Wachid Muin. (FT/IST)

Tidak sedikit pengurus NU dan pedukungnya, menjadi korban buzzer. Hebatnya, mereka tidak sadar. Lihatlah! Bagaimana NU terombang-ambing Pilpres 2019. Setelah tidak ada jatah, ngambek. Menyerang pemerintah. Publik tertawa, menganggap karena ‘kurang bayar’.

Oleh: Wachid Muin*

MALU sebenarnya, membuat tulisan seperti ini. Tetapi, demi perbaikan NU, rasanya wajib untuk disampaikan kepada khalayak nahdliyin. Tidak untuk yang lain.

Catatan kecil ini hanyalah sebuah keprihatinan atas munculnya fenomena baru yang, cukup mengerikan di lingkungan NU. Betapa anak-anak muda NU, khususnya yang merasa menjadi ‘pendukung’ PBNU, kehilangan fatsoen dalam bersikap.

Inilah hebatnya kerja buzzer yang ‘membakar hangus’ generasi muda NU, sehingga hati mereka menjadi ‘gosong’ oleh kepentingan sesaat.

Sebagai nahdliyin, tentu, kita prihatin melihat  ‘isi otak’ anak muda NU seperti Haddi VJB. Tulisannya di media sosial berjudul: Menanggapi Salah Satu Cucu Pendiri NU Yang Katanya “NU Sedang Sakit Keras” Di Acara Yang Didaulat Para Pengurus ” PKS “, cukup membuat kita ‘ngelus dada’.

Tetapi, sebagai warga NU, tentu, kita tidak boleh berhenti dengan ‘ngelus dada’. Harus ada upaya perbaikan. Soal hasil atau tidak, itu domain Allah swt. Tidak perlu muluk-muluk.

Maka, catatan ringan (meluruskan pikiran orang-orang seperti Haddi VJB) ini, sengaja diniati untuk kalangan nahdhiyin yang middle to lower. Sekali lagi, tidak untuk yang lain.

Pertama, Haddi VJB menulis: ‘Jawaban Pertama Adalah “Anda Salah” Tanpa Mengurangi Rasa Hormat Saya Pada Anda Pak Aam (maksudnya H Solachul A’am Wahib red), Justru NU Sedang Bangkit-bangkitnya, NU Menunjukan taringnya saat Para Pengasong Khilafah Ingin masuk ke pemerintahan & parlemen seperti yang tengah dekat bersama Anda yaitu PKS & HTI, Perlu di catat NU sukses menjegal PKS & HTI di panggung politik, sehingga mereka mencoba menjegal & meredam kebangkitan NU lewat orang-orang NU mungkin seperti anda yang mudah di dekati oleh mereka, dan kami juga tau bahwa Anda gagal tenar membuat organisasi “Penganut Khitah NU” bukan?.

Dari sini, kita bisa melihat, betapa anak-anak muda NU banyak yang keblinger oleh buzzer. NU disebut sedang bangkit-bangkitnya. Subhanallah! Mereka ini tidak tahu, tidak sadar, bahwa, NU sedang dipermainkan orang, dijadikan alat politik, dibuat ‘marah’ karena tidak kebagian kursi. Akhirnya kritik pedas NU terhadap pemerintah, belakangan ini, menjadi lelucon publik.

Lalu, lihatlah! NU disebut menunjukkan taringnya (hanya) karena ‘saat Para Pengasong Khilafah Ingin masuk ke pemerintahan & parlemen seperti yang tengah dekat bersama Anda yaitu PKS & HTI…’.

 Dari sini, kita dibuat ‘ngelus dada’. Betapa korban-korban buzzer di kalangan muda NU ‘bergelimpangan’. Bagaimana bisa isu khilafah membuat mereka membabi-buta. Seakan-akan Indonesia akan kiamat dengan khilafah, HTI.

Dibuatlah ancaman, bahwa, khilafah masuk pemerintah, khilafah masuk ke parlemen. Padahal, yang pegang pemerintah siapa? Dia. Yang kuasai parlemen, juga dia. Di sinilah, tidak terasa, otak anak-anak kita, dibuat tumpul.

Kedua, Haddi VJB menulis :Perlu anda ketahui & catat juga pak Aam, tanpa mengurangi rasa hormat & takdzim saya pada Anda, jika anda tidak sejalan dengan kepemimpinan NU saat ini, NU bukanlah organisasi dinasti yang di pimpin secara keturunan turun temurun, setiap Muktamar Ketua PBNU di pilih dari ribuan Ulama NU berbagai Daerah, jika Anda memang memiliki kualitas kepemimpinan jangan seperti Saudara Luthfi Bashori penggagas NU Garis Lurus yang Mendapat 1 suara itupun dari dirinya sendiri lantas memecah belah NU dengan mengaku NU tapi untuk menjatuhkan & melemahkan NU, di Muktamar / pemilihan ketua PBNU semua ulama melihat kualitas sepak terjangnya, jika Anda memiliki kemampuan silahkan mencalonkan, tidak perlu menjual NU di acara PKS yang justru warga NU sudah mengetahuinya bahwa mereka anti NU, selalu Bersebrangan dengan NU, Karna banyak yang menilai & beranggapan mereka adalah keturunan & Regenerasi dari DI / NII.

Mereka sudah keblinger dengan janji-janji politik. (FT/IST)

Betapa minim pengetahuan dia. Dzurriyah muassis NU membentuk KK 26 NU (Komite Khitthah 26 NU) bukan untuk aksi. KK 26 NU itu REAKSI atas banyak hal yang perlu diluruskan. NU itu jam’iyyatu ‘adlin wa amaanin wa ishlaahin wa ihsaanin. Bukan ormas yang menjadi begundal politik, dukung sana, dukung sini. Begitu gagal untung, ngambek.

Dzurriyah muassis NU, tidak butuh jabatan. Siapa pun yang meminpin NU, silakan. Tetapi, begitu NU melenceng dari tujuan awal, maka, dzurriyah muassis NU inilah yang akan menangis duluan.

Ketahuilah! Dzurriyah muassis NU tidak akan membuat NU tandingan. Dan ingat! Anak cucu pendiri NU tidak akan ikhlas, kalau NU dipermainkan, apalagi dijadikan alat politik praktis. NU didirikan untuk kemaslahatan umat, jam’iyyatu ‘adlin wa amaanin wa ishlaahin wa ihsaanin.

Ketiga, Haddi VJB menulis: Pesan kami untuk pak Aam yang kami hormati, jika tidak mendapat panggung rasa nya tidak perlu membuat sebuah kontroversi yang secara tidak sadar memecah belah warga NU seperti halnya NU Garis Lurus yang gagal Mendapat panggung di PBNU.

Ini lebih parah. Gus A’am Wahib, salah satu dzurriyah muassis NU disebutnya ‘secara tidak sadar memecah belah warga NU’. Pemahaman seperti ini, bisa jadi, ditanamkan oleh para buzzer kepada seluruh para pendukung kebijakan NU sekarang. Sehingga hati mereka menjadi mati, tidak mampu melihat fakta NU sebenarnya. Mereka tidak sadar menjadi wayang, dikira dalang.

Siapa pun diserang. Saking sibuknya sampai lupa keburukan yang ada pada dirinya. (FT/IST)

Semoga warga nahdhiyyin tidak termasuk dalam istidrooj, bukan golongan yang disebut dalam Alquran, KHOTAMALLOOHU ‘ALAA QULUWBIHIM WA’ALAA SAM’IHIM WA’ALAA ABSHOIRIHIM GHISYAAWAH… naudzubillaah. (*)

*Wachid Muin adalah salah satu dari keluarga besar Tambakberas, Jombang.

 

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry