PONOROGO – Kehadiran wakil Presiden RI ke Jusuf Kalla (JK) , Kamis (3/10/2019) disambut meriah oleh masyarakat Ponorogo dan santri Pondok Modern Darusallam Gontor ( PMDG) Ponorogo. Kehadiran JK kali ini untuk meresmikan Gedung Pusat Studi Ekonomi Islam UNIDA Gontor atau Center of Islamic Economic Studies (CIES) dan menara masjid Jami’ di komplek PMDG Ponorogo.

Dalam kesempatan itu JK yang didampingi oleh Menteri Kominfo Rudiantara dan gubernur Jatim Khofifah Indar Parwansa, menyampaikan ucapan terima kasih kepada PMDG. JK juga merasa bersyukur karena keberadaan PMDG terus berkembang dan meluas. Ini dubuktikan dengan makin banyakanya gedung yang dibangun dan bertambah banyakanya jumlah santri hingga 26 ribu santri PMDG. Pembangunan pusat study ekonomi di Unida yang diresmikan hari itu, diakuki JK untuk mengimbangi pesatnya pertumbuhan ekonomi syariah di Indonesia.

“Sekarang dengan tehnologi orang bisa bekerja. Kalau makan enak, istri harus pandai menelpon untuk pesan makan. Dalam kesempatan ini saya merasa, tiap kali kemajuan-kemajuan. Hari ini banyak kemajuan , santri yang banyak, gedung yang banyak. Karena itulah motivatasi dengan baik. Modernisasi bagian yang harus dimanfaatkan .Modernisasi bisa positif dan negativ. Tehnologi bisa juga sebabkan kerusuhan. Maka dalam kesempatan ini berterima kasih, bersyukur,” kata JK di hadapan ratusan undangan dan ribuan santri, di aula PMDG.

Menurut JK, bebicara ekonomi syariah, tentu kita bicara dengan muamalah. Muamalah kan sederhana selama tidak tidak haram tidak dilarang. “Kalau persulit ekonomi syariah, tentu kita juga yang sulit. Pokok itu bukan haram pasti syariah.  Tapi selama tidak haram dia syariah. Karena kalau semua kita persulit ekonomi syariah, maka kita sendiri peruslit kehidupan kita sendiri. Itu bagian  dari upaya kita untuk memajukan ekonomi,” imbuhnya.

JK juga menegaskan yang harus disyukuri saat ini adalah ekonomi di Indonesia beserta kemajuannya. Menurutnya, bila dibanding dengan negara-negara Islam di Timur Tengah yang hancur ekonominya. Dia mencontohkan negara-negara pemilik minyak dan gas seperti Afganistan, Iraq ,India, Arab Saudi dan lainnya saat ini dalm kondisi makin menurun ekonominya . Hal ini karena menurunnya produksi minyak dan gas yang mereka miliki. Hal ini karena adanya konflik dan penghamburan enegri dan sumber daya manusia.

“Kita bersyukur dewasa ini Negara-negara islam malah mengalami begitu banyak konflik, penghamburan enegri dan sdm. Indonesia yang juga menghasilkan minyak memang mengalami penurunan, tapi penurunan itu bukan karena konflik dan penghamburan enegri dan sdm, melainkan karena kebutuhan. Kita alhamdulillah punya minyak dengan 1,6 juta barel pertahun,  sekarang 700. Bukan karena kurang, tapi memang digunakan. Tapi ada sumber lainnya pertanian, dll,” tegasnya.

Pada kesempatan itu JK juga menyampaikan bagaimana Indonesia berhasil menang diplomasi dalam rapat umum di PBB belum lama ini. Indonesia menarik perhatian dunia dengan diplomasi  ‘tangan di atas’. Negara-negara kecil dirangkul dan diberi bantuan, mulai dari soal pendidikan, kapal dan lainnya sehingga mereka pun memberi perhatian kepada Indonesia.

 

“Kita Sudah memang diplomasi tangan di atas di PBB , dengan mengundang beberapa negara-negara kecil kita berikan bantuan mulai sekolah, kapal, maka sejak itu kita dapat perhatian sebagai negara di atas. Ekonomi, pendidikan, social yang baik sehingga bisa membantu Negara lain, bahwa tangan yang di atas lebih baik dari pada di bawah,” imbuh Jusuf Kalla.

Sementara itu, pimpiman PMDG Hasan Abdullah Sahal menyatakan, bahwa PMDG merupakan pelopor pergerakan yang dukung NKRI di masa penjajahan. Keberadaan PMDG yang hampir 1 abad ikut menyumbang bagi kemerdekaan NKRI. Untuk itu Kiai Hasan mengatakan, bahwa pendidikan santri di PMDG tdiak saja paham akan 4 pilar kebangsaan bahkan lebih dari itu. Terkait kecintaan terhadap NKRI Hasan Sahal menyatakan, bukan saja NKRI harga mati tapi NKRI samppai mati .

“Saya katakana Gontor merupakan pusat pendidikan karena tidak berpolitik praktis. Kami berpolitik pendidikan, atrinya mendidik , menghasilkan politikus-politikus yang baik. Alhamdulillah pak pesiden pertama hingga ke tujuh, datang ke sini semua merestuti bahwa pondok ini adalah asset RI. Kita benar-benar mendidik bangsa, mencerdaaskan kehidupan bangsa dengan pilar-pilar kebangsaan. Di ponpes bukan hanya 4 pilar kebangsaan, tapi  berpuluh-puluh pilar kebangsaan. Kalau hanya 4 pilar kebangsaan enteng. Pancasila, UUD, GBHN dan NKRI harga mati. Bagi saya kurang, NKRI harga mati sampai mati,” tegas salah satu dari putra pendiri Gontor di Desa Gontor Kecamatan Mlarak, Ponorogo ini.

Pada kesempatan itu Kiai Sahal juga menyampaikan terima kasih karena Jusuf Kalla dan keluarga telah mewakafkan gedung Gedung Pusat Studi Ekonomi Islam UNIDA Gontor atau Center of Islamic Economic Studies (CIES)  senilai Rp 11 milair. Di mana peletakan batu pertama juga dilakukan oleh  JK di komplek Univesitas Darusallam (Unida) Gontor di Desa Siman, Kecamatan Siman, Ponorogo, 20 Agustus 2016 lalu. sna