Mukhlas Syarkun (FT/IST)

SURABAYA | duta.co – Belakangan banyak orang merasa sudah seperti Gus Dur panggilan akrab KH Abdurrahman Wahid. Atau setidaknya paling layak meneruskan perjuangan Gus Dur.

“Untuk menimbang orang seperti itu, ternyata gampang. Pakai rumusnya almaghufrlah KH Hasyim Muzadi,” demikian Mukhlas Syarkun penulis buku ‘Ensiklopedi KH Abdurrahman Wahid’ kepada duta.co, Rabu (22/12/21).

Lelaki kelahiran Lamongan, menyelesaikan studi S-2nya di Malasyaia ini, menyebut tiga ukuran yang harus melekat kepada Gusdurian. “Ketiganya adalah Manhaji, Falsafi dan Tashowufi. Menurut Kiai Hasyim Muzadi cukup melihat tiga hal ini, apakah dia memang seperti Gus Dura tau tidak?” jelasnya.

Menurut Kang Mukhlas, panggilan akrabnya, almaghfurlah KH Hasyim Muzadi sangat teliti memotret sosok Gus Dur.  Dari soal fiqih lebih ke manhaji, memahami syariah ke falsafi dan sikap prilaku kehidupan sangat tashowufi.

Jauh Panggang

Pertama, manhaji artinya dalam domain fiqih beliau tidak hanya madzhab qouli tapi juga bermadzhab manhaji. Karena itu pemikiran beliau progresif, dinamis dapat menjawab tantangan zaman. Ketika menjadi Ketua Umum PBNU, Gus Dur mengakomodir madzhab manhaji ini,” tegasnya.

Kedua, lanjutnya, berkaitan tentang falsafi dapat dilihat dalam missi perjuangan Gus Dur yang berbasis pada maqashid syariah. Karena itu beliau begitu perhatian pada soal soal kemanusiaan, demokrasi, toleransi dan perdamian.

“Ketiga, soal tasawuf dapat kita lihat dari kehidupan Gus Dur yang zuhud, sederhana dan lapang dada. Kriteria ketiga ini, mudah terbaca. Dengan jelas kita saksikan, apa ada (sikap sederhana) itu menempel pada orang-orang yang mengkalim dirinya seperti Gus Dur. Padahal, itulah yang membuat Gus Dur dikenang sepanjang masa yang patut diteladani,” terangnya.

Jadi? “Sekarang ini banyak orang rame-rame merasa seolah-olah reinkernasi Gus Dur, tapi kenyataanya jauh panggang dari api. Gayanya saja kayak konglomerat,” pungkasnya. (mky)

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry