SURABAYA | duta.co – Pemerintah dan warga masyarakat sama-sama mengalami kegagapan dalam menghadapi pandemi covid-19. Mengingat, permasalahan yang muncul terus berkembang dan berdampak ke sektor lain. Sehingga, kebijakan yang dikeluarkan untuk menangani permasalahan covid-10 sering kontradiktif.

Warga masyarakat juga ikut bingung dan tergagap-gagap dalam memahami kebijakan pemerintah maupun permasalahan baru yang terus bermunculan. Hal itu mengemuka dalam diskusi online bertopik “New Normal: Berdampingan dengan Corona” yang digelar pengurus pusat IKA-UINSA Surabaya, pada Rabu (22/5/2020).

Diantara narasumber yang memberikan paparan adalah Bupati Lumajang Thoriqul Haq dan Ketua ICMI Jatim Ismail Nachu. Menurut Thoriq, di satu sisi pemerintah menerapkan kebijakan pembatasan sosial berskala besar (PSBB), namun ada kebijakan lain yang memperbolehkan transportasi umum beroperasi. “Ini kan bisa kontraproduktif,” ujarnya.

Demikian pula terkait dengan bantuan yang diberikan pemerintah kepada masyarakat terdampak covid-19. Ada janda yang sebelum pandemi covid-19 sudah miskin, kemudian ada pelaku usaha katering yang usahanya mandek sudah dua bulan lebih karena tidak ada pesanan. Padahal, ia harus menyelesaikan kewajibannya membayar pekerja dan kredit di bank untuk modal usahanya.

“Mana yang harus dibantu lebih dulu? Ini dilema. Belum lagi permasalahan yang lain, seperti perlu mendahulukan penyelesaian dari sisi kesehatan atau sosial ekonominya. Akibatnya, banyak masyarakat yang tidak percaya dengan kebijakan pemerintah,” ungkap  Thoriqul Haq.

Sementara itu, Ismail Nachu menambahkan, kegagapan tidak hanya dialami pemerintah tapi juga seluruh komponen masyarakat. Karena itu, agar tidak semakin gagap harusnya saling mendukung dan membantu menyelesaikan persoalan, bukan saling menyalahkan.

“Sebab, akan menjadi berbahaya bila sampai menimbulkan distrust (ketidakpercayaan) masyarakat terhadap pemerintah,” papar Ismail yang juga dikenal sebagai pengusaha properti.

Ismail mengajak semua komponen masyarakat untuk menggunakan akal sehat dalam menghadapi pandemi covid-19. Diantaranya dengan mengedepankan berpikir hikmah. Yaitu, mengajak untuk melakukan kebaikan bersama.

“Kita harus sadarkan rakyat supaya tidak banyak ngersulo (mengeluh), melainkan harus selalu positif thinking (berpikir positif),” ajak Ismail.

Terkait dengan era new normal pada masa pandemi covid-19, Bupati Lumajang Thoriqul Haq juga menyarankan untuk mengurai dulu problematikanya. Apakah itu terkait dengan new culture, new economic, new social maupun new schooling.

Misalnya, agar pelaku usaha tidak terus mati karena pandemi corona tidak diketahui sampai kapan berakhir, akhirnya dibuat kebijakan baru. Seperti PKL, pasar dan mall diperbolehkan buka kembali. Masjid-masjid diperbolehkan menggelar ibadah, dan lain sebagainya.

“Tetapi, langkah bijak itu harus disertai dengan pembatasan atau pengetatan agar corona tidak terus berkembang. Seperti inilah bentuk new normal. Jadi, harus ada pembatasan-pembatasan yang lebih keras karena ini memang pilihannya supaya rakyat tidak makin terpuruk dari sisi sosial ekonominya,” papar Thoriq.

Apa yang disampaikan Thoriq itu juga diamini oleh Ismail Nachu. Bakal calon Walikota Pasuruan itu mengatakan secara terus terang tentang ketidaksetujuannya dengan kebijakan pemerintah yang melarang masjid menggelar ibadah berjamaah.

“Jangan masjidnya yang ditutup, tetapi orang beribadah ke masjid diperlakukan dengan pembatasan sesuai petunjuk dari para ahli yang mengerti,” pungkasnya. (ud)

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry