Ketua Pokja Industri Kreatif Komite Ekonomi dan Industri Nasional (KEIN), Irfan Wahid saat memberikan materi tentang medsos dalam Rapimnas Muslimat NU di Sentul, Bogor, Jawa Barat, Ahad (26/3/2017). (FT/MNU)

BOGOR | duta.co – Ketua Pokja Industri Kreatif Komite Ekonomi dan Industri Nasional (KEIN), Irfan Wahid, mengajak ibu-ibu Muslimat NU agar ‘melek’ digital dan kreatif dalam berdakwah di media sosial (medsos). “Ibu-ibu harus melek digital, nggak bisa nggak, karena ke depan semua ke arah situ,” kata pria yang akrab disapa Gus Ipang tersebut saat memberi materi tentang medsos dalam Rapimnas Muslimat NU di Sentul, Bogor, Jawa Barat, Ahad (26/3/2017).

Gus Ipang menyampaikan, bisa jadi lima tahun lagi tak ada istilah ekonomi digital atau industri kreatif karena semuanya serba digital. “Nggak ada lagi istilah itu. Sekarang dibilang digital karena masih ada analog, ke depan sudah nggak ada lagi,” katanya.

“Karena itu ibu-ibu harus paham, melek digital. Kalau nggak kita akan dikibulin sama anak-anak kita.” Terlebih, kata Gus Ipang, persentase ibu rumah tangga lumayan tinggi (16 persen) dalam komposisi pengguna medsos di Indonesia. Bandingkan dengan mahasiswa yang hanya 7,8 persen. Sementara pengguna teratas masih didominasi pekerja dan wiraswasta (62 persen).

Lantas, bagaimana pola dakwah Muslimat NU agar berjalan efektif di medsos? Putra sulung pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng Jombang, Jawa Timur, KH Salahuddin Wahid (Gus Sholah) itu memberikan rumus: Prabu Kreatif, akronim dari praktis, menghibur, kredibel dan inspiratif. “Praktis, konten yang disuguhkan harus terkait erat dengan kehidupan sehari-hari kita. Memberikan manfaat langsung setelah dibaca,” katanya.

Menghibur, lanjutnya, membuat pembaca terhibur walaupun tidak berkaitan langsung dengan dunia hiburan. Kredibel, semua yang disuguhkan adalah fakta. “Jangan sampai yang membaca merasa beritanya bodong. Itu yang dihindari,” paparnya.

Sedangkan inspiratif, konten dakwah Muslimat NU bisa membuat pembaca terkamum-kagum dan menunggu up-date. “Bikin orang yang membaca sampai bilang: Wah ‘gila’ ya, luar biasa!” katanya.

Di samping sebuah brand, hal lain yang diperlukan yakni kekuatan story telling. “Ada woro-woronya, ada yang memberi tahu. Orang membeli barang seringkali bukan karena bagus, tapi ceritanya yang luar biasa,” jelasnya. Dia menyontohkan kalau ada tamu yang datang ke Ponpes Tebuireng, pasti yang dipilih adalah kamar tengah.

“Sebab, ada story telling dulu Mbah Hasyim (Hadratussyaikh KH Hasyim Asy’ari, buyut Gus Ipang) selalu salat malam di kamar itu. Jadi nggak ada sebuah hal yang sukses tanpa story telling,” katanya. (mnu)

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry