JOMBANG | duta.co – Innalillahi wa-inna ilaihi rajiun, kabar duka kembali menyelimuti keluarga besar Pesantren Tebuireng. Hari ini Rabu (1/7/20) KH Ahmad Zaki Hadziq (Gus Zaki) cucu Hadratussyaikh KH Hasyim Asy’ari, wafat.

Setelah Almaghfurlah Gus Sholah (KH Salahuddin Wahid wafat Minggu 2 Februari), disusul KH Wachid, adik kandung dari KH Abdul Hakim Mahfudz, Sabtu  27 Juni 2020. Hari ini, giliran Gus Zaki kapundut.

Kabarnya Gus Zaki wafat karena sakit DBD yang dideritanya. “Dia awalnya mengeluhkan DBD. Habis Maghrib barusan bisa kabar trombositnya turun drastis. Lima menit kemudian wafat,” ungkap Syubah Nuri, pengurus Pondok Pesantren Tebuireng.

“Abah kapundut sekitar pukul 18.15 Wib di RSUD Jombang,” ungkap salah satu putranya, Robizidni Ilma Na’fiaan.

Ia menambahkan, “kami belum mengetahui di mana Abah akan dimakamkan. Kami masih menunggu kabar selanjutnya,” ungkap putra ketiga itu sebagaimana diwartakan tebuireng.online.

Gus Zaki sapaan akrabnya, adalah Pengasuh Pondok Pesantren Putri Al-Masruriyah sekaligus adik dari KH. Ishomuddin Hadzik, salah satu dzurriyah Hadratussyaikh KH. Hasyim Asy’ari.

Dia juga dikenal sebagai Ketua Pimpinan Wilayah Rabithah Ma’ahid Islamiyah Nahdlatul Ulama (RMI NU) Jawa Timur. Bahkan Gus Zaki sendiri pernah bercerita tentang dua isyarat sebelum Gus Solah kapundut.

Isyarat pertama datang melalui sebuah pesan WhatsApp yang masuk ke handphone-nya. Pesan itu berupa pertanyaan pada 4 Januari 2020 lalu. Isi pesannya adalah menanyakan apakah Agus Zaki punya saudara bernama Salahuddin Al-Ayyubi. Kaget dengan pesan ini, dia langsung telepon si pengirim pesan.

“Lalu saya telepon pengirim pesan tersebut dan saya tanya ada apa?” tulis Gus Zaki seperti status yang ditulis di akun Facebook pribadinya, dan dilansir oleh NU Online.

Setelah tersambung lewat telepon, pengirim pesan lalu bercerita bahwa dia bermimpi membersihkan makam keluarga Tebuireng dan di sana bertemu dengan Kiai Muhammad Hadziq Mahbub (ayah Gus Zaki).

“Bapak saya wafat tahun 2016 lalu. Dalam mimpi itu katanya, bapak saya bertanya, apakah makam Salahuddin Al-Ayyubi sudah dibersihkan? Kebetulan bapak saya termasuk akrab dengan Gus Sholah,” tutur Gus Zaki kala itu.

Dia melanjutkan, orang yang dia telepon tadi kembali bercerita bahwa sempat kebingungan siapa yang dimaksud dari pertanyaan di atas. Karena itu, ia kemudian menimpali pertanyaan untuk memperjelas maksud dari sosok yang disebutkan oleh Kiai Muhammad Hadziq Mahbub.

Yang ditanya oleh bapak tambah bingung, lalu bertanya balik, apakah “Salahuddin Al-Ayyubi yang dimaksud itu adalah Gus Sholah? Saat itu Kiai Hadziq tidak menjawab, tetapi hanya tersenyum saja,” ungkap Pengasuh Pesantren Al-Masyhuriah Tebuireng ini.

Nah, isyarat kedua datang dari istri Gus Zaki sendiri. Beberapa hari setelah kejadian pertama, istrinya bermimpi bahwa pesantren Tebuireng kedatangan banyak tamu. “Istri saya tanya, Tebuireng kok ramai sekali? Saya diam tidak berani menjawab,” ujar Gus Zaki.

Dia baru sadar belakangan, ternyata nama asli Gus Sholah adalah Salahuddin Al-Ayyubi. Sesuai isyarat dua orang tadi. Hal ini menandakan atau memberikan kabar ke keluarga untuk bersiap.

“Selamat jalan, Mas. Semoga Allah menerima amal ibadah dan memaafkan semua dosa panjenengan,” tutup Gus Zaki.

Gus Zaki lahir dari pasangan Khadijah binti Hasyim Asy’ari dan Kiai Muhammad Hadziq Mahbub dari Ketanggungan, Brebes. Khadijah adalah saudara dari KH A Wahid Hasyim, ayah Gus Sholah.

Otomatis, Gus Zaki dan Gus Sholah adalah cucu Hadratussyaikh KH M Hasyim Asy’ari, Pendiri Pondok Pesantren Tebuireng Jombang dan Nahdlatul Ulama.

Allahummaghfirlahu warhamhu waafihi wafuanhu. Teruntuk almaghfurlah Gus Solah, Gus Wachid dan Gus Zaki,  alfaatihah! (mky,fajar)

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry