Keterangan Gambar Aksi Mahasiswa-Buruh 11 April. FT/cnnindonesia.com

SURABAYA | duta.co – Membesar? Sepertinya, begitu. Hari ini, Kamis (21/4/22) mahasiswa dan buruh (kembali) turun jalan. Mereka akan mengepung (lagi) Gedung DPR RI, di Senayan, Jakarta.

Undangan aksi itu terus beredar di medsos. Hebatnya, mayoritas memberikan ancungan jempol, serta doa semoga harga BBM dan harga sembako bisa turun. Kalau tidak bisa, ya… dia yang turun.

“Selamat siang, ijin melaporkan informasi Awal Perkiraan Aksi tanggal 21 April 2022. Elemen yang akan turun: BEM SI Kerakyatan, KASBI ( Buruh) Wilayah Bekasi, Karawang, dan Bogor, Blok Politik Pelajar, BEM UI, Keluarga Besar UNPAM, UIN Ciputat, Univ Negeri Jakarta, Univ Trisakti, Univ Atmajaya, Univ Esa Unggul, Univ Atmajaya, Univ Mercubuana, Univ Muhamadiyah Jakarta, Univ Muhamadiyah Tangerang, Politeknik Jakarta, Untirta. Titik aksi: DPR RI dan Istana Negara. Estimasi massa : 2.000 – 3.000 orang (Mahasiswa dan Buruh),” demikian laporan dengan menggunakan istilah DUM (Demikian Untuk menjadi Maklum).

Pihak keamanan mencium fakta, bahwa, aksi demonstrasi hari ini,  untuk melanjutkan aksi tanggal 11 April lalu, motornya elemen Mahasiswa dan Buruh. Kelompok Mahasiswa yang menonjol dalam agenda aksi ini adalah Aliansi Mahasiswa Indonesia ( AMI) dan BEM seluruh Indonesia Versi Kerakyatan (BEMSI Kerakyatan) serta Komite Rakyat Lawan KKN ( KRL KKN).

Hadir dalam aksi kali ini elemen Buruh KASBI pimpinan Nining Elitos yang akan menggerakan massa Buruh dari Karawang, Tangerang Bekasi dan Bogor. “Awal permulaan aksi oleh elemen Mahasiswa dan Buruh. Adapun Target utamanya adalah memainkan aksi sampai bulan Oktober dengan agenda ‘Tolak Forum G20’. Titik kumpul massa di DPR RI dan Istana Negara. Ada pun tuntutannya: Tolak wacana 3 periode dan penundaan Pemilu. Turunkan kenaikan pajak PPN 11%, turunkan harga BBM, Cabut UU Omnibus Law,” tambah laporan tersebut.

Madura Sudah Tolak Jokowi

Ternyata kunjungan Presiden Joko Widodo ke Kabupaten Sumenep, Jawa Timur, disambut demonstrasi Aliansi Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Sumenep, Rabu, (20/4). Aksi puluhan mahasiswa ini tak berlangsung lama, sebab aparat keamanan dari polisi-TNI langsung merangsek membubarkannya.

Aksi mahasiswa Madura ini, bisa menjadi tolok ukur, betapa penolakan terhadap Presiden Jokowi kian massif. Koordinator aksi Aliansi BEM Sumenep, Moh Choirul Anam mengatakan, tiga hari sebelum kedatangan Presiden, pihaknya sudah melayangkan surat pemberitahuan demonstrasi ke Polres Sumenep. Mereka sudah terang-terangan.

Meski sudah memberi tahu, massa mahasiswa