SURABAYA | duta.co – Petunjuk langit, sudah terbaca jelas. Peserta Muktamar ke-34 NU, jangan macam-macam. Serahkan kepengurusan PBNU mendatang kepada ahlul halli wal aqdi (AHWA). Seluruh lokomotif PBNU hasil muktamar ke-33 di Alun-alun Jombang, harus legowo mundur.  Demikian Drs Muhammad Said Utomo, Ketua GP Ansor Pasuruan (1994-1999), kepada duta.co, Senin (29/11/21).

Menurut Pak Said, panggilan akrabnya, Muktamar ke-34 nanti adalah moment penting untuk membenahi NU. Jika muktamar ke-33 Jombang banyak yang menyebut sebagai muktamar ‘paling hitam’, maka, hari ini NU harus sanggup berbenah.

“Lihatlah niat mulia muassis membentuk NU. Isyarah (petunjuk red) langit sudah jelas. Rois Aam dan Katib berikut Ketum dan Sekjen PBNU sekarang, sudah berbalut kepentingan. Menentukan tanggal muktamar saja, gegeran. Ini memalukan. Baru kali ini ada Rois Aam PBNU didemo. Begitu juga yang demo, tidak punya adab, sampai rumahnya harus dijaga Banser,” jelas Ketua  Yayasan Lembaga Perlindungan Konsumen (YLPK) Jatim ini.

Tidak Ada Adab

Seperti kabar yang tersebar, ada foto puluhan Banser Surabaya sedang menjaga rumah Rois Aam PBNU, KH Miftachul Akhyar di Ponpes Miftahul Sunnah Kedung Tarukan, Surabaya. “Infonya akan ada gerakan demo,” begitu catatan yang menempel di foto tersebut, Minggu (28/11/21) sore.

Foto itu berasal dari akun facebook Gerakan Pemuda Ansor. Semangat Banser begitu luar biasa. “Ganggu Kiaiku tak pancal raimu. Iki Suroboyo lurr,” sambil menyertakan tagar #wani.

Menurut Pak Said, banyak kader NU yang bersih, tidak kebelet duit dan politik. Mereka layak mengemban amanat sebagai pengurus tanfidziyah. Begitu juga banyak kiai-kiai wirai, yang lebih pas mengemban amanah sebagai Rois Aam. “Cuma beliau-beliau itu tidak mau tampil, lebih mengedepankan akhlaq jamiyah. Hari ini harus dipanggil oleh AHWA untuk bersih-bersih NU,” tegasnya.

Kalau boleh sebut nama, jelas Pak Said, untuk urusan tanfidziyah ada nama KH As’ad Said Ali. Ada juga Gus Ghofur putra Mbah Maimun Zubair, Gus Fahmi (KH Fahmi Hadziq) cucu Hadratusyaikh Hasyim Asyari yang notabene muassis NU, masih ada Lora Azaim (KHR. Ahmad Azaim Ibrahimy red) cucu KHR As’ad Syamsul Arifin mediator terbentuknya NU.

“Di jajaran Syuriah ada Gus Mus (KH Mustofa Bisri red.), ada Kiai Afif (KH Afifuddin Muhajir red) pakar ushul fikih yang mendapat gelar kehormatan ‘Doctor Honoris Causa’ (Dr HC) Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo, Semarang. Pun Gus Quyyum (KH Abdul Qoyyum Mansur red) yang ahli membedah kitab klasik, juga ada Gus Baha (KH Ahmad Bahauddin red.) yang tenar karena keilmuannya. NU tidak akan kekurangan kader. Ketimbang geger terus, yang ada sekarang harus legowo mundur,” pungkasnya. (mky)

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry