BOJONEGORO | duta.co – Warganet geger dengan berita zona merah Kabupaten Bojonegoro. Lebih geger lagi, karena berita itu dibumbui kabar hoax yang membuat publik semakin resah.
Dikabarkan, bahwa, ada seorang wartawan yang pisitif corona, lari dari karantina di Surabaya. Nama dan alamatnya, disebut secara lengkap.
“Itu hoax. Fitnah! Masyarakat jangan mudah dibakar dengan berita hoax. Mungkin yang dimaksud itu, suami saya, tetapi, sampai detik ini kami masih dalam perawatan tim dokter. Dan tidak pernah dikarantina di Surabaya,” jelas perempuan tersebut kepada duta.co, Jumat (10/4/2020).
Kabar hoax itu beredar viral di media sosial. Bahkan disebutkan kalau wartawan tersebut malah keliling kampung, cangkrukan, ngopi di warung kopi. Akhirnya ada 20 orang dikarantina. Termasuk tukang ojek.
“Berita ini sangat tidak benar. Karena itu, masyarakat harus diedukasi agar tidak mudah menelan kabar bohong,” tambahnya.
Yang benar, memang, ada salah seorang wartawan dari Bojonegoro yang bertugas di Surabaya, dan kini sedang sakit. Sabtu (4/4/2020) kemarin memutuskan pulang ke Bojonegoro. Setelah kontrol ke dokter di Puskesmas, dua hari panasnya tidak turun, ditambah ada sesak. Akhirnya dibawa ke RSUD Bojonegoro.
Dosa Besar Tolak Korban Covid-19
Sekarang, memang, dalam tahap isolasi, pengawasan, kondisinya baik-baik saja. Sementara hasil labnya belum keluar. Menurut dokter yang menangani, 4 hari setelah diperiksa, baru keluar. “Mohon doanya, semoga semua baik-baik saja. Kepada masyarakat jangan mudah terfitnah,” tegasnya.
Kejamnya media sosial ini, pernah dibahas dalam diskusi online Komite Khitthah Nahdlatul Ulama 1926 (KKNU26). Bahwa, kini, kondisi masyarakat sedang sakit. Mudah dibakar dengan berita hoax. Akhirnya dengan mudah menolak pasien Covid-19.
“Padahal mereka ini korban. Dan dalam agama, melawan wabah penyakit, itu hukumnya syahid. Kalau ada masyarakat yang menolak, maka, mereka itu dosa besar, dosa berlipat. Ini yang harus disadarkan kepada khalayak,” jelas Prof Dr Rochmat Wahab, mantan Ketua PWNU Yogyakarta. (rno)
