SURABAYA | duta.co – Memasuki tahun kelima, Lomba Baca Kitab Kuning (LBKK) besutan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) semakin menarik. Menggebrak jagat santri. Bukan saja jumlah pesertanya yang membludak, kualitas pesertanya juga semakin hebat.

“Kini memasuki tingkat nasional, peserta menghadapi juri yang luar biasa. Tiga juri itu adalah KH Syuhada’ Syarkun, SAg MHI, beliau santri Tebuireng, Jombang. Kedua, KH Dr Muslih Abdul Karim MA Al-Hafidz, alumni santri Langitan. Ketiga, KH Dr Ali Akhmadi, alumni PP Raudlatul Ulum Pati, Jawa Tengah. Beliau-beliau ini alumni pesantren besar yang sudah tidak asing bagi peserta,” jelas Imam Budi Utomo, panitai LBKK di tingkat Provinsi Jawa Timur kepada duta.co, Senin (6/12/21).

Menurut mantan Ketua PAC GP Ansor, Jambangan, Surabaya, ini membuat peserta harus memacu penguasaannya terhadap kitab Fathul Mu’in yang dilombakan. “Seperti berlangsung di tingkat provinsi, peserta harus menjawab pertanyaan juri dengan detail. Bukan sekedar halamannya yang diacak, tetapi, maksud kalimat per-kalimat dalam kitab tersebut harus paham, betul-betul terkuasai,” jelasnya.

Ia kemudian menceritakan bagaimana salah seorang peserta (Banten) yang, sampai hafal Kitab Fathul Mu’in. Hebatnya lagi bukan hanya hafal membaca teksnya, tetapi juga paham mafhum mukholafah’ alias pemahaman terbalik. “Ini tidak mudah. Saya salut dengan peserta dari Banten yang sampai hafal di luar kepala,” tegasnya.

Lebih terenyuh lagi, jelasnya, peserta yang sampai hafal ini, memang ingin merebut juara satu. Karena hadiahnya umroh. Ada kepingin kuat, hadiah itu untuk orangtuanya, alasannya belum mampu bekerja, belum bisa memberangkat (umroh) dengan uang sendiri.

“Dan, betul, akhirnya dia menang. Panitia membolehkan hadiah untuk orangtua. Berangkatlah orangtua ke tanah suci atas LBKK PKS. Tetapi, karena anggota dewan PKS di daerah tersebut ikut terenyuh, akhirnya urunan. Alhamdulillah, peserta itu pun bisa ber-umroh bersama orangtua. Luar biasa, begitu semangat kekeluargaan kita,” pungkasnya. (mky)