Ketua Harian Pergerakan Penganut Khitthah Nahdliyyah (PPKN), H Cecep Muhammad Yasin. FT/duta.co

SURABAYA | duta.co – Ketua Harian PPKN (Pergerakan Penganut Khitthah Nahdliyyah), H Cecep Muhammad Yasin SH MH, ikut mencermati kegalauan sejumlah kader NU, terkait kemungkinan Ketua Umum Ormas Islam terbesar di Indonesia ini, adalah eks HMI (Himpunan Mahasiswa Islam) yang dinilai dekat dengan Ormas Muhammadiyah.

“Hari ini, kita saksikan sejumlah kader NU sangat galau. Mereka takut jangan-jangan eks HMI yang memimpin Nahdlatul Ulama. Bahkan, sejumlah nama sudah masuk daftar inventarisasi. Intinya, jangan sampai mereka memimpin NU. Padahal, faktanya, tidak sedikit kader eks HMI yang berada di PBNU. Dan mereka sangat potensial membesarkan NU,” tegas Gus Yasin, panggilan akrabnya kepada duta.co, Senin (13/9/21).

Maklum, Muktamar ke-34 NU tidak lama lagi. Sejumlah Cabang NU, kabarnya, sudah meminta PBNU segera menggelar Munas dan Konbes bulan ini, 25 s/d 26 September 2021. Kalau ini berjalan, bukan tidak mungkin, Muktamar ke-34 berlangsung Oktober atau paling tidak, akhir tahun ini, 2021.

Alumni PP Tebuireng ini memahami hiruk pikuk calon Ketum PBNU tersebut. Jika ada yang alergi dengan eks HMI, ia justru menilai sebaliknya. Kalau eks HMI yang memimpin NU, bisa jadi akan lebih kompak dengan Muhammadiyah, sebagaimana yang sudah-sudah.

“Dalam sejarahnya, NU dan Muhammadiyah, itu rukun. Cuma ada oknum-oknum yang sok pintar, ingin warga nahdliyin membenci Muhammadiyah. Itu saja,” jelasnya sambil menyontohkan masalah kontroversi doa iftitah Ustad Adi Hidayat (UAH).

Ukurannya Duit

Masih menurut pengacara senior asal Kediri ini, banyak kader NU di HMI yang hebat. Termasuk mereka yang sekarang di PBNU. “Prof Mahfud MD, itu KAHMI. Prof M Nuh dinilai lebih dekat dengan HMI, KH Yahya Staquf juga dikenal eks HMI. Termasuk Gus Ipul (Drs H Saifullah Yusuf red) mantan Wagub Jatim, mantan Ketua Umum PP GP Ansor, eks HMI,” urainya.

Bagi Gus Yasin, ke depan, tantangan NU sangat berat. Ormas ini harus berdiri tegak, tidak anut gubyuk (larut) berpihak kepada pemerintah. Pengurus NU jangan menunjukkan prilaku politik praktis. Apalagi jagat politik sekarang begitu ‘dholim’. Politik sekarang ini, ukurannya duit dan kekuasaan.

“Jadi tidak soal, apakah itu eks HMI akan memimpin PBNU. Yang penting, NU jangan terjebak di politik praktis, itu berbahaya. NU harus konsisten dengan politik kebangsaan,” pungkasnya. (mky)

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry