KH Yahya Cholil Staquf (tengah) dalam bedah buku "Menghidupkan Gus Dur" di Jakarta Selatan, Minggu (19/12/2021). (Keterangan foto Liputan6.com/Fachrur Rozie)

SURABAYA | duta.co – Peluncuran buku KH Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya) berjudul ‘Menghidupkan Gus Dur’ karya AS Laksana, memperoleh banyak komentar nahdliyin.

Di samping banyak memuji — sebagai upaya membumikan pikiran-pikiran Gus Dur – tetapi, tidak sedikit juga yang menganggap ‘miring’, lantaran jelang Muktamar ke-34 NU. Apalagi kalau berkaitkan dengan ambisi Gus Yahya menjadi Ketua Umum PBNU.

“Ya bagus saja. Karena banyak pikiran Gus Dur yang perlu dieksplorasi kembali. Perlu dilakukan penjelajahan atau pencarian untuk menemukan gagasan beliau, agar banyak memberikan manfaat kepada umat,” demikian Ketua Pergerakan Penganut Khitthah Nahdliyyah (PPKN) H Nur Hadi ST, kepada duta.co, Rabu (22/12/21).

Menurut Cak Nur, banyak orang dekat Gus Dur yang bisa melakukan itu. “Cak Anam (Drs H Choirul Anam – dewan Kurator Museum NU) sudah menulisnya jauh hari. Judul ‘JEJAK LANGKAH SANG GURU BANGSA – Suka Duka mengikuti Gus Dur Sejak 1978’.  Dan, masih banyak lagi buku-buku soal Gus Dur yang beredar di masyarakat luas,” tambahnya.

Gus Yahya sendiri tampak sibuk meluncurkan buku setebal 158 halaman itu. Ia juga bercerita tentang kenangannya bersama dengan mendiang Presiden Keempat Abdurrahman Wahid alias Gus Dur. Buku besutan AS Laksana ini meluncur jelang peringatan haul Gus Dur ke 12 pada 30 Desember 2021, kebetulan juga menjelang Muktamar ke-34 NU.

Gus Yahya mengaku sudah mengidolakan Gus Dur sejak kecil. Hal tersebut yang mendorongnya menuangkan kenangannya bersama Gus Dur lewat sebuah buku. “Gus Dur itu idealismenya, visi-nya, dan cita-citanya masih relevan hingga sekarang. Saya yakin secara sosiologis akan relevan hingga tahun-tahun ke depan. Gus Dur nya memang sudah tidak ada, tapi kita masih membutuhkan kegusduran,” ujarnya  dalam peluncuran buku di Jakarta Selatan, Minggu (19/12/2021).

Dalam buku ini, Gus Yahya bercerita tentang awal perkenalannya dengan Gus Dur hingga menjadi juru bicara Gus Dur saat menjadi Presiden ke-4 Republik Indonesia. Ia kerap menemani Gus Dur bertemu dengan tokoh negara bahkan pemimpin dunia.

Banyak yang Bisa

Dalam buku itu ada tentang kenangannya dengan Gus Dur yang menurutnya adalah bangsawan humoris. Ia menjabarkan bagaiman Raja Saudi Arabia Fahd, Presiden Amerika Bill Clinton, Presiden Prancis Jacques Chirac, dan pemimpin Kuba Fidel Castro pernah tertawa karena lelucon Gus Dur.

“Gus Dur memiliki rasa humor yang luar biasa, yang memang dia asah sejak kanak-kanak, sehingga dia bisa menggunakan secara spontan dalam situasi apapun dan ketika bertemu siapapun,” kenangnya.

Tetapi, banyak juga yang berkomentar ‘miring’, terutama kalau melihat ambisi Gus Yahya untuk menjadi Ketua Umum PBNU. “Maunya ingin menjadi seperti Gus Dur. Tetapi, apa mungkin? Gus Dur itu tidak Borjuis, tidak meletakkan dirinya di kelas sosial yang tinggi, tidak seperti konglomerat. Gus Dur tidak pernah, dan tidak akan pernah datang ke muktamar dengan naik jet pribadi,” kritik Gus Yasien dengan nada tersenyum.

Netizen nahdliyin tak kalah cerdas. “Dia bisa menirukan gaya Gus Dur dalam satu hal. Tetapi, jelas tidak bisa seperti Gus Dur. Ibarat menyanyikan lagu “Rek Ayo Rek“, mungkin dia hafal. Dan banyak orang yang hafal. Tetapi, jelas, gaya dan suaranya jauh dari Mus Mulyadi yang mempulerkan lagu daerah tersebut. Gus Yahya tak bisa jadi Mus Mulyadi,” tulisnya dengan menyertakan gambar tertawa. (mky)

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry