Ketua KPK Agus Rahardjo (kiri) bersama Ketua Umum PBNU Said Aqil Siroj (tengah) dan Ketua Hubungan Luar Negeri PP Muslimat NU Yenny Wahid di Gedung KPK. (ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A)

SURABAYA | duta.co – Warga nahdliyin, termasuk mahasiswanya, ‘terbelah’ dalam menyikapi demo besar mahasiswa anti korupsi hari ini. Sebagian mahasiswa NU, bersama benderanya PMII (Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia) demo ke Gedung KPK, lantaran menetapkan Imam Nahrawi sebagai tersangka.

Tetapi, tidak sedikit pula mahasiswa PMII yang terang-terangan menolak ikut dan memilih gabung dengan arus besar mahasiswa ke Gedung DPR RI yang menolak UU dan pimpinan baru KPK.

Hari ini, Rabu (25/9/2019) media sosial nahdliyin juga diserbu meme yang memasang foto Ketua PWNU Jatim, KH Marzuki Mustamar. Isinya: Santri, kader NU, dan semua warga NU dilarang mengikuti aksi atau demo, khawatir aksi atau demo itu ditunggangi kepentingan politik dan kepentingan asing untuk menentang pemerintahan.

“Bukan karena kami mendukung korupsi tetapi khawatir aksi tersebut ditunggangi kaum radikal dan wahabi” demikian tambahan (kutipan) kalimat pada meme yang menyertakan foto KH. Marzuki Mustamar, Selasa 24 September 2019.

Di sisi lain, medsos warga NU juga diserang opini atas nama Nasrudin Joha . Judulnya kelewat gawat!  *NGERI ! ROMI DAN NAHRAWI TERANCAM MATI SEBAGAI ….. YANG TAK DISHOLATKAN !*. Dalam tulisan yang juga diunggah palontaraq.id itu, Nasrudin Joha mengutip dua keputusan penting PBNU :

Pertama, usulan hukuman mati bagi koruptor. Kedua, jenazah koruptor tidak boleh disholatkan jenazahnya. Menurutnya, dua keputusan penting ini, sangat mengkhawatirkan Romi dan Rawi.

“Jika nanti, hakim pengadilan Tipikor memutus Romi dan Rawi korupsi, maka keduanya sah dan meyakinkan menyandang gelar koruptor. Apalagi, jika Hakim juga mengikuti fatwa PBNU, dan menghukum mati Romi dan Rawi, maka dapat dipastikan jenazah keduanya tidak akan disholatkan oleh pengurus NU,” tulisnya.

Sejumlah artikel terkait jenazah koruptor pun berseliweran. Ada berita yang diambil dari CNNIndonesia. Di situ, PBNU mengingatkan kepada seluruh pengurusnya untuk tidak menyalatkan jenazah koruptor. Hal ini sesuai hasil Musyawarah Nasional Alim Ulama di Cirebon pada 2013.

“Pengurus NU dilarang menyalatkan jenazah koruptor. Ini bukti bahwa NU tidak hanya bergerak secara moral tapi sekaligus memberikan dukungan kepada KPK. Sekali lagi, ini bukan muncul tiba-tiba,” kata Ketua PBNU Bidang Hukum Robikin Emhas di Gedung KPK, Jakarta, Selasa (11/7/2017).

Selain keputusan agar jenazah koruptor tak disalatkan, kata Robikin, munas alim ulama itu juga menilai korupsi memiliki daya rusak yang cukup besar. Dia mengatakan, PBNU pun mendukung jika koruptor dihukum mati.

“Kalau korupsi memiliki daya rusak sedemikian rupa, termasuk juga memiliki implikasi yang luas atas penderitaan rakyat, maka pelakunya layak dihukum mati. NU sudah tegas melawan korupsi,” tuturnya.

Berita di nu.or.id ikut disertakan, dan tak kalah tegas. Ketua KPK Agus Rahardjo mendukung seruan PBNU soal pelarangan mensalatkan jenazah koruptor. Dia menilai dalam menguatkan karakter bangsa, pendidikan agama sangat penting untuk ditanamkan sejak dini.

Menurut Agus, larangan yang dikeluarkan PBNU dalam mensalatkan jenazah koruptor bisa memberikan dampak luas dalam upaya pemberantasan korupsi di masyarakat.

“Seperti yang disampaikan Pak Robikin bahwa fatwa-fatwa itu sangat penting sekali. Tadi kan disampaikan pengurus PBNU tidak akan mensalatkan jenazah para koruptor. Itu kan penting memberikan dampak yang luas,” tuturnya.

Seperti diketahui, jajaran PBNU yang didampingi KH Said Aqil Siroj (tahun lalu) bertemu dengan pimpinan KPK. Kedatangan mereka untuk memberikan dukungan pada KPK, di tengah upaya pelemahan lembaga anti risywah pada saat itu. Kiai Said datang ke KPK bersama jajarannya, yakni Ketua PBNU Bidang Hukum Robikin Emhas, Ketua Hubungan Luar Negeri PP Muslimat NU Yenny Wahid.

Nah! Komentar netizen pun beragam. Ada yang kasihan dengan Imam Nahrawi dan Romi, karena mereka harus diadang dengan keputusan PBNU. Ada juga yang berharap ‘kejujuran’ dalam kasus korupsi itu.

“Saya sih berharap ada kejujuran. Karena hari ini NU ikut terseret dengan uang haram. Kabar ada duit mengalir ke muktamar NU Jombang, harus dijelaskan. Saya tidak yakin itu, tetapi, beritanya sudah sangat viral,” tulis Haji Musa. (mky)

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry