Cak Nur (foto kiri) dan (foto kanan) KH As'ad Said Ali (kanan) dan KH Said Aqil Sirodj - ft/satuislam.wordpress.com)

SURABAYA | duta.co – Warga NU, yakin, Muktamar ke-34 Nahdlatul Ulama (NU) di Lampung, bakal menjadi ‘titik balik’ kembalinya NU ke manhaj (jalan yang ditempuh) para muassis (pendiri) saat para masyayikh membentuk organisasi atau jamiyyah Bintang Sembilan ini.

“Saya yakin, ada jalan keluar di Muktamar ke-34 NU, sehingga organisasi ini bisa lepas dari kepungan kepentingan politik seperti yang terjadi saat ini,” demikian H Nur Hadi ST, Ketua Umum PPKN (Pergerakan Penganut Khitthah Nahdliyyah) kepada duta.co, Ahad (19/12/21).

Menurut Cak Nur, panggilan akrabnya, NU saat ini memang sedang mengalami turbulensi. Ibarat perjalanan udara, pesawat tengah mengalami guncangan dahsyat. Setidaknya dalam dua kali muktamar (Makassar dan Jombang) telah diwarnai dinamika yang tidak sehat, kalau tidak disebut memalukan.

“Saya kira, semua sadar, bahwa, saat ini, NU tidak sedang baik-baik saja. Karena itu, ahlul halli wal aqdi (AHWA) — yang memiliki otoritas tertinggi – harus menyelamatkan perjalanan NU ke depan. Saya yakin itu,” terang pengusaha otomotif di daerah Sidoarjo tersebut.

Masih menurut Cak Nur, hiruk pikuk kandidat Ketum PBNU, tidak menjadi ukuran. Sebaliknya, justru menjadi evaluasi, sejauh mana kader-kader NU mempertahankan akhlaq jamiyyah.

“Apalagi, belakangan semakin ugal-ugalan, terkesan liar. Dalam medsos nahdliyin misalnya, ada provokasi, menyebut satu kandidat dekat Israel, satu lagi dekat Sembilan Naga. Pakai uang segala. Kesan ini tidak akan muncul, andai saja tidak kebablasan,” tegasnya.

Kuncinya, tegas Cak Nur, adalah anggota AHWA. “Saya setuju dengan Prof Rochmat, bahwa, kita harus taat keputusan AHWA. Di sisi lain, para Gus jangan ada yang men-fait accompli, memplokoto, memaksa AHWA. Ini yang sering terjadi,” tambahnya.

Sosok Komplit

Cak Nur menyambut baik munculnya nama KH As’ad Said Ali, sosok komplit yang menjadi alternatif di antara dua kandidat (Kiai SAS dan Gus Yahya) kontroversi. Menurutnya, Kiai As’ad adalah santri tulen KH Ali Ma’shum. Lelaki kelahiran Kudus ini, selain alumni Ponpes Al-Munawwir, Krapyak juga merupakan kader NU yang fasih dalam bidang politik kenegaraan.

Selama 30 tahun Sarjana Hubungan Internasional UGM ini, menggeluti bidang intelijen. Tidak salah, kalau kemudian namanya masuk dalam daftar salah satu tokoh intelijen terbaik Indonesia.

“NU tidak akan ‘paceklik’ kader. Sekarang, semua tertuju pada sosok Kiai As’ad, inisiator pengkaderan NU yang sudah terasakan manfaatnya oleh dunia. Terbaru, PKPNU (Pendidikan Kader Penggerak Nahdlatul Ulama), tanpa gaduh telah memesan lima pesawat dari PT Dirgantara Indonesia (Persero) senilai Rp 400 miliar,” tegasnya.

Hebatnya lagi, tegas Cak Nur, atas prestasi ini tidak pernah ada pamer ke publik. “Bahkan ketika namanya disebut grass root NU sebagai sosok yang paling layak menjadi Ketum PBNU, Kiai As’ad juga tidak mau gede rumongso. Beliau tidak mau ada tim pemenangan segala, tidak mau ada tim sukses. Beliau paham betul, jabatan adalah amanah. Apalagi terkait NU, ada AHWA. Tetapi, saya sangat yakin, kalau AHWA memberikan amanah, demi NU beliau tidak akan mundur,” pungkas Cak Nur. (mky)

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry