JAKARTA | duta.co — Kantor Pusat PBNU di Kramat Raya, Senen, Jakarta Pusat, Jumat (3/12/2021) kembali menjadi perhatian publik. Maklum, saat itu, Aliansi Mahasiswa Nahdlatul Ulama (AMNU) sedang berunjuk rasa. Mereka menuntut Muktamar NU tetap sesuai jadwal semula.

Koordinator aksi, M Fir seperti berita sindonews.com, menilai surat perintah Rois Aam PBNU KH Miftachul Akhyar terkait pemajuan Muktamar NU bersifat sepihak. Sebab, berdasarkan hasil Munas Alim Ulama dan Konferensi Besar NU, Muktamar terjadwal 23-25 Desember 2021.

“Walau Rois Aam telah mengeluarkan keputusan sepihak untuk mempercepat Muktamar, sembilan kiai sepuh justru mengusulkan Muktamar mundur ke akhir Januari 2022, sekaligus bertepatan dengan hari lahir NU ke-96. Pertimbangan utama adalah agar persiapan maksimal dan optimal,” ujar M Fir, Jumat (3/12/2021).

Rilis AMNU yang sampai ke redkasi duta.co pun demikian. Jufri atas nama Kordinator Lapangan menyertakan 2 tuntutan. Pertama, mendukung kesepakatan kiai sepuh NU dalam masyayikh NU bahwa idealnya Muktamar ke-34 dilaksanakan pada akhir Januari 2022, bertepatan dengan Harlah NU. Ini juga sesuai dengan kebijakan PPKM pemerintah.

Kedua, mendukung PBNU segera menggelar pleno untuk menentukan tanggal pelaksanaan Muktamar ke-34 agar tidak menjadi bahan spekulasi pihak yang tidak sabar untuk dilaksanakan muktamarsehingga menimbulkan kegaduhan di tubuh ormas Islam terbesar di Indonesia ini.

Demo AMNU ini mengundang banyak keprihatinan. Ada yang khawatir ‘pertikaian’ kepentingan Ketua Umum-Sekjen Vs Rois Aam-Katib PBNU ini merembet ke kalangan bawah. Di Surabaya sejumlah Banser menjaga ndalem Rois Aam, sampai muktamar berlangsung.

“Mengerikan. Saya melihat dukung mendukung ini sudah melibatkan arus bawah. Kesan yang muncul Banser Vs Mahasiswa NU. Kalau ini dibiarkan, sangat berbahaya bagi NU ke depan,” jelas aktivis PBNU kepada duta.co, Sabtu (4/12/21).

Pernyataan Warga NU
Mabroer MS (tengah) saat jumpa pers. (FT/IST)

Dari Makassar, tiga aktivis NU ikut bersuara. Mereka adalah KH Muhammad Ruslan, Mabroer MS dan KH Amirullah Amri. Menurut ketiganya, jajaran Musytasar PBNU harus segera turun gunung. Ialah lembaga resmi yang tak terpisahkan dari struktur kepengurusan di Nahdlatul Ulama.

“Sudah mendesak. Sepatutnya musytasar berkenan melibatkan diri secara aktif dalam situasi-situasi tertentu yang memerlukan kehadiran para masyayikh tersebut. PBNU butuh taushiyah maupun taujihat,” jelasnya dalam rilis kepada duta.co.

Menghadapi Muktamar NU ke 34 di Lampung, atas warga bahdliyyin mereka menyampaikan tiga usulan: Pertama, penguatan eksistensi Dewan Musyatasar PBNU periode 2015-2020 yang selama ini lebih banyak pasif dalam menjalankan fungsinya. Padahal ini lembaga yang cukup terhomat di lingkungan warga NU.

Kedua, agar Musytasar PBNU segera menggelar rapat tertutup, menyikapi dinamika dan polarisasi kepengurusan akibat terjadinya tarik ulur jadwal pelaksanaan Muktamar NU ke 34. Ketiga, polemik jadwal pelaksanaan Muktamar NU harus diakhiri, seyogjayanya dalam rapat tertutup tersebut juga mengundang para pihak, khususnya Rais Syuriah-Katib Syuriah dan Ketua Umum-Sekretaris Jendral PBNU untuk mendapatkan informasi yang valid & berimbang terkait pelaksanaan Muktamar NU ke 34 di Lampung.

Keempat, secara khusus, mereka mengharapkan kesediaan Jusuf Kalla, KH Ma’ruf Amin, KH Mustofa Bisri, Habib Luthfi bin Yahya bersama para habaib serta ulama lain yang berada dalam jajaran Musytasar PBNU untuk segera menggelar forum musyawarah. Khusus terkait kepastian pelaksanaan Muktamar NU. “Jangan biarkan konflik ini menjadi tontonan umat,” pungkas Mabroer. (mky)

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry