Durrul Izza Alfatawi, Ketua Komite Tetap Bidang Pertanian Kadin Jatim (kanan) saat hadir di lahan milik para petani milenial. DUTA/ist

SURABAYA | duta.co –  Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Jawa Timur berkomitmen mendorong peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM) di sektor pertanian, khususnya untuk petani milenial melalui pendampingan dan transformasi keilmuan. Langkah tersebut dinilai penting mengingat mereka adalah masa depan pertanian Indonesia.

Ketua Komite Tetap Bidang Pertanian Kadin Jatim Durrul Izza Alfatawi mengatakan salah satu yang menjadi fokus stakeholder di Jatim, termasuk Kadin Jatim adalah peningkatan kapasitas dan kualitas petani milenial, karena secara pemahaman mereka masih kurang, baik dari sisi hulu maupun hilir.

Durrul Izza yang berbicara dalam  Rapat Sinkronisasi dan Sinergitas Pengembangan Petani Millenial di Jawa Timur, Selasa (20/12/2022) mengatakan untuk melakukan pendampingan, diperlukan data yang akurat seputar petani milenial. Tentang berapa jumlahnya di seluruh Jatim, apakah mereka bergerak di sektor hulu atau hilir, hingga usaha yang digeluti apakah masih baru ataukah sudah berkembang. “Kita butuh data itu agar bisa melakukan pendampingan,” terang Izza, panggilan akrab Durrul Izza Alfatawi.

Data tersebut akan menjadi pijakan dalam menyiapkan mereka untuk menjadi bagian dari ekosistem pertanian Jatim yang kuat. Sebab sejauh ini masih banyak yang yang harus dibenahi, termasuk sinergi ekosistem yang masih belum sepenuhnya terjalin. Sinergi ini menjadi keniscayaan karena perbaikan harus dilakukan mulai dari hulu hingga hilir. Tidak hanya off farm, dari segi on farm juga harus ada perbaikan dan peningkatan.

“Kalau sudah ada data petani milenial, sinergi ini akan menjadi lebih terarah. Siapa yang bergerak membantu melakukan pendampingan di sektor hulu dan siapa yang bergerak melakukan pendampingan di sektor hilir, sehingga bisa bergerak bersama membentuk ekosistem pertanian yang sehat dan terarah,” ujarnya.

Dan Kadin Jatim disini akan lebih berkonsentrasi pada pendampingan petani milenial di sektor hilir dan pasca panen, mulai dari bagaimana mengolah menjadi komoditas yang bernilai jual tinggi, melakukan kurasi produk serta pemasaran produk atau membuka jaringan.

“Kita kurasi produk mereka untuk mengetahui sejauh mana produk ini bisa dipasarkan, apakah masih di level pasar tradisional, ataukah sudah bisa masuk pasar modern atau bahkan sudah bisa masuk pasar ekspor karena pasar itu butuh kuantitas, kontinuitas dan kualitas. Dan Kadin punya Rumah Kurasi, juga ada Export Center Surabaya untuk menjembatani masuk pasar luar negeri,” terangnya.

Agar produk pertanian yang dimiliki para milenial ini bisa lenih dikenal, maka haris ada forum bisnis untuk mempertemukan mereka dengan pengusaha, baik dalam maupun kuar negeri.

“Dari semua hal tersebut, terakhir yang saya katakan adalah kita butuh grand desain bersama. Ketika Jatim sudah menjadi pasar potensial bagi produsen, baik dari dalam negeri maupun luar negeri, maka apakah Jatim hanya jadi penonton ataukah pengisi. Kalau jadi pengisi ya harus disiapkan petani milenialnya agar mampu bersaing,” pungkasnya. ril/end

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry