PADAT KARYA: Kegiatan produksi di salah satu perusahaan rokok. Perusahaan rokok, salah satu industri padat karya yakni perusahaan rokok yang banyak menggunakan tenaga kerja. (duta.co/dok)

SURABAYA| duta.co –Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto mengaku optimistis, pertumbuhan industri nasional akan lebih terdongkrak lagi apabila harga gas dan listrik lebih kompetitif karena mampu menekan biaya produksi. “Bahkan, itu bisa menambah daya saing industri nasional di kancah global,” tegasnya.

Langkah strategis lain yang perlu dilakukan, di antaranya melakukan harmonisasi peraturan di segala lintas sektoral, menjaga stabilitas harga dan pasokan bahan baku industri khususnya bahan baku yang berasal dari impor.

Selain itu, melaksanakan promosi dagang ke pasar nontradisional, mencari informasi kebutuhan produk dan hambatan pasar dalam rangka pengembangan pasar ekspor baru.

Data Badan Pusat Statistik (BPS), industri pengolahan nonmigas pada triwulan I-2017 tumbuh sebesar 4,71 persen. Capaian tersebut meningkat dibanding pertumbuhan dalam periode yang sama tahun 2016 sebesar 4,51 persen, juga di atas pertumbuhan sepanjang tahun 2016 yang mencapai 4,42 persen.

“Kami terus menjaga momentum kenaikan ini, di mana sebelumnya produksi industri manufaktur tumbuh dan saat ini produk domestik bruto (PDB) ikut positif. Kami berharap agar pertumbuhan industri pada triwulan berikutnya dapat lebih baik lagi,” paparnya.

Sektor industri yang tumbuh tinggi pada triwulan I-2017, yaitu industri kimia farmasi dan obat tradisional sebesar 8,34 persen, industri makanan dan minuman 8,15 persen, industri karet, barang dari karet dan plastik 7,52 persen, serta industri kulit, barang dari kulit dan alas kaki 7,41 persen.

Selanjutnya, industri pengolahan nonmigas menjadi kontributor terbesar bagi pertumbuhan ekonomi nasional dibandingkan sektor-sektor lainnya. BPS mencatat, industri pengolahan nonmigas mampu memberikan sumbangan mencapai 18,08 persen pada triwulan I tahun 2017.

Menurut Airlangga, pada triwulan pertama, kenaikan yang juga cukup menggembirakan terlihat dari nilai ekspor sebesar 22 persen. Artinya, ini menunjukkan kondisi pasar global yang sudah pulih sehingga akan mendorong peningkatan produktivitas bagi industri dalam negeri.

Airlangga mengungkapkan, industri pengolahan nonmigas selalu membawa efek berganda terhadap perekonomian nasional mulai dari peningkatan nilai tambah, penyediaan lapangan kerja, perolehan devisa dari ekspor, hingga penghemat devisa ketika memenuhi kebutuhan dalam negeri. (imm)

 

 

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry