Dekan FEBTD Unusa, Ubaidillah Zuhdi. DUTA/ist

SURABAYA | duta.co – Menimba ilmu di luar negeri, menjadi dambaan semua orang terutama kaum milenial. Namun, tinggal di negeri orang tidak semudah membalikkan telapak tangan.

Hal itu diungkapkan Dekan Fakultas Ekonomi Bisnis Teknologi Digital (FEBTD), Ubaidillah Zuhdi saat menjadi pembicara dalam The 1st University Forum on International Collaborations and Synergies (UFICS) 2022: Go International Bravely!, Rabu (3/8/2022).

Kegiatan yang digelar secara daring itu, Ubaidillah mengangkat tema The Name of the Option: Go International” dengan fokus utama dari materi yang dibawakan oleh penulis adalah kerugian dan keuntungan hidup di luar negeri.

Info Lebih Lengkap Buka Website Resmi Unusa

Jika dilihat lebih jauh, kata Ubai, go international tidak bisa dipisahkan dari proses menjalani hidup di luar negeri.

Ada beberapa kerugian dari hidup di luar negeri. Salah satunya adalah culture shock when living abroad. Perbedaan budaya adalah sesuatu yang wajar ditemui saat kita berpindah dari satu negara ke negara lain. Level perbedaan budaya ini bisa beragam. Bisa kecil, bisa juga besar.

Menurut Ubaidillah, semakin besar level dari perbedaan budaya yang ditemui, semakin besar pula culture shock yang dialami.

“Semakin cepat kita beradaptasi dengan budaya yang ada di luar negeri, semakin cepat pula kita bisa menikmati kehidupan di luar negeri,” ujarnya.

Poin berikutnya adalah money management abroad. Suka atau tidak suka, pengelolaan finansial memegang kunci penting dalam kesuksesan hidup di luar negeri.

Sebagai contoh, saat proses pencairan beasiswa studi lanjut membutuhkan waktu, maka harus pandai-pandai mengatur pengeluaran bulanan di luar negeri.

“Salah satu hal yang tidak boleh dilupakan dalam hal ini adalah menyisihkan uang untuk keperluan-keperluan mendesak seperti sakit dan tertimpa musibah,” tukasnya.

Di sisi lain, hidup di luar negeri menawarkan berbagai macam keuntungan, salah satu keuntungan adalah communication skills.

Menurut Ubai, kemampuan berkomunikasi dari orang yang hidup di luar negeri lebih bagus jika dibandingkan dengan kondisi pada saat belum hidup di luar negeri. Hal ini terjadi karena orang tersebut “dipaksa” berbicara atau mengeluarkan opini.

Alasan “pemaksaan” ini sudah jelas, yakni agar bisa bertahan hidup di negeri orang. Bayangkan jika orang tersebut enggan berkomunikasi dengan orang lain di negara asing.

Tentunya akan sulit bagi dia untuk melewati kehidupan di luar negeri. Bahkan untuk melakukan proses kehidupan sehari-hari yang mendasar seperti makan pun bisa jadi akan sulit bagi dia jika dia enggan berkomunikasi.

Keuntungan lain dari hidup di luar negeri adalah more travel opportunities. Terkait poin ini, penulis akan menambahkan aspek secara umum akan lebih murah jika dibandingkan dengan berangkat wisata dari negara sendiri.

Karenanya, go international bukanlah hal yang mudah. Butuh perjuangan dalam mencapai dan menjalaninya. ril/hms

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry