PRODUK KOPI: Presiden Republik Kopi  Amin Said Husni saat mempromosikan Produk unggulan Kabupaten Bondowoso kepada investor AS dengan meminum kopi khas bondowoso di Cafe Pendopo kemarin. (duta/haryono)

BONDOWOSO  | duta.co -Kabupaten Bondowoso yang dikenal dengan julukan Bondowoso Republik Kopi (BRK) semakin hari semakin di kenal di kancah internasional, Bahkan, salah satu destinasi wisata di Kabupaten penghasil Kopi Arabika terbaik ini, merupakan inisiasi warga untuk membuka Kampung Kopi di sepanjang Jalan Pelita, Kelurahan Tamansari Kecamatan Bondowoso.

Yang awalnya, kondisi di Jalan Pelita sangat sepi, padahal jalan tersebut berada di tengah- tengah kota Bondowoso. Namun, kini kondisinya berubah sangat drastis, perekonomian semakin tumbuh, hal ini terlihat dari semakin banyak munculnya warung- warung kopi yang didirikan oleh warga secara mandiri. Bahkan, sejak awal tahun 2018 lalu, warga yang berada di sepanjang jalan itu, mendeklarasikan sebagai kampung kopi.

“Terbentuknya kampong kopi merupakan ikhtiar warga sendiri, kami melihat ada potensi besar yang dimiliki bondowoso, yakni Kopi Arabika. Kami pun berembuk dengan warga dan memutuskan untuk membuka warung- warung kopi di sepanjang Jalan Pelita,” kata Heru Sukamto, Ketua Paguyuban Warung Kopi Jalan Pelita, kemarin.

Heru menceritakan, awalnya hanya ada sekitar 12 warung kopi yang berdiri, namun lambat laun jumlahnya bertambah semakin banyak. “Alhamdulillah, saat ini jumlahnya sudah mencapai 30 warung,” paparnya.

Menurutnya, ide menjadikan Jalan Pelita sebagai kampung kopi merupakan usulan warga, yang tergerak ingin mempromosikan wisata Bondowoso kepada masyarakat luas.

“Kami sadar bahwa tugas mempromosikan wisata bukan hanya tanggung jawab pemerintah, tetapi masyarakat juga harus memiliki andil. Sebab, jika daerahnya semakin dikenal, tentu akan berdampak terhadap perkembangan ekonomi masyarakat, termasuk kami,” ucapnya.

Maka dari itu, lanjut Heru, barang- barang yang dijual di kampung kopi produk asli Bondowoso. “Seperti Kopi Arabika Java Ijen Raung, lalu tape, cemilan, souvenir, dan beragam produk asli dari Bondowoso,” katanya.

Nurus Syamsi, pemilik warung Tjap Daoen, mengaku sangat bersyukur dengan penetapan Jalan Pelita sebagai kampung kopi. “Dulu disini sangat sepi, sekarang Alhamdulillah perekonomian mulai bergerak, karena adanya kampung kopi ini,” katanya.

Awalnya, lanjut Syamsi, warung miliknya sepi dari pengunjung, namun saat ini, semakin hari semakin ramai.

“Alhamdulillah sekarang pengunjungnya bukan hanya dari Bondowoso saja, tetapi juga dari wisatawan baik asing maupun dalam negeri,” ungkapnya.

Syamsi berharap kepada pemerintah daerah, keberadaan kampung kopi seperti di Jalan Pelita, terus semakin dikembangkan. “Masyarakat harus didorong, harus dimotivasi, berikan pencerahan, sehingga mereka juga memiliki kesadaran bahwa sektor pariwisata semakin lama semakin menjanjikan,” pintanya.

Sementara, Plt Sekda Bondowoso, Karna Suswandi, membenarkan jika kampung kopi di Jalan Pelita, merupakan inisiasi warga setempat.

“Kami cukup senang, karena klaster kopi yang dikembangkan oleh Bapak Bupati di lereng Gunung Ijen dan Raung, tidak hanya dijual dalam bentuk mentah, tetapi dapat dimanfaatkan secara maksimal oleh masyarakat, dengan dijual dalam bentuk minuman,” katanya.

Munculnya kampung kopi tersebut, kata Karna, menunjukkan bahwa potensi kopi yang dimiliki Bondowoso, bukan hanya dinikmati oleh petaninya saja, tetapi masyarakat juga menikmati. “Artinya Industri hilirnya juga berkembang, ini buktinya,” katanya.

Untuk itu, kedepan Pemkab Bondowoso akan berupaya semaksimal mungkin agar industri kopi di Bondowoso semakin berkembang, sehingga akan berdampak kepada perekonomian masyarakat. “Kita tidak berhenti disini saja, kita terus kembangkan,” pungkas (yon)