak heran, saat usia SMP ia sudah terlihat jiwa kepemimpinanya.

Saat itu, Gus Khozin didapuk menjadi Ketua Organisasi Santri Intra Sekolah (OSIS). Tak hanya itu, jika hari libur sering diajak para ustadz untuk mengisi pengajian dari mimbar ke mimbar di masyarakat. Ia kemudian terkenal sebagai dai yang masih kecil tetapi, bisa ceramah bahasa jawanya mudah umat pahami.

Bersama teman diskusi di Kampus.

Setelah lulus MTs, tahun 2000, Gus Khozin melanjutkan ke Pondok Pesantren Darussalam Blokagung, Banyuwangi asuhan KH Hisyam Syafaat. Di pondok ini ia mengikuti Ngaji Kitab Ihya’ Ulumuddin karya Imam Ghozali selama setahun. Lalu kembali lagi  ke Pondok  Mbrasan  untuk sekolah di SMK Negeri Darul Ulum Muncar Jurusan Teknik Informatika. Siangnya ia habiskan di Madrasah Diniyah Manbaul Ulum Berasan, asuhan KH Abu Hasan Syadzili Askandar.

Setelah lulus SMK Negeri Darul Ulum, Gus Khozin melanjutkan belajar di Pondok Pesantren An- Nur Sidosermo Surabaya asuhan KH Mas Syamsuddin Zuhri bin KH Mas Busyairi. Kepada alumni Pondok Pesantren Ploso Kediri ini, ia belajar berbagai Kitab salaf diantaranya: At-Tadzhib, Ianatut Thalibin, Hasyiyah Al Bajuri, Hasyiyah As- Showiy, Hadist Al Lu’lu wal Marjan, dan lain sebagainya.

Di sinilah ia mulai mengenal kampus, karena kuliah di STAI Tarbiyatul Ulumi Annahdliyah (TARUNA) Surabaya dalam pimpinan KH Mu’thi Nurhadi dan KH Masjkur Hasjim. Lulus Tahun 2012 di STAI Taruna Surabaya, ia bisa tampil memberi sambutan perwakilan wisudawan. Ini sempat membuat hadirin terkesima dan terharu. Karena keluasan tutur kata dan penguasaan Ilmunya sehingga ia pun bergabung menjadi tenaga kependidikan di almamater tersebut.

“Ketika itu KH Mu’thi Nurhadi menjadi Ketua Umum Jamiyyah Ahlit Thariqah Annahdliyah (Jatman Pusat) Moh Mukhrojin  lalu mendapat tugas sebagai Tim Ahli bidang IT di Kantor Jatma. Dan  ketika KH Masjkur Hasjim menjadi Ketua Jatman Kota Surabaya, ia juga mengemban tugas membantu sebagai sekretarisnya,” jelas sumber duta.co.

Di samping membantu  JATMAN, juga mendapat tugas dari KH Ali Maghfur Syadzili Askandar Pengasuh Pondok Pesantren Manbaul Falah Rungkut Surabaya, ikut aktif dalam musyawarah  Lembaga Bahtsul Masail PCNU Kota Surabaya.

Seiring waktu, ia menikah dengan seorang gadis dari Sidoarjo. Gus Khozin pun bertemua dengan pengusaha asal Banyuwangi yang sudah sukses bidang IT di Surabaya, lalu merintis Pondok Pesantren Bismar Al-Mustaqim di Perumahan Dosen UNTAG Surabaya.

“Ya. Mulai dari sini saya fokus dakwah non-mimbar. Lebih banyak membantu anak yatim dan telantar untuk dapat sekolah dan tinggal bersamanya. Ada banyak anak yatim dan telantar yang sudah terurus oleh pesantren,” jelasnya.

Lembaga ini terus berjuang untuk mengangkat anak yatim. Sampai  mendapatkan legalitas, sehingga Gus Khozin pun sempat mendapat penghargaan Dinas Pemuda dan Olahraga sebagai Pemuda Pelopor Tingkat Kota Surabaya.

Perbedaan dakwah mimbar dan dakwah nonmimbar, katanya, jika mimbar pulang membawa sesuatu, sedang dakwah nonmimbar pulang tidak membawa sesuatu, justru harus mengeluarkan sesuatu seperti sembako atau pun uang tunai. “Tiap hari pikiran ini fokus pemberdayaan anak yatim dan anak-anak telantar,” tegas Gus Khozin kepada duta.co.

Bantu Bangkit

Ada kisah, sutau ketika, Dr Mukhrojin menjadi khatib Idul Adha di sebuah perguruan tinggi swasta. Usai khutbah, malah mendapat tawaran menjadi tenaga Dosen di PT tersebut. Karena belum menempuh S2, maka, ada beasiswa sehingga bisa melanjutkan S2. Hanya dalam waktu 18 bulan, lulus. Beruntung, setelah lulus S2 juga ada lagi beasiswa S3, dan 3 tahun dia lulus dengan nilai cumelaude.

Selain menjadi dosen, terkadang juga melayani advokasi hukum bagi masyarakat. Doktor muda ini juga berjuang memberantas buta baca kitab gundul bersama dengan KH Dawam Mualim, penemu Metode Al Muallim, Santri KH Maimun Zubair, Sarang, Rembang, Jateng. Gus Khozin mengajarkan bagaimana membaca kitab gundul dengan mudah dan menggunakan terjemah dengan bahasa Indonesia.

Sekretaris Umum Forum Penyuluh Agama Islam Kota Surabaya ini, juga aktif menjadi choacing kepenulisan. Banyak dari siswanya yang sudah menghasilkan buku-buku  Fiksi maupun Non Fiksi. Pada pandemi ini, buku yang sudah terbit seperti Wonderful Sakinah, menjawab tantangan keluarga agar menjadi keluarga Sakinah Mawawaddah Warohmah. Terlebih akibat pandemi banyak pasangan yang tidak bisa merawat keluarganya sehingga mengakibatkan perceraian.

Dakwahnya menyasar anak-anak ‘nakal’.

Sebagai Penyuluh Agama Islam dengan Bidang Garap Narkoba dan HIV/ AIDS , Gus Khozin sering berhadapan dengan mantan Pecandu Narkoba  dan Penderita HIV/AIDS yang kemudian taubat dan masuk Islam melalui dakwahnya. Puluhan orang sudah ikrar masuk Islam tanpa paksaan dengan bimbingan Gus Khozin. “Kasihan betul mereka, sekuat tenaga kita harus bantu untuk bangkit. Saya hanya bisa melakukan ini,” katanya merendah.

Selamat dan sukses Gus Khozin, semoga MUI Kecamatan Sukolilo lebih memberikan manfaat kepada umat. Amin. (mky)

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry