DISABILITAS : Peringatan Hari Disabilitas Internasional digelar di Kampus IAIN Kediri (Ahmad Mafruchi / duta.co)

KEDIRI | duta.coLet’s Talk Disability With Love diselenggarakan Prodi Psikologi Islam IAIN Kediri bersama HIMPSI Kediri Raya dalam rangka memperingati Hari Disabilitas Internasional, bertempat di Lobby Lantai Dasar Gedung Fakultas Ushuludin dan Dakwah. Adapun sebagai narasumber, menghadirkan Masykurun, Ketua DPD Gerakan Untuk Kesejahteraan Tuna Rungu Indonesia (Gerkatin) Jawa Timur, bersama Tatik Imadatus Saadati S.Psi., M.Psi, merupakan dosen Psikologi Islam di IAIN Kediri.

Bayangkan saat penyandang disabilitas menyanyikan lagu Indonesia Raya dengan mimik serius dan sangat menghayati lagu kebanggaan warga Indonesia. Pun bagaimana perjuangan warga berkebutuhan khusus ini, penuh semangat selalu mengasah keahliannya agar hidup mandiri. Sejumlah mahasiswa yang hadir dalam acara ini, memberikan apresiasi atas semangat dan mampu memberikan inspirasi untuk generasi muda.

“Teman teman disabilitas memang mempunyai kekurangan tetapi beliau ini juga mempunyai kelebihan yang dapat diajarkan dan ditularkan kepada kita., Mereka itu berbeda dengan kita memiliki ketidakmampuan yang sama tetapi mereka di masyarakat itu sebetulnya memiliki banyak bakat, kemudian banyak kemampuan yang bisa ditularkan. Kemudian mereka juga menularkan ilmunya kepada orang yang normal atau bukan orang yang berkemampuan khusus,” ucap Tatik Imadatus Saadati dalam kata pembuka.

Menurutnya, teman-teman tuna rungu mempunyai suatu wadah atau organisasi sendiri yang bernama Gerkatin. DImana Gerkatin ini bertujuan untuk menyuarakan hak hak mereka agar setara dengan teman teman dengar, “Gerkatin itu organisasi tuna rungu di indonesia, teman-teman dikumpulkan menjadi wadah untuk berorganisasi, untuk menyuarakan hak-hak mereka agar setara dengan manusia lainnya,” ungkap Mbak Yuyun, sapaan akrab Ketua DPD Gerkatin Jatim.

Inspirasi Berbagi Berprestasi

DISABILITAS : Peringatan Hari Disabilitas Internasional digelar di Kampus IAIN Kediri (Ahmad Mafruchi / duta.co)

Ditambahkan sosok perempuan tangguh, akrab disapa Srikandi Gerkatin, bahwa banyak anggota berkebutuhan khusus telah berprestasi dan bekerja di pemerintahan maupun sekolah, “Kami mempunyai LPK Abidah yaitu lembaga pelatihan keterampilan menjahit di situ muridnya enggak cuma tuli semua. Banyak manusian umum, yang magang di LPK ini. Kemudian ada olahragawan telah meraih medali emas pada lomba lari 100 meter dan 200 meter. Mas Ami, sekarang bekerja di Dinas Kominfo Pemerintah Kota Kediri,” terang Yuyun dalam acara tersebut dibantu Dyah R prihandini, penerjemah alih bahasa

Acara semakin seru saat digelar sesi tanya jawab dimana ada pertanyaan bagaimana bila di setiap pelajaran disisipi materi belajar bahasa isyarat setuju atau tidak ? Serentak semua yang hadir menjawab setuju. Bukan hanya mahasiswa IAIN, namun Sejumlah dosen yang hadir menyatakan sangat setuju bila kegiatan belajar itu diadakan.

“Kalau saya pribadi setuju, tetapi untuk kurikulum itu dibuat apa memang kita memiliki beberapa acuan dari kami asosiasi ada sendiri apa yang harus dipenuhi, jadi kita ada asosiasi perguruan tinggi untuk psikologi lalu kemudian kita juga harus berdiskusi dengan fakultas, kita juga harus berdiskusi dengan stakeholder tetapi pada prinsipnya ketika kurikulum itu yang menetapkan mata kuliah dan sebagainya memang ada di prodi,” terang Tatik Imadatus Saadati.

Bahwa kemasyarakatan harus selalu disinergikan, imbuh dosen Psikologi Islam ini, agar bisa menjalin komunikasi dengan orang berkebutuhan khusus. “Sinergi harus segera dilakukan dengan orang-orang berkebutuhan khusus atau disabilitas. Sehingga dalam kurikulum memang harus disisipkan untuk bahasa isyarat. Tujuannya membantu orang lain yang memiliki kapabilitas dan belum dimiliki oleh universitas yang lain,” imbuhnya. (rci/nng)