Rusdianingseh, M.Kep., Ns.Sp.Kep.Kom
Dosen Keperawatan Komunitas dan Keluarga
PENDIDIKAN pesantren saat ini semakin berkembang di era kemajuan teknologi dan mendapat respon baik dikalangan masyarakat. Hal tersebut terbukti dengan tingginya keinginan masyarakat untuk mengantarkan anak-anaknya menempuh pendidikan di pesantren. Pendidikan pesantren telah tersebar luas di berbagai daerah di seluruh Indonesia, dan keberadaannya mengalami peningkatan setiap tahunnya.
Pondok pesantren dapat menjadi penggerak masyarakat dalam bidang ekonomi dan sosial. Namun peranan pondok pesantren di bidang kesehatan perlu lebih ditingkatkan. Permasalahan kesehatan masih sering terjadi di pondok pesantren, termasuk masalah kurangnya pengetahuan dan keterampilan santriwati menjaga kesehatan reproduksi. Permasalahan kesehatan reproduksi di pondok pesantren perlu mendapat perhatian khusus baik oleh santri, pihak pesantren, masyarakat dan pemerintah.
Masalah kesehatan reproduksi santri remaja perlu mendapatkan perhatian lebih dari berbagai pihak. Pada hakikatnya masalah kesehatan reproduksi tidak hanya soal kehamilan dan kelahiran tetapi menyangkut keseluruhan siklus hidup manusia (Respati, 2012). Khususnya memusatkan perhatian pada kesehatan reproduksi perempuan, karena perempuan memainkan peranan penting terhadap keberlangsungan hidup manusia di masa depan. Pentingnya menaruh perhatian pada kesehatan perempuan dikarenakan perempuan dari segi fisik rentan terhadap resiko munculnya keluhan saat kehamilan dan kelahiran (Triwijati & Andari, 2005).
Perilaku kesehatan reproduksi santriwati yang belum sesuai dengan prinsip kesehatan akan berdampak pada kondisi yang rentan terhadap gangguan kesehatan, perilaku yang kurang bersih juga dapat menciptakan masalah lingkungan dan berpengaruh pada kesehatan diri. Perilaku santri seperti menjemur pakaian di jendela, menjemur pakaian dalam di dalam kamar yang tidak ada ventilasi sehingga pakaian yang basah tidak cepat kering karena tidak ada panas secara langsung dari matahari, menggunakan peralatan mandi dengan bergantian, tidak menjaga kebersihan organ reproduksi saat menstruasi dan sebagainya.
Selain menjaga kesehatan dan kebersihan lingkungan perlu mengoptimalkan tindakan dan praktik dalam menjaga kebersihan diri yakni kebersihan organ reproduksi. Upaya menjaga kebersihan organ reproduksi agar tehindar dari berbagai gangguan kesehatan antara lain gatal-gatal, iritasi, beruntusan dan sebagainya (Utami & Riawati, 2014).
Perawatan kesehatan reproduksi adalah suatu usaha yang dilakukan seseorang untuk mencapai hasil maksimal yang berhubungan dengan sistem dan fungsi reproduksi. Menjaga kesehatan vagina dimulai dari memperhatikan kebersihan diri. Di Indonesia merupakan daerah yang beriklim tropis. Udara panas dan cenderung lembab sering membuat banyak berkeringat, dibagian tubuh yang tertutup dan lipatan-lipatan kulit, seperti di daerah alat kelamin. Kondisi ini menyebabkan mikroorganisme jahat terutama jamur mudah berkembang biak yang akibatnya bisa menimbulkan infeksi. Cara perawatan kesehatan reproduksi pada remaja perempuan antara lain sebagai berikut:
- Penggunaan pakaian dalam dari bahan yang mudah menyerap keringat seperti katun atau kaos, ukurannya sesuai dan bersih
- Penggunaan handuk secara pribadi, tidak bergantian dengan orang lain dan selalu dijemur di bawah sinar matahari setelah penggunaan
- Memotong rambut kemaluan serta menajaga kebersihannya
- Menjaga kesersihan alat kelamin bagian luar, tidak menggunakan cairan pemberisih yang tidak dianjurkan
- Penggunaan pembalut wanita yang tepat saat menstruasi
- Meningkatkan imunitas
Beberapa penelitian sebelumnya menjelaskan bahwa perilaku kesehatan reproduksi yang baik dan benar sangat penting dan harus diterapkan sejak usia dini. Keberagaman budaya yang ada di pondok pesantren, tempat tinggal dalam satu lokasi yang sama dengan banyak santri, perbedaan karakteristik tiap santri dan padatnya jadwal belajar menjadi faktor penting terjadinya masalah kesehatan reproduksi. *
