CIDERA : Atlet yang mengalami cidera harus ditangani dengan baik oleh tim dokter Sport Clinic. DUTA/istimewa

SURABAYA | duta.co – Ironis. Di tengah obsesi untuk bisa memajukan olahraga di Jawa Timur, tapi justru tidak diimbangi dengan penanganan cidera atlet yang maksimal.

Hal itu terlihat dari hasil screening yang dilakukan Sport Clinic FK Unair – RSU dr Soetomo terhadap atlet-atlet muda Jawa Timur.

Ketua Sport Clinic FK Unair – RSU dr Soetomo, dr Andre Triadi Desnantyo, SpOT (K) mengatakan tim Sport Clinic bersama KONI Jatim  melakukan screening terhadap atlet-atlet muda di kelas SMP dan SMA.

Screening itu dilakukan untuk menyeleksi kondisi atlet agar bisa memaksimalkan  prestasi atlet itu sendiri.

Juga, kata dr Andre, dengan screening ini, akhirnya dapat dipetakan apakah atlet yang cidera itu karena proses latihan, sudah cidera sebelum masuk pusat latihan atau karena sebab lain.

“Karena atlet kalau sudah cidera dan dipaksa untuk terus berlatih tanpa maka risikonya bisa mengalami kecacatan, atau pensiun dini padahal masih bisa berprestasi. Ini yang kasihan,” tandas dr Andre yang ditemui di sela The 3rd National Sport Science Meeting di Surabaya, akhir pekan lalu.

Karenanya, screening yang dilakukan itu adalah segala fungsi alat gerak. Bahkan juga harus melajukan tes darah.

Ini dilakukan agar semua alat gerak atlet itu bisa berfungsi maksimal. Tidak ada cidera sedikitpun. Karena saat atlet itu sudah pensiun dari cabang olahraganya, dia bisa memberikan kontribusi lain dengan menjadi pelatih.

Memang saat ini KONI Jatim sebagai induk organisasi olahraga di Jawa Timur sudah mulai sadar pentingnya melibatkan sport clinic untuk menangani para atlet. Agar prestasi para atlet bisa maksimal dengan cidera yang ditangani dengan tepat dan cepat.

Sport Clinic sendiri kata dr Andre tidak hanya melakukan tindakan saat atlet cidera, namun juga memberikan edukasi, sosialisasi kepada para manager, pemilik club, pelatih dan orang-orang di sekitar atlet untuk memahami pentingnya penagangan cidera atlet.

“Ya kita sosialisasikan bagaimana mengelola  latihan yang betul. Jika atlet dominan menggunakan tangan, maka tangan ini harus seperti apa. Bagaimana meningkatkan kekuatan otot, jangan melakukan gerakan-gerakan yang mengakibatkan risiko cidera dan sebagainya,” jelas dr Andre.

Dengan pemahaman itu, kini para orang-orang di sekitar atlet sudah tidak lagi menggunakan caara tradisional misalnya dengan dipijat dan sejenisnya.

Tidak hanya itu, tim Sport Clinic ini juga mencoba untuk memberikan edukasi dan sosialisasi kepada masyarakat umum, misalnya guru pendidikan jasmani dan kesehatan (Penjaskes). Sudah 28 kota/kabupaten di Jawa Timur yang disasar untuk memberikan edukasi ini.

“Ini penting, karena dari sekolah bibit-bibit atlet itu muncul. Kalau ada yang cidera dan tidak ditangani dengan baik maka akan menimbulkan masalah ke depannya,” tukasnya. end

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry