Kelahiran singa putih, Gisel, menambah koleksi satwa di Taman Safari Prigen. (DUTA.CO/Raffael)

PASURUAN | duta.co – Di masa pandemi Covid-19 kali ini, Taman Safari Prigen (TSP) tetap memelihara satwa baik dari segi pemberian pakan, perawatan hingga pengobatan terutama untuk satwa-satwa yang sedang mengandung dan melahirkan serta berhasil dalam breeding (pengembangbiakan) satwa.

Kelahiran anak singa putih bernama Gisel, menambah koleksi satwa di lingkungan konservasi ini. Saat ini, Gisel ini masih dalam perawatan induknya yaitu Ghost. Bahkan saat ini sudah menginjak usia 2 bulan. Setiap hari, Gisel menyusu langsung ke induknya hingga nanti berusia sekitar satu tahun.

General Manager TSP, Diaz Yonadie, mengatakan, Gisel lahir dengan normal pada 8 April 2020 lalu dengan berat 1,5 kilogram. “Gisel lahir dari dari indukan betina bernama Ghost dan pejantan bernama Kaka. Proses kelahirannya ditangani langsung oleh drh Hanifa Agus Setyawan dan Ponasri, keeper,” ujarnya.

Dalam pemantauan selama hampir 2 bulan ini kondisi bayi dalam keadaan sehat dan dalam pengasuhan induknya. Gisel terus dipantau dan selalu beraktivitas normal. “Untuk perawatan induk betina pasca melahirkan, kita berikan suplemen penambah volume ASI yaitu moloco,” tambah drh Hanifa.

Setiap hari, Gisel menyusu langsung kepada induknya hingga nanti berusia sekitar satu tahun. “Juga diberikan vaksinasi untuk penanganannya. Saat berusia 3 bulan, si bayi Singa Putih ini akan kita lepas ke exhibit untuk berkumpul bersama kelompoknya,” ujar Kurator TSP, drh Ivan Chandra.

Sementara itu, Manager Edukasi TSP, Eko Windarto menuturkan, Gisel yang berjenis kelamin betina ini bisa dikatakan dewasa saat umur 3-4 tahun. “Sedangkan untuk para pejantan berusia 4–5 tahun. Untuk masa kebuntingan singa kurang lebih sekitar 105 hingga 115 hari atau 3,5 bulan,” terang Eko.

Dikatakannya, singa merupakan satwa nocturnal atau aktif di malam hari dan hidupnya berkelompok. Dalam sekawanan singa terdapat satu pemimpin yaitu singa yang berjenis kelamin jantan. Serta memiliki daerah teritorial.”Singa putih merupakan satwa anti mainstream,” sambung dia.

Hal ini karena warna rambutnya. Satwa karnivora tersebut memiliki habitat asli di Timbavati, Afrika Selatan. Ia bukan satwa albino atau satwa yang memiliki kekurangan zat warna kulit. Singa putih justru merupakan hasil mutasi langka yang terjadi pada singa kruger (Panthera leo krugeri).

Mereka banyak ditemui di beberapa konservasi alam liar di Afrika Selatan dan di kebun binatang di seluruh dunia. TSP sebagai lembaga yang fokus pada konservasi, kelahiran satwa merupakan salah satu indikator keberhasilan dalam menyelamatkan dan mencegah satwa-satwa yang terancam punah. (raf)

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry