Prof Siti Maghfirotul Amin, Guru Besar FKIP Unusa. DUTA/ist

Pidato Pengukuhan Prof Siti Maghfirotul Amin

SURABAYA | duta.co – Matematika menjadi salah satu pelajaran yang tidak disukai peserta didik. Padahal, matematika, salah satu pembelajaran yang sangat penting dan harus dikuasi semua anak termasuk di Indonesia.

Karena itu, dalam pidato pengukuhan sebagai guru besar bidang matematika di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Univesitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa), Prof Siti Maghfirotul Amin menyoroti masalah ketidaksukaan anak pada pelajaran matematika ini.

Prof Amin, begitu biasa perempuan kelahiran Ngawi, 31 Mei 1950 ini disapa, ketidaksukaan anak pada pelajaran matematika karena tidak dikaitkan dengan kehidupan sehari- hari peserta didik.

Info Lebih Lengkap Buka Website Resmi Unusa

Berdasarkan pengamatan Prof Amin di berbagai sekolah dan di kegiatan Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) mahasiswa Pendidikan Profesi Guru (PPG) Dalam Jabatan (Daljab), seringkali guru melakukan pengisolasian terhadap peserta didik, ketika mereka belajar matematika.

“Saat mengajar matematika guru sangat jarang, kalau tidak mau dikatakan tidak pernah, mengakaitkannya dengan kehidupan sehari-hari siswa,” ujarnya.

Guru, pada umumnya, mengajar matematika dengan langkah menjelaskan pengetahuan faktual, pengetahuan prosedural, atau pengetahuan konseptual.

Guru memberi contoh soal lengkap dengan penyelesaiannya, memberi soal yang serupa dengan contoh, biasanya hanya mengganti bilangannya dan jika memungkinkan memberi soal cerita.

Dengan langkah pembelajaran seperti itu, peserta didik hanya melakukan matematisasi vertikal dan tidak mungkin bisa mencapai Tujuan Pendidikan Nasional.

 Matematisasi vertikal berkaitan dengan proses pengorganisasian kembali pengetahuan yang telah diperoleh ke simbol matematika yang lebih abstrak, hingga siswa sampai pada pengetahuan matematika formal.

Dalam Matematika, Treffers (1991) memformulasikan adanya dua jenis matematisasi, yaitu matematisasi horisontal dan vertikal. Matematisasi horisontal merupakan matematisasi masalah nyata yang berkaitan dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa sebelumnya atau hal-hal yang dapat dipahami atau dibayangkan siswa.

“Dengan matematisasi horisontal siswa memeroleh model matematika informal. Pada pembelajaran seperti yang diuraikan di awal tulisan ini, peserta didik tidak mengalami matematisasi horizontal, sedangkan matematisasi vertikal dialami peserta didik ketika mereka menyelesaikan soal cerita yang terkait dengan suatu topik matematika. Kegiatan lainnya hanya kegiatan yang bersifat mekanistik, dengan jurus ….wis pokokem” jelasnya.

Yang lebih baik kata Prof Amin adalah menerapkan Konsep Matematika Realistik. Ini merupakan pendekatan pembelajaran matematika yang menyeimbangkan matematisasi horisontal dan vertikal.

“Bagaimana membuat anak senang belajar matematika dengan pendekatan khusus. Ini dikembangkan dengan menyesuaikan situasi dan kondisi budaya Indonesia terutama dikaiitkan dengan kebiasaan anak-anak sehari-hari,” tukasnya. ril/end

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry