Gatot Siswanto, Owner Gudange Tahu Takwa (GTT). (DUTA.CO/Budi Arya)

KEDIRI | duta.co – Kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi dikhawatirkan akan mendorong lonjakan harga-harga di pasar tradisional secara signifikan dan menurunkan omzet.

Dengan daya beli masyarakat yang masih belum pulih, omzet para pedagang juga diprediksi bisa terganggu.

Hal ini diungkapkan, Gatot Siswanto, Owner Gudange Tahu Takwa (GTT), bahwa perekonomian masih belum sepenuhnya bangkit dari keterpurukan.

“Barang pokok mengalami kenaikan yang disebabkan pelemahan nilai tukar rupiah, kenaikan harga BBM, dan lain-lain yang berimbas pada harga bahan pokok,” kata Gatot, saat ditemui di lokasi pembuatan tahu di Dusun Besuk, Desa Toyoresmi, Kecamatan Ngasem, Kabupaten Kediri, Rabu (14/9).

Ia berharap, pemerintah harus bisa memperhitungkan kenaikan harga jangan naik turun dan bisa kembali stabil. Kalau pun hal ini terus terjadi, akan berimbas terhadap 45 karyawan yang mengandalkan mata pencaharian dari perusahaan yang dikelolanya.

“Produksi kami memang mengandalkan bahan baku pokok dari kedelai. Saat ini, kami kurangi, dari 300 kilogram menjadi 200 kilogram. Ini kami lakukan lantaran permintaan kami kurangi,” urainya.

Lebih jauh, Gatot mengaku, pengurangan produksi juga dipicu faktor pengiriman yang jauh dan tidak sebanding dengan keuntungan yang di dapat.

“Pengiriman Lamongan dan Tuban, biasanya 400 bungkus dalam seminggu, kini kami kurangi. Mau menaikkan harga, takutnya para pelanggan mengeluh.Ya, akhirnya tetap menjual harga Rp 13 ribu, per 10 biji, ukuran tahu kecil dan Rp 32 ribu, ukuran tahu besar,” pungkasnya. (bud)

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry