Sumber Buletin APBN Vol. VII, Edisi 2, Februari 2022.

SURABAYA | duta.co – Ketua Umum Pergerakan Penganut Khitthah Nahdliyyah (PPKN), H Nur Hadi ST, melihat, bahwa, gerakan deradikalisme perlu perubahan. Di samping buang-buang duit, gerakan anti radikalisme dan terorisme ini, membuat NU kelewat maju.

“Mestinya cukup penegakan hukum dan dialog keilmuan, tetapi, sekarang melibatkan GP Ansor dan Banser. Harus ada koreksi. Jangan sampai terkesan mengedepankan militansi. Jangan intoleran dihadapi dengan intoleransi baru,” jelasnya kepada duta.co, Senin (7/3/22).

Menurut Cak Nur, panggilan akrabnya, NU itu gudangnya orang alim. Maka, menghadapi radikalisme beragama harus dengan keilmuan. Ada ribuan santri Ma’had Aly, ada kampus-kampus NU yang tergabung dengan LPTNU (Lembaga Pendidikan Tinggi Nahdlatul Ulama), ada pondok pesantren. “Belum lagi kita bicara pendekar-pendekar Aswaja Center. Ini lebih dari cukup untuk menghadapi radikalisme atas nama agama. Dan jelas tidak berbiaya tinggi, NU pun tidak menjadi bemper melalui kekuatan okol (otot),” tegasnya.

Nomor tiga dari kanan: Ketua Umum Pergerakan Penganut Khitthah Nahdliyyah (PPKN), H Nur Hadi ST,
Ubah Strategi

Masih menurut Cak Nur, deradikalisasi yang ada sekarang sudah menjadi proyek, semacam bisnis. Dana APBN (Anggaran Pendapatan Belanja Negara) juga terkuras untuk itu. Kini sudah triliunan duit disebar untuk proyek tersebut. “Kita bisa melihat berapa anggaran tersedot untuk itu,” tegasnya.

Menurut pengusaha otomotif ini, dalam Buletin APBN Vol. VII, Edisi 2, Februari 2022 terlihat jelas, triliunan duit sudah terbakar untuk menghadapi radikalisme dan terorisme. Padahal, faktanya, sampai sekarang, bibit-biti radikalisme dan terorismeitu masih genthayangan. “Formulanya perlu diubah. KKNU harus menjadi pelopor keilmuan untuk menghentikan gerakan radikalisme dan terorisme atas nama agama,” pungkasnya. (mky)

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry