SAMPAH : Proses memilih sampah yang dilakukan sebelum diproses lebih lanjut menghasilkan energy (duta.co/idfos)

Sampah plastik menjadi salah satu biang kerusakan lingkungan. Padahal plastik, tidak bisa dilepaskan dari kehidupan kita sehari-hari. Kantong plastik (dan jenis plastik lainnya) sulit terurai di tanah karena rantai karbonnya yang panjang, sehingga sulit diurai oleh mikroorganisme. Kantong plastik akan terurai ratusan hingga ribuan tahun kemudian.

Kantong plastik yang diklaim ramah lingkungan pun akan terurai lama dan tetap akan menjadi sampah yang mencemari dan merusak lingkungan.  Sampah plastik menjadi ancaman serius bagi kehidupan di atas bumi bila tidak bisa dikendalikan. Karena volume penggunaan plastik di Indonesia terus meningkat.

Indonesia memiliki populasi pesisir sebesar 187,2 juta yang setiap tahunnya menghasilkan 3,22 juta ton sampah plastik yang tak terkelola dengan baik. Sekitar 0,48-1,29 juta ton dari sampah plastik tersebut diduga mencemari lautan.

Didasari pemanfaatan sampah plastik yang mudah ditemui dan tidak dimanfaatkan sekaligus mengurangi kerusakan lingkungan, Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) Desa Ngumpak Dalem, Kecamatan Dander, Kabupaten Bojonegoro berinisiatif memanfaatkan sampah plastik menjad energy untuk diesel.

Satu terobosan yang perlu diapresiasi mengingat mulianya tujuan yang diharapkan dari pengelolaan sampah plastik yang tidak berguna menjadi energy terbarukan. Murah, efektif dan efisien serta sangat memungkinkan dilakukan semua pihak meski tidak mudah untuk dilakukan karena tidak semua pemahamannya sama.

Seperti dikatakan Waris dari KSM Desa Ngumpak Dalem, Kecamatan Dander ternyata sampah bisa menghasilkan energy dan uang. Meski untuk itu perlu perjuangan sangat berat untuk bisa menjalankan program yang diberi nama Burner Lathi Geni 2 dan Mitik.

“Berat sekali. Tidak mudah mengajak masyarakat memilah sampah plastik dikumpulkan jadi satu untuk bisa diolah menjadi energy. Tantangan bagi kita untuk terus edukasi dan memengertikan masyarakat untuk bisa memilah sampah plastic sehingga prosesnya menjadi lebih cepat,” jelas Waris yang getol edukasi masyarakat lewat beberapa pertemuan yang dilakukan tiap bulan.

Yang terjadi jelas Waris banyak sampah dijadikan satu dengan semua jenis sampah layaknya Tempat Pembuangan Sampah.

“Mulai pampers, pembalut bahkan kotoran. Bagi kami, KSM dan tim tidak membuat patah arang untuk terus edukasi kepada masyarakat.”

Burner Lathi Geni 2 dan Mitik inovasi teknologi yang dikembangkan oleh Ir. Budi Rachmad Basuki. (duta.co/idfos)

Burner Lathi Geni 2 dan Mitik, Sulap Sampah Jadi Energy

Burner Lathi Geni 2 dan Mitik inovasi teknologi yang dikembangkan oleh Ir. Budi Rachmad Basuki. Yakni pengelolaan sampah dilakukan dengan cara sampah yang tercampur akan dipilah menggunakan mesin, kemudian sampah organik seperti nasi, daun akan terpisah dari sampah anorganik.

Sampah anorganik (plastik, botol plastik, gelas plastik dan  kertas) yang sudah terpisah dari sampah organik  kemudian dipilah oleh relawan sampah dan diletakkan ditempat yang berbeda sesuai jenis sampah.

Pengoperasian Burner Lati Geni, diawali dengan penyalaan api menggunakan kayu atau kertas kering. Setelah api terbentu, sampah plastik kering yang sudah dikumpulkan dimasukkan ke reactor.  Lalu Blower dinyalakan dan damper dibuka sedikit demi sedikit sampai lidah api berbentuk sempurna.

Alat ini merubah sampah tak bernilai ekonomis menjadi energi panas dengan melakukan proses pembakaran dengan tepat komposisi udaranya dan prosesnya dalam sebuah wahana sehingga menghasilkan pembakaran yang sempurna dan ramah lingkungan (tidak berasap).

