Tampak Anies Baswedan saat melakukan pembenahan Kota Jakarta.

JAKARTA | duta.co – Tidak mudah, bagi lawan politik Anies Baswedan untuk membullynya. Di samping akan ‘bersimpang’ jalan, selama lima tahun Anies menjadi Gubernur DKI Jakarta, lebih dari cukup untuk menjadi jawabannya.

“Mau dicap anti tahlil, anti istighotsah, sudah tidak mungkin. Mau dicap radikal, garis keras, orang sudah tidak percaya. Mau mereka cap tunduk pada oligarki, nyatanya tidak. Yang pasti, selama 5 tahun memimpin DKI, Pak Anies terbukti berhasil menjadikan DKI Jakarta sebagai daerah ramah, maju, aman dan tenteram,” demikian kata salah seorang warga DKI yang ikut melepas Anies sebagai Gubernur DKI, Minggu (16/10/22).

Badan Musyawarah (Bamus) Betawi juga menyatakan, bahwa, warga Betawi berterima kasih kepada Anies Baswedan karena telah menciptakan suasana kota kondusif di Ibu Kota selama lima tahun menjabat sebagai gubernur. Ini harus kita patri dengan tinta emas.

“Atas nama masyarakat Betawi, kami selaku tuan rumah di Jakarta menyampaikan terima kasih kepada Pak Anies. Di era pak Anies, Jakarta damai dan harmoni. Tidak ada satu pun kelompok masyarakat yang didiskriminasi. Hari ini pak Anies meninggalkan Balai Kota. Banyak warisan yang beliau berikan untuk warga Jakarta, termasuk dalam kemajuan kebudayaan Betawi,” kata Ketua Umum Bamus Betawi, Riano P Ahmad di Jakarta, Ahad, 16 Oktober 2022.

Tidak Jadi Penonton

Ia menjelaskan selama pemerintahan Anies, masyarakat Betawi merasakan Jakarta sebagai kota yang kondusif dan ramah terhadap semua suku di Indonesia. Riano menilai gaya kepemimpinan Anies berhasil menjaga persatuan, keberagaman dan menghadirkan keadilan bagi seluruh warga. Ini sekaligus bukti tak terbantahkan dari prestasi Anies.

Riano menyebut selama pemerintahan era Anies, kebudayaan Betawi mengalami banyak kemajuan dan komitmen Anies terhadap masyarakat Betawi juga terbukti dengan prioritas Pemprov DKI yang selalu mendukung kegiatan kesenian serta kebudayaan.

“Yang saya rasakan, berdasarkan kegiatan yang kita punya, banyak kegiatan Betawi di era pak Anies. Banyak festival dan pelestarian kebudayaan Betawi yang beliau dukung sehingga, tidak ada lagi orang Betawi yang merasa jadi penonton di rumah sendiri,” katanya.

Salah satu program Pemprov DKI dalam memperhatikan kebudayaan Betawi yakni melakukan pengembangan di Setu Babakan yang menjadi Kampung Betawi, Taman Benyamin Sueb, hingga pengembangan atau revitalisasi Pusat Kesenian Jakarta Taman Ismail Marzuki (PKJ-TIM).

“Ini menunjukkan, betapa besarnya perhatian pak Anies untuk meningkatkan posisi Jakarta sebagai kota seni budaya, bukan saja di Indonesia tetapi juga level dunia,” ucap Riano.

Selanjutnya, kata dia, Anies memprakarsai revitalisasi Kota Tua menjadi Batavia yang merupakan nama masa kolonialnya.

Tidak hanya itu, Anies membuat Keputusan Gubernur (Kepgub) untuk mengubah 32 nama jalan hingga gedung di Jakarta dengan nama tokoh Betawi.

Menurut dia, kebijakan untuk mengabadikan tokoh Betawi menjadi nama jalan sebagai bentuk penghormatan untuk mengenang kontribusi besar para pahlawan-pahlawan lokal Betawi. “Tentu, ini adalah sebuah kehormatan dan kebanggaan besar buat kami masyarakat Betawi,” katanya.

Bamus Betawi mengapresiasi pula kebijakan Anies menggratiskan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) bagi rumah warga yang memiliki nilai jual objek pajak di bawah Rp2 miliar.

Anak Ideologi Bung Karno

Isa Ansori, Kolumnis asal Surabaya juga memberikan acungan jempol. Bahkan ia berani menyebut Anies sebagai anak ideologi Bung Karno. “Kalau toh Soekarno masih hidup, ia akan tersenyum melihat sepak terjang Anies yang mewarisi semangatnya melawan tirani dan ketidakadilan oleh bangsa sendiri,” tulisnya.

Ia justru heran, ketika lawanan politiknya mengkritik kinerja Anies dengan mendekat pada kekuatan asing. Menafikan kekuatan bangsa sendiri, yang menjadi andalan Bung Karno. “Jadi kalau Anies selalu salah bagi lawan lawan politiknya, ketika menjalankan tugas menyejahterakan dan melindungi warga Jakarta, maka, percayalah bahwa apa yang dilakukan oleh para pembencinya adalah bagian dari pengkhianatan semangat ideologis Soekarno dalam melawan tirani penjajah bangsa sendiri,” tegasnya. (mky)

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry