GEDUNG FITK IAIN Syekh Nurjati Cirebon yang dibangun menggunakan anggaran SBSN 2019 berdiri megah dan digadang-gadang menjadi gedung perkuliahan termegah di Cirebon. (Foto: Arif Rahman/Suara Cirebon)

CIREBON | duta.co – Anda ingin sarjana tanpa menginjakkan kaki di Kampus? Ini jawabnya. Kini, Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Syekh Nurjati Cirebon bersiap menjadi Cyber Islamic University pertama di Indonesia.

Proses transformasi ini dibahas dalam rapat koordinasi yang digelar Ditjen Pendidikan Islam, 19 – 21 Februari 2021 di kampus IAIN Syekh Nurjati Cirebon, Jawa Barat.

“Kehadiran Cyber Islamic University ini didasari oleh semangat kita untuk memenuhi janji konstitusi, yaitu memastikan bahwa tidak ada warga negara yang tidak terlayani untuk kuliah di perguruan tinggi keagamaan Islam,” ujar Dirjen Pendidikan Islam Muhammad Ali Ramdhani di Cirebon, Jumat (19/2/2021), saat memberikan pengarahan di hadapan pimpinan IAIN Cirebon dan Tim Taskforce Universitas Islam Siber Syekh Nurjati Indonesia (UISSI) yang dibentuk Kemenag.

Guru Besar UIN Sunan Gunung Jati Bandung ini menegaskan bahwa IAIN Syekh Nurjati Cirebon akan menjadi Perguruan Tinggi Keagamaan Islam siber pertama di Indonesia.

“Dengan model pembelajaran yang sepenuhnya daring mulai dari proses pendaftaran mahasiswa sampai kelulusan, UISSI diharapkan akan menjadi Perguruan Tinggi Keagamaan Islam (PTKI) pertama di Indonesia yang sepenuhnya diselenggarakan secara daring,” ujarnya.

Rakor diikuti Rektor dan para Wakil Rektor IAIN Cirebon, para Ketua Lembaga, para Dekan, Ketua PTIPD, serta para Kepala Bagian dan tim transformasi kelembagaan. Hadir juga, Kasubdit Pengembangan Akademik Syafii, Kasubdit Ketenagaan Mamat S Burhanuddin, Kasubdit Kerjasama dan Kelembagaan M. Adib Abdusshomad, Analis Kebijakan Ahli Madya Suwendi, Kasubbag TU Diktis M. Aziz Hakim, serta Mahrus selaku Tim Taskforce Cyber Islamic University UISSI.

Pria yang akrab disapa Dhani ini berharap, UISSI akan menjadi salah satu media pemerintah untuk menyapa anak bangsa yang selama ini tidak dapat mengenyam pendidikan tinggi karena keterbatasan waktu atau faktor geografis.

“Para guru-guru Kemenag yang belum S1, para pekerja yang belum S1, petani dan buruh, bahkan para TKI di luar negeri yang belum S1, bisa kita fasilitasi untuk kuliah melalui UISSI ini tanpa harus meninggalkan pekerjaannya,” tegasnya.

Direktur Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam (Diktis) Suyitno melihat bahwa kehadiran Cyber Islamic University, UISSI ini merupakan tuntutan zaman dan langkah strategis yang harus ditempuh Kemenag untuk merespon kebutuhan di lapangan. Sebab, masih banyak guru yang sampai saat ini belum sarjana karena tidak dapat meninggalkan tugasnya mengajar di madrasah atau sekolah.

“Jadi Cyber Islamic University, UISSI ini bukan program gengsi-gengsian. Kita ini punya pekerjaan rumah 86 ribu guru yang belum sarjana karena tidak dapat meninggalkan tugas mengajarnya,” ujarnya.

“Jika ini tidak kita atasi, maka mereka tidak dapat meningkatkan jenjang karirnya sebagai guru profesional, dan ini tidak boleh dibiarkan oleh Kemenag,” lanjutnya.

Cyber Islamic University, UISSI rencananya akan mulai membuka pendaftaran penerimaan mahasiswa baru pada Semester Gasal Tahun Akademik 2021/2022. Sebagai piloting adalah Program Studi Pendidikan Jarak Jauh (PJJ) Pendidikan Agama Islam (PAI) pada FITK IAIN Cirebon yang telah memperoleh Akreditasi Unggul. Tahun 2022, ditargetkan seluruh program studi yang Terakreditasi Unggul akan menyelenggarakan model cyber university.

Rektor IAIN Syekh Nurjati Cirebon, Sumanta Hasyim menyampaikan terima kasih atas amanah baru dari Kementerian Agama terkait piloting PJJ PAI di wilayah dakwah Islam Sunan Gunung Jati untuk memajukan Pendidikan Islam melalui siber. Kesiapan IAIN Syekh Nurjati Cirebon ini bersamaan dengan proses transformasi kelembagaan dari IAIN menuju Cyber Islamic University, UISSI yang akan diputuskan melalui sidang senat dalam waktu dekat. (MeM, kemenag.go.id)

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry