Yunik Windarti – Dosen Kebidanan, Fakultas Keperawatan dan Kebidanan

HAMIL, melahirkan, nifas dan menyusui merupakan fase yang akan dilalui seorang ibu. Nampaknya biasa saja, namun pengalaman dan perjuangan yang luar biasa terjadi pada masa itu.

Kekuatan fisik dan psikologis teruji, di mana adaptasi yang ibu lakukan sangat menentukan berhasil atau tidaknya masa tersebut. Adaptasi fisik maupun psikologis ini akan berjalan dengan baik jika berbagai pihak berperan aktif memberikan dukunganya.

Dukungan keluarga, tenaga kesehatan, lingkungan dan pemerintah dalam menentukan program kesehatan sangat dinantikan.

Pada masa nifas ibu banyak mengalami perubahan baik fisik maupun psikologis. Karenanya kebutuhan dasar ibu harus dipenuhi dengan baik. Jika kebutuhan terpenuhi, maka ibu akan bisa merawat dirinya, segera pulih dan bisa maksimal dalam merawat bayinya terutama pemberian ASI Eksklusif. Kebutuhan dasar ibu masa nifas ini meliputi nutrisi, mobilisasi dini, eliminasi, kebersihan diri, senam nifas dan seksual.

Beberapa kebutuhan ibu menyusui yang perlu diperhatikan dalam hal ini adalah nutrisi. Kecukupan nutrisi seimbang dan pemenuhan cairan dalam tubuh ibu diharapkan dapat mendukung kekuatan fisik ibu salah satunya dalam pemenuhan kebutuhan ASI.

Hasil penelitian yang penulis lakukan tahun 2017 menunjukkan ibu nifas dengan nutrisi yang baik sebagian besar (65%) pengeluaran kolostrom (ASI) lancar. Terlihat jelas peran penting nutrisi dalam meningkatkan kesehatan ibu dan bayi.

Selain nutrisi, kebutuhan ibu menyusui selanjutnya adalah istirahat. Istirahat yang cukup dapat membantu memulihkan kondisi tubuh, menjaga psikologis ibu, dan mengurangi kejadian depresi post partum yang sering terjadi.

Pengaturan pola istirahat yang baik sangat diperlukan, misalnya saat bayi tidur, ibu ikut tidur. Kualitas istirahat ibu sangat berpotensi mempengaruhi keluarnya ASI. Hasil penelitian yang penulis lakukan tahun 2017 menunjukkan ibu nifas yang kurang istirahat sebagian besar (71,4 %) pengeluaran kolostrom tidak lancar.

Kebutuhan lain yang perlu dipertimbangkan adalah senam nifas. Banyak sekali manfaat senam ini diantaranya adalah memperbaiki dan memperlancar sirkulasi darah, memperbaiki sikap tubuh dan punggung, memperbaiki tonus otot pelvis  dan peregangan otot perut dan memperoleh relaksasi tubuh yang sempurna.

Gerakan senam nifas ini sebenarnya sederhana, namun kenyataannya masih banyak ibu yang enggan melakukannya dengan berbagai alasan misalnya malas, takut jahitan robek, pengalaman melahirkan sebelumnya di mana dulu tidak pernah senam namun baik – baik saja, tidak mengetahui cara senam, dll.

Penyampaian informasi (terutama dari tenaga kesehatan) kepada ibu sangat penting dilakukan dengan harapan KIE yang dilakukan dapat mendorong ibu melakukan senam ini. Hasil penelitian penulis tahun 2018 menunjukkan ibu yang tidak mendapatkan sumber informasi sebagian besar (56,3%) tidak mau melakukan senam nifas dini.

Pada masa pandemi Covid 19 ini tantangan ibu nifas dalam mendapatkan pelayanan kesehatan semakin membutuhkan perjuangan yang lebih. Pembatasan sosial berskala besar, aturan protokol kesehatan dan persiapan menghadapi new normal ini harus dipahami dengan baik.

Kemandirian ibu dalam merawat diri secara intensif dengan bantuan keluarga tentunya sangat diperlukan. Tenaga kesehatan berperan penting dalam hal ini yaitu dengan memberikan konseling dengan tepat.

Perawatan mandiri yang bisa ibu lakukan dengan bantuan keluarga misalnya suami atau keluarga yang lain adalah  pijat relaksasi kepala, pijat oksitosin, perawatan payudara, tekhnik menyusui yang benar, senam payudara dan senam nifas.

Hasil penelitian penulis tahun 2015 menunjukkan ibu nifas yang tidak mobilisasi dini sebagian besar (70,6%) mengalami involusi uteri abnormal dan ibu nifas yang dilakukan pijat oksitosin hampir seluruhnya (80%) mengalami involusi uteri normal.

Selain itu hasil penelitian penulis tahun 2019 menunjukkan ibu yang mendapatkan perawatan masa nifas secara intensif sebagian besar (62,16%) mampu melakukan perawatan mandiri dengan baik dan sebagian besar (57,5%) mau memberikan ASI Eksklusif pada bayinya.

Penyampaian informasi edukasi masa pandemi ini dapat dilakukan melalui berbagai media misalnya koran, TV, seminar online atau webinar, diskusi online  sebagai upaya agar pandemi ini segera berlalu dan derajat kesehatan masyarakat kembali meningkat.  *

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry