Sumber Foto: Indonesia.travel/id

SIDOARJO | duta.co – Kabar 7 desa terkaya di Indonesia, terus menginspirasi desa-desa lain, termasuk di Kabupaten Sidoarjo. Apalagi di tengah kita menghadapi ancaman resesi global. Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (LHK), Sidoarjo tengah membuat Revolusi Manajemen Persampahan atas gagasan Bupati Sidoarjo, Ahmad Muhdlor Ali.

“Ini terobosan menarik dari Dinas LHK, bahwa, kita bisa bangkit dari tumpukan sampah. Harus kita akui, selama ini sampah menjadi sumber masalah. Dan itu perlu kita ubah menjadi sumber pendapatan,” demikian Kades Sidorejo, Kec. Krian, Hery Sucipto Achmadi ST, kepada duta.co, Sabtu (19/11/22).

Menurut Hery, selain sampah, banyak langkah yang bisa kita kerjakan untuk menaikkan pendapatan desa. Ia mengakui, kalau desa hanya berpangku-tangan, hanya menunggu bantuan pemerintah Kabupaten dan Pusat, maka, desa akan berjalan lamban.

“Karena itu, kita butuh manusia-manusia handal untuk mendorong perkembangan desa. Ada Badan Usaha Milik Desa (BumDes), bagaimana caranya BumDes ini bisa menjadi lokomotif kemajuan ekonomi desa,” tegasnya.

Di Sidoarjo, masalah sampah memang masih menjadi problem serius. Ceceran sampah sering membuat warga mengeluh. Seperti di area layang Trosobo, bekas supermarket Giant Waru, Pepelegi, Perumtas 3 Wonoayu, Desa Popoh yang berbatasan dengan Desa Grabagan, Tulangan, sungainya jadi dangkal karena sampah. Ini harus secepatnya mendapat penangan serius. Karena itu, Sidoarjo perlu melakukan revolusi manajemen persampahan.

Dr Moh Bahrul Amig, Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Sidoarjo saat mengudara di Radio Suara Surabaya, mengatakan, bahwa, dalam Permendagri nomor 7 Tahun 2021, diatur tentang tata cara penghitungan biaya pengelolaan sampah. Ini yang sedang ia sosialisasikan kepada masyarakat untuk penerapan Revolusi Manajemen Persampahan yang digagas oleh Bupati Sidoarjo.

Meski begitu, ia mengakui, bahwa, penerapan perda terbaru yang mengatur regulasi sampah, akan mengalami hambatan karena kaitannya dengan keuangan daerah yang salah satunya mengamanatkan regulasi yang mengatur pajak dan retribusi daerah harus disatukan di satu perda.

Dalam kesempatan tersebut ia mempersilakan warga yang mendapati tumpukan sampah di wilayahnya agar bisa menghubungi nomor pribadinya. “Pasti nanti saya respon dengan senang hati, saya berterima kasih dengan orang yang peduli dengan keadaan lingkungan seperti ini,” pungkasnya.

Strategi 7 Desa Terkaya

Ada 7 desa terkaya di Indonesia dengan pendapatan daerah yang mencapai puluhan miliar rupiah. Ini sekaligus menepis anggapan bahwa desa itu miskin. Sejumlah orang masih menganggap kalau desa tergolong kawasan tertinggal dibandingkan kota. Padahal, ada sejumlah daerah yang dapat mengembangkan potensi lokal berupa pendapatan secara maksimal.

Program Transfer ke Daerah dan Desa (TKDD) tampaknya, berhasil mendorong desa bangkit dari keterpurukan. Ada 7 desa paling tajir di Indonesia itu, meski, mereka tidak ansih mengandalkan TKDD, karena kreatifitasnya patut menjadi kerpekan desa-desa lain.

  1. Desa Kutuh

Desa ini ada di Kuta Selatan, Kabupaten Badung, Bali. Ia  sukses dalam pengembangan pariwisata. Kutuh menjadi desa paling tajir di Indonesia dengan pendapatan mencapai Rp50 miliar pertahun.

  1. Desa Bendar

Lokasi desa ini di Kecamatan Juwana, Kabupaten Pati, Jawa Tengah. Mayoritas masyarakat desa ini berprofesi nelayan dan memiliki pendapatan Rp80 juta sampai Rp100 juta per bulan. Akibatnya seluruh asset desa bergerak maju.

  1. Desa Teluk Meranti

Desa ini lokasinya di Kabupaten Pelalawan, Riau yang terkenal bagi wisatawan asing terutama peselancar.  Wisatawan bisa menikmati Ombak Bono alias gelombang air di Sungai Kampar, sungai ternama di Riau.

  1. Desa Ponggok

Lokasi kawasan ini berada di Kabupaten Klaten, Jawa Tengah dan menjadi destinasi wisata.

Awalnya, desa ini hanya memiliki pendapatan daerah Rp80 juta per tahun, tetapi sekarang sudah mencapai Rp14 miliar per tahun. Lagi-lagi andalan wisata.

  1. Desa Kasongan

Kita mengenal Desa Kasongan di Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta.

Produk gerabah dari daerah ini menjadi incaran wisatawan nusantara dan mancanegara. Mesti mengandalkan wisata, tetapi, desa ini berhasil memancingkan dengan produk tertentu. Desa ini memiliki andalan.

6. Desa Waturaka

Desa ini berada di Kecamatan Kelimutu, Kabupaten Ende, Nusa Tenggara Timur (NTT). Kita bisa menebak kalau desa ini dekat dengan Danau Kelimutu yang menjadi destinasi wisata.

7. Desa Krui

Desa ini berlokasi di Kabupaten Pesisir Barat, Lampung, desa ini memang dikenal memiliki ombak besar dengan level internasional.  Ia menjadi destinasi wisata air bagi wisatawan nusantara dan mancanegara.

Hampir seluruh desa tajir di atas, memang, karena dukungan dari wisawatan. Kini, pola tersebut harus bisa kita ubah dengan mengandalkan BumDes sebagai pilar bisnis desa. Selain sampah, perlu kerjakeras. Caranya, etos dan effort (pandangan hidup dan upaya kerja keras red) bisa meniru warga kota. Sementara kelebihan desa, yang memiliki komunitas gotongroyong kuat, bisa menjadi modal besar untuk bangkit menghadapi segala ancaman krisis. (mky)