Energi panas ini dapat dimanfaatkan untuk menjadikan sampah plastik menjadi BBM dengan alat tambahan bernama MITIK. Alat ini mampu merubah 1 kg sampah plastik bersih menjadi 0,5 liter bensin.

Dan tahap pertama aplikasi teknologi ini dilakukan di Pondok pesantren Al-Rosyid, Desa Ngumpak Dalem. Dengan pertimbangan sesuai data Dinas Lingkungan Hidup 2018, di kecamatan Dander, timbulan sampah di TPS Kecamatan Dander perhari mencapai 1 m3/hari.

Namun timbulan sampah tersebut lebih kecil dari timbulan yang dihasilkan oleh Pondok pesantren Al-Rosyid dengan jumlah warga pondok sebanyak kurang lebih 2000 jiwa yaitu sebanyak 3 M3/hari. Pondok Pesantren Al-Rosyid merupakan pondok dengan santri terbanyak di Bojonegoro.

Komposisi rata-rata sampah domestik tersebut adalah 0,7 m3 sampah organik; 1,3 m3 sampah anorganik yang masih dapat dijual, dan 1 m3 residu yang dibuang ke TPA Bojonegoro. Sehingga dengan kondisi tersebut diperlukan inovasi agar Pondok Pesantren Al-Rosyid menjadi contoh lingkungan yang zero waste.

Program tersebut memberikan manfaat kebersihan dan kesehatan kepada warga ponpes melalui Pengelolaan Sampah dan inovasi pengelolaan sampah plastic. Program ini merupakan bagian dari Program Pendukung Operasi (PPO) diprakarsai EMCL bekerja sama dengan IDFoS Indonesia.

Apa yang dilakukan Waris dengan kelompoknya KSM, mengajak kaum muda menjadi garda depan pengelolaan sampah plastik mendapat respon dari EMCL bermitra dengan IDFoS Indonesia mencoba menerapkan inovasi dalam mengelola sampah dengan mengubahnya menjadi energi panas. Inovasi ini dengan menggunakan teknologi Burner Lathi Geni 2 dan Mitik.

Dan Inovasi pengelolaan sampah tersebut diterapkan di Pondok Pesantren  (Ponpes) Al-Rosyid, Desa Ngumpak Dalem, Kecamatan Dander, Kabupaten Bojonegoro, dalam Pengelolaan Persampahan Berbasis Masyarakat. Uji coba teknologi Burner Lathi Geni 2 dan Mitik tahun 2019 berhasil meski perlu penyempurnaan.

Kini Ponpes Al-Rosyid, Dander, Bojonegoro tidak lagi dipusingkan persoalan sampah yang menggunung setiap harinya, dari ribuan santri dan siswa di lembaga tersebut.

“Melihat bahaya mengelola sampah secara tidak tepat dapat menjadi ancaman. Program pengelolaan sampah berbasis masyarakat di Pondok Pesantren Al-Rosyid, dilakukan ExxonMobil Cepu Limited bermitra dengan IDFoS Indonesia mencoba menerapan inovasi dalam hal mengelola sampah dengan mengubahnya menjadi energi panas,” teran Rizal Zubaid Firdaus dari Idfos.

Menurutnya, pemanfaatan panas hasil pembakaran yang dihasilkan dapat dijadikan energi untuk proses produksi yang lebih bermanfaat, seperti untuk alat perubah plastik menjadi BBM atau untuk pemanfaatan yang lain.

“Agar meningkatkan kesadaran sanitasi dan praktik hidup bersih dan sehat warga Pondok dan terciptanya pengelolaan sampah domestik yang inovatif,” katanya.

Tidak hanya itu, dengan penerapan inovasi alat berupa Burner Lathi Geni 2 dapat melakukan pembakaran sampah dengan sempurna dapat meminimalisir polusi yang terjadi. Termasuk pemanfaatan panas hasil pembakaran yang dihasilkan dapat dijadikan energi untuk proses produksi yang lebih bermanfaat seperti untuk alat perubah plastik menjadi BBM, industri tahu atau tempe, pemanas air atau untuk pemanfaatan yang lain.

“Tujuan utamanya meningkatnya kesadaran sanitasi dan praktik hidup bersih dan sehat warga Pondok dan terciptanya pengelolaan sampah domestik yang inovatif,” jelasnya.

Pengasuh Ponpes Al-Rosyid, KH. Alamul Huda menuturkan tempat pengelolaan sampah menjadi energy ini sudah tepat dan bisa mengubah mindset masyarakat bahwa jangan buang sampah sembarangan. Dengan mengubah keberadaan sampah termasuk sampah itu barang yang tidak berguna, sampah mengotori, barang yang tidak bermanfaat.

“Potensi sampah di pondok ini cukup besar. Karena satu hari aja dua dam truk sampah diangkut dari pondok ini. Kalau kapasitas dua ribu anak ini tentu ini perlu ada jalan keluar, inovasi pengelolaannya yang lebih bermanfaat. Masih perlu banyak penyempurnaan sejak proses uji coba, sehingga bisa full kapasitas,” tutur Kiai Huda.

Kiai Huda menegaskan apa yang dilakukan Exxon Mobil Cepu Limited (EMCPL) dan IDFoS Indonesia solusi tepat memanfaatkan sampah plastik menjadi bahan yang berguna. EMCPL menyambut ide dan keinginan kita, sehingga terjadi sebuah kesepakatan bersama mendukung proses supaya sampah itu bukan lagi barang yang mubadzir.

“Sampah ini  bisa menjadi barang bermanfaat dan memproduksi energy terbarukan dan menghasilkan uang,” ungkapnya.

Menurutnya berapa banyak sampah plastik yang selama ini terbuang, bisa diolah menjadi barang produktif. Kini dengan alat ini semua sampah dipastikan tidak ada yang terbuang, tapi menjadi manfaat dan produktif. Sebab bukan sekedar menerima sampah, tapi akan berusaha untuk kedepannya mempunyai visi dan mengejar sampah untuk menjadi produktif yang menghasilkan.

“Supaya masyarakat berfikir sampah bukan barang yang kotor saja, tetapi sampah mampu diolah menjadi bahan yang produktif, yang ada nilai ekonomisnya,” tegas Kai Huda.

Burner Lathi Geni 2 dan Mitik inovasi teknologi yang dikembangkan oleh Ir. Budi Rachmad Basuki. (duta.co/idfos)

Optimisme KSM Desa Ngempak Jadi Pioneer Atasi Sampah

Tantangan berat tidak membuat Waris, dari KSM Desa Ngumpak Dalem, Kecamatan Dander patah arang justru sebaliknya. Waris sangat semangat dengan konsep pengelolaan sampah plastic menjadi energy terbarukan.

“Kalau semua orang di Desa Ngumpak Dalem sadar bahwa sampah plastik bisa diubah menjadi energy berapa cost efisiensi yang bisa dilakukan. Meski sudah dua tahun dioperasikan teknologi ini, baru 25 persen pemanfaatanya. Ini tantangan bagi kami, KSM untuk terus meningkatkan pasrtisipasi masyarakat sehingga makin mudah mendapatkan sampah plastik yang bisa diolah,” ujar Waris.

Kendala utama selama in jelas Waris yakni minimnya Sumber Daya Manusia (SDM) menjadi pelopor peduli sampah. Sampah identik dengan barang kotor sehingga tidak banyak masyarakat apalagi pemuda yang mau menjadi relawan guna mensukseskan program penanggulangan sampah plastik mengubahnya menjadi energy.

“Saya tetap yakin, dengan makin banyaknya energy yang bisa dihasilkan dari sampah plastik, makin banyak masyarakat tahu  dan akhirnya sadar. Perlu waktu dan proses edukasi berkelanjutan karena ini satu hal yang baru,” jelas Waris.

Rencana selanjutnya untuk program ini kata Waris yakni mendirikan bank sampah khusus plastik. Program ini mengajak partisipasi masyarakat secara aktif memilah langsung sampah plastik dan disetorkan kepada KSM sebagai pengelola sekaligus operator.

“Kalau di Kota Surabaya dengan mudahnya mengumpulkan sampah plastik karena kesadaran yang tinggi, untuk desa Ngempak masih proses. Bukan tidak mungkin, Desa Ngempak jadi pioneer di desa lain dalam pemanfaatan sampah menjadi energy. Jangan lihat sampahya, ada mutiara terpendam yang bisa diambil yakni energy terbarukan.” Imm