SURABAYA | duta.co – Trend sebaran kasus covid-19 di Jawa Timur pada Kamis (28/5/2020) masih fluktuatif dengan penurunan yang sedikit yakni 14 kasus (159 kasus) dibanding hari sebelumnya 173 kasus baru yang terkonfirmasi positif covid-19.

Tak ayal, selama dua hari berturut-turut provinsi ujung timur Pulau Jawa ini memecahkan rekor nasional yang ke 9 kalinya untuk penambahan jumlah kasus baru positif covid-19 tertinggi di Indonesia.

“Sore tadi dilaporkan ada tambahan 159 kasus baru yang terkonfirmasi positif covid-19, sehingga hari ini total di Jawa Timur  ada 4.271 kasus poitif covid-19,” kata Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa saat memimpin rilis update perkembangan covid-19 di Jatim, di gedung negara Grahadi Surabaya, Kamis (28/5/2020) malam.

Dari jumlah 4.271 itu, lanjut Khofifah, sebanyak 570 orang (13,35%) sudah dinyatakan sembuh. Lalu 3.344 orang (78,06%) masih dirawat dan sebanyak 348 orang (8,15%) yang meninggal dunia.

“Kita bersyukur hari ini pasien yang terkonversi negatif atau sembuh bertambah 23 orang. Namun kita juga berduka karena yang meninggal bertambah 11 orang. Diantaranya, 2 dari Gresik, 3 dari Sidoarjo, 1 dari Kab Malang, 1 dari Kab Sampang, 1 dari Sidoarjo, 1 dari Bojonegoro dan 2 dari Surabaya,” jelas Khofifah.

Vaksin Belum Ada

Melihat realitas seperti itu, orang nomor satu di Pemprov Jatim ini tak henti-hentinya meminta tolong kepada awak media supaya menyampaikan kepada seluruh masyarakat Jawa Timur bahwa angka orang yang tertular Covid-19 mengalami peningkatakan terus-menerus. Padahal obat anti virusnya (vaksin) belum ditemukan.

“Vaksinnya  belum ada, maka kedisiplinan kita itulah vaksinnya. Kepatuhan kita itulah vaksinnya. Pola hidup Bersih dan Sehat (PHBS) itulah vaksinnya. Hal-hal seperti ini saya minta tolong teman-teman juga tidak henti-hentinya menyampaikan pesan  ini ke seluruh masyarakat,” pinta Ketum PP Muslimat NU ini.

Diakui Khofifah, penambahan kasus baru positif covid-19 masih didominasi wilayah Surabaya Raya yang menjadi episentrum sebaran covid-19 di Jatim. Surabaya hari ini bertambah 84, Sidoarjo 35, Situbondo 8, Sambang 6, Jember 5, Magetan 4, Sumenep 4, Geesik 3, Bangkalan 3, Kab Mojokerto 1, Kab Kediri 1, Jombang 1, Banyuwangi 1, Lamongan 1, Kab Malang 1, dan Bojonegoro 1.

“Sebaran kasus covid-19 di Jatim, prosentase terbesar ada di wilayah Surabaya Raya mencapai 71.87 %. Rinciannya, Kota Surabaya 54,09 % atau setara 2.313 kasus, Kab Sidoarjo 14,11 % setara dengan 600 kasus dan Kab Gresik 3,67 % setara 156 kasus. Sedangkan wilayah Malang Raya prosentase totalnya hanya sebesar 3,01 % setara dengan 128 kasus  positif covid-19,” bebernya.

Mantan Mensos RI ini juga membebarkan data update recovery rate kota-kota besar di Indonesia, dimana yang tertinggi adalah Kota Semarang mencapai 64,1%, disusul Kota Makassar 48,8 %, Kota Tanggerang 46,4%, Kota Medan 29,6%, Kota Jakarta usat 18,3%, Kota Bandung 18,2%, Kota Palembang 12,3% dan yang terendah Kota Surabaya 8,8%.

“Oleh karena itu mari kita berikhtiar bersama-sama  membangun sinergitas diantara kita dan kita juga mendapat support dari pusat untuk memaksimalkan upaya penanggulangan covid-19 serta bisa memberikan layakan terbaik kepada masyarakat,” harap gubernur perempuan pertama di Jatim.

Sementara untuk kasus PDP (Pasien Dalam Pengawasan), kata Khofifah hari ini bertambah 131 kasus baru sehingga akumulasinya menjadi 6.203 di seluruh Jatim. “Dari jumlah tersebut, sebanyak 2.930 orang masih diawasi, 2.682 orang sudah tidak diawasi dan 591 orang lainnya meninggal dunia,”  ujarnya.

Selanjutnya untuk kasus ODP (Orang Dalam Pemantauan) bertambah 184 kasus baru sehingga total menjadi 24.274 kasus ODP di Jatim. “Dari jumlah tersebut, sebanyak 3.985 orang masih dipantau, 19.820 orang sudah tidak dipantau dan 100 orang yang meninggal dunia,” tambah Khofifah.

Sudah 125 Tenaga Medis Terinfeksi

Masih di tempat yang sama, ketua gugus kuratif Satgas Covid-19 Jati, dr Joni Wahyuhadi menegaskan bahwa tingkat kunjungan pasien rawat jalan di RSUD dr Soetomo Surabaya menurun drastis paska pandemi covid-19. Pasalnya, banyak pasien lain yang khawatir nantinya bisa tertular covid-19 jika mendatangi rumah sakit yang menjadi rujukan pasien covid-19.

“Tiap hari sebelum pandemi covid-19 itu ruang kemotologi tak pernah sepi bahkan harus mengantri pasien yang hendak dikemo. Tapi sekarang hampir tak ada sama sekali. Saya tak bisa membayangkan bagaimana penderitaan  pasien kemo itu jika mereka tak rutin menjalankan kemo sesuai anjuran dokter,” ungkap pria yang juga Dirut RSUD dr Soetomo ini.

Di sisi lain, jumlah pasien covid-19 yang membutuhkan pelayanan justru terus meningkat sehingga pihaknya melakukan reassesment ruangan dan kamar minimal setiap harinya harus menyiapkan 10 bed baru untuk pasien covid-19. Padahal dalam 2 bulan ini pihaknya sudah meningkatkan ruang intensif untuk pasien covid-19 dari 44 bed menjadi 153 bed tapi masih kurang.

“Walaupun kapasitan RSUD dr Soetomo itu memiliki 1.400 bed yang tersedia, tapi tidak mungkin kesemuanya hanya untuk pasien covid-19. Sebab berapapun sarana dan prasarana kesehatan yang tersedia tak akan bisa mencukupi kalau hulunya covid-19 itu masih mengalir deras. Makanya vektor (pembawa) virus itu yakni manusianya harus dipisahkan yang sehat dan tidak sehat melalui isolasi dan pembatasan,” beber dr Joni.

“Kasihanilah para tenaga kesehatan yang ada diganda depan merawat pasien covid-19. Mereka juga manusia yang bisa terinfeksi covid-19 walaupun sudah hati-hati dan menggunakan APD saat memberikan layanan kesehatan di rumah sakit. Tapi saat di luar rumah sakit bisa saja tertular. Hingga saat ini sudah ada 125 tenaga kesehatan yang terinfeksi covid-19,” tambah dr Kohar Haris Santoso ketua gugus tracing Satgas Covid-19 Jatim. (ud)

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry