Prof Dr Rochmat Wahab, Ketua Komite Khitthah Nahdlatul Ulama 1926 (FT/ekspresionline.com)

SURABAYA | duta.co – Harapan puluhan juta nahdliyin kepada para kiai sepuh, yang terpilih menjadi anggota ahlul halli wal aqdi (AHWA)  pada Muktamar ke-34 NU di Lampung, kian besar. Ini karena akan sangat menentukan arah kebijakan PBNU lima tahun mendatang. Demikian Prof Dr Rochmat Wahab, Ketua Komite Khitthah Nahdlatul Ulama 1926 (KKNU-26) kepada duta.co, Sabtu (18/12/21).

“Sayangnya, sampai detik ini, Muktamar ke-34 NU lebih banyak diwarnai kegaduhan dengan tarik menarik atau persaingan dua kubu yang berebut jabatan ketua umum (Ketum) PBNU. Di sisi lain, agenda terpenting bagi umat menjadi terabaikan. Bahkan pelaksanaan muktamar menjadi super cepat, kilat, hanya 2 hari,” jelas Ketua Tanfidziyah Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama DIY masa bakti 2011-2016 ini.

Menurutnya, NU itu organisasi sosial keagamaan terbesar di Indonesia, bahkan dunia. Memiliki potensi besar. Karenanya, menghadapi hajat 5 tahunan (muktamar) perlu persiapan matang, kekuatan dan semangat besar, sehingga bisa tampil maksimal, meyakinkan. Jangan ecek-ecek, apalagi terkesan gamang. Percepatan jadwal, membuktikan ketidakseriusan. “Ingat! Agenda muktamar bukan cuma memilih Rais Aam dan Ketua umum,” terangnya.

“Ini harus menjadi perhatian bersama. Sangat prihatin kalau Muktamar ke-34 NU ini hanya diwarnai tarik menarik dua kubu atau persaingan dua kubu. Apalagi kalau sampai terjadi fait accompli (memaksa keadaan) AHWA, sehingga harus menerima mereka,” tegasnya.

Dengan membaca fenomena ini, lanjutnya, maka, wajar timbul kesan di lingkungan warga NU atau bahkan di luar warga NU, masyarakat umum bahwa NU memiliki potensi (kader) yang terbatas. Padahal, kenyataannya tidak demikian, di luar itu kemampuan NU masih banyak. NU Punya ribuan doktor, bahkan jumlah guru besar NU versi ISNU sudah 634 orang.

Mengapa NU kelihatan kerdil? Karena yang mendominasi ‘orang-orang serakah’. “Masih terlalu banyak tokoh NU yang konsisten dengan ajaran Ahlus Sunnah Waljamaah. Mereka ini merasa tidak elok, kurang nyaman dengan kubu-kubuan. Ini harus disudahi, karena jelas bukan kultur NU,” tambahnya.

Konsisten Jaga Akhlaq

Masih menurut Prof Rochmat, kader NU yang potensial, konsisten menjaga akhlaq jamiyyah, tidak akan mau terjebak dalam suasana yang hampir mirip perhelatan kongres Parpol. Beliau tetap menjaga akhlaq dalam berorganisasi. Tidak mau gegeran perebutan jabatan.

“Jadi, sepenuhnya serahkan kiai sepuh yang terbingkai dalam ahlul halli wal aqdi (AHWA). Jangan sampai ada fait accompli. Ini penting saya sampaikan, karena sekarang, banyak Gus-Gus yang merasa bisa mengendalikan kiai. Ini berbahaya,” jelasnya.

Jika prosedur dan tatakrama ini bisa mereka lalui, Prof Rochmat yakin, In sya Allah muncul pimpinan terpilih PBNU yang baik dan benar. Menyenangkan oleh semua pihak. Jadi? Kuncinya ada di AHWA yang akan memilih Rais Aam. Tentu, harapannya, terpilih Rais Aam yang mengedepankan ashabul haq, bukan Rais Aam yang sibuk dengan ashabul qarar.

“Pun Ketum PBNU, kita berharap dari sosok yang menjaga akhlaq NU. Maka, yang minta menjadi Ketua Umum dan sibuk membuat tim sukses, singkirkan saja! Ini harapan nahdliyin kepada seluruh muktamirin pada Muktamar ke-34 NU. Pakailah hati nurani, karena suara Anda akan menentukan posisi NU lima tahun ke depan. Organisasi ini menjadi benar, baik atau sebaliknya semakin rusak sebagaimana yang kita saksikan hari ini, ada di tangan muktamirin,” pungkasnya. (mky)

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry