SIDOARJO | duta.co – Seorang yang menginjak lanjut Usia (Lansia) umumnya sudah seharusnya tidak beraktivitas diluar. Namun, kenyataannya berbeda dengan yang diterapkan Mbah Umi, warga Lemahputro barat stasiun RT 9 RW 2 Kecamatan Sidoarjo Kota, yang masih bekerja berjualan peyek di pinggir jalan Diponegoro Sidoarjo.
Menginjak usia hampir satu abad, Mbah Umi tetap tangguh dan tetap bekerja. Hal itu membuat siapapun tercengang. Pasalnya, semangat pantang menyerah ada pada janda usia 94 tahun ini. Hal itu dilakukan demi mencukupi kebutuhan sehari-hari bersama anak cucu dan menantunya.
Kepada duta.co, Jumat, (1/4/22), Mbah Umi mengaku sudah jualan peyek sudah dua tahun.
“Dulu berjualan nasi pecel. Sakniki sadehan (jualan) peyek perbungkus ya seharga 2.500 rupiah. Ten mriki niki tiap harinya jualan disini mas, habis tidak habis jam 10 siang pulang,” kata Mbah Umi.
Dikenal dengan sebutan Mbah Umi peyek menjadikan janda Lansia tersebut mudah dikenal di lingkungan kampung.
Masih cerita mbah Umi peyek, “Kalau hari Jumat begini saya jualan disini, Alhamdulillah lumayan rezeki yang didapat. Dirumah sama anak, menantu dan putu (cucu). Menantu saya kerja bangunan itupun kalau ada, kalau tidak ya tidak kerja. Jualan disini paling saitik (sedikit) oleh (dapat) seratus-dua ratus ribu, tapi tidak mesti, tapi nggeh Alhamdulillah,” cerita Mbah Umi.
“Kalau saya tidak boleh jualan sudah meninggal ket biyen nak (sudah dari dulu). Saya senang jualan, sakjane (sebetulnya) enak dirumah, tapi siapa yang akan kasih saya untuk makan tiap hari,” ungkapnya.
Mbah Umi terlihat sangat semangat dengan tawa dan canda riang. Mbah Umi peyek dengan logatnya yang ceplas- ceplos mengatakan, “Sego (nasi) soto gak nok iwake,duwe bojo gak nok enake. Masih gak dipuloh soroh, enak nyambut gawe dewe bro,” ucap mbah Umi peyek mengundang tawa saat berparikan Jawa.
Renata, mahasiswi UMSIDA, salah seorang pembeli, mengatakan peyek yang dijual Mbah Umi enak. “Memang rasanya enak mas. Dan saya sering beli peyeknya Simbah ini,” katanya singkat. (loe)
