Dunia media sosial yang kian massif mendiskreditkan NU. (FT/IST)

SURABAYA | duta.co – Lagi-lagi NU merasa dikadali. Bukan cuma soal Pilpres 2019 dan janji menteri yang menggelinding ke publik, tetapi, janji Menteri Keuangan RI Sri Mulyani terkait gelontoran dana Rp1,5 triliun kredit murah yang, ternyata tinggal janji alias omong kosong. PHP, Pemberi Harapan Palsu.

Hari ini, Kamis (26/12/2019) viral kembali pidato kekecewaan Ketua Umum PBNU, KH Said Aqil Siroj yang diunggah @Mudin Kariyono, Rabu (25/12/2019) kemarin. Isinya kekecewaan PBNU atas janji-janji Menteri Sri Mulyani yang akan memberikan kredit murah melalui PBNU dan sudah tertuang dalam MoU (memorandum of understanding).

“Pernah kita MoU dengan Menteri Sri Mulyani, katanya akan menggelontorkan kredit murah satu setengah triliun (1,5 triliun red.), ila hadzal yaum, ila nahar dza, sampai hari ini, satu peser pun belum terlaksana,” demikian disampaikan KH Said Aqil Siroj (Kiai SAS).

Ada yang memaknai pidato Kiai SAS ini untuk menagih janji pemerintah. Apalagi janji itu merupakan inisiasi Meskeu RI dan sudah diketahui publik. Bahkan menjadi olok-olok yang memalukan warga NU.

Menurut Marsudi Syuhud, Ketua Pengurus Harian Tanfidziyah PBNU kepada CNNIndonesia.com, janji Rp1,5 triliun itu merupakan inisiasi langsung Sri Mulyani untuk membangkitkan ekonomi kecil. Di mana pada periode pertama pemerintahan Joko Widodo, Sri Mulyani bertandang ke kantor PBNU untuk membicarakan MoU tersebut.

“MoU katanya untuk membangkitkan ekonomi kecil, micro finance. Jadi, itu bukan sumbangan untuk menyalurkan kredit terhadap mikro ekonomi kecil karena kekayaan enggak merata, katanya mau begitu. Tapi, enggak jadi juga,” ujar Kiai Marsudi kepada CNNIndonesia.com, Selasa (24/12) malam.

Senada dengan Said, Kiai Marsudi menyatakan tanpa adanya bantuan tersebut kini pihaknya tak bisa memenuhi program muktamar NU bidang ekonomi yang pada intinya membantu masyarakat di luar NU.

“Program muktamar NU kan banyak, intinya bagaimana kalau bidang ekonomi bagaimana masyarakat itu ekonominya tumbuh, gitu lah membantu pemerintah. Membantu masyarakat, membantu bangsa itu bagaimana menggerakkannya. Sekarang akhirnya tetap jalan. Tapi, ya, dari NU untuk NU,” terangnya.

Marsudi melanjutkan pihaknya beberapa kali sempat menagih realisasi kredit tersebut di periode pertama Sri Mulyani kala menjabat sebagai Menteri Keuangan. Namun sampai saat ini, tak ada hasil yang didapat.

“Bagian koperasi-koperasi waktu itu tetap ke sana, tapi enggak ada. Ya sudah. Ke sana waktu-waktu periode kepemimpinan pertama, bukan periode sekarang,” imbuhnya.

“Ya, biar sungguh-sungguh, kan jangan sampai cuma banyak jadi ngomong-omong, enggak ada nyatanya. Kan intinya kita membela masyarakat kecil,” tutupnya.

Karena Kemaruk? Isunya Jadi Liar

Kini, media sosial geger dengan isu Rp1,5 triliun itu. Ada yang sengaja menggorengnya menjadi isu liar. Padahal, nahdliyin tidak menikmati satu peser pun. Nyatanya, warganet sekarang diserbu tagar #NUtanpaSKTdapatdanaAPBN. Tagar itu terus menggelinding. “Sedih rasanya! Ini karena kita kemaruk, sehingga mudah dikadali,” tulis @amr, warganet.

Ada juga yang mengusulkan untuk diusut dan diaudit. Padahal, duit itu sampai detik ini, tidak turun alias tidak ada. Apanya yang mau diusut? Salah seorang nahdliyin menulis, “kasihan NU jadi bln-blnan. Ini semua karena pemimpinnya ceroboh. Gampang ngiler lihat duit. Mudah jadi bamper. Isu Rp1,5 triliun itu rame, di saat pemerintah sedang kewalahan menepis isu Freeport,” tulisnya. (mky)

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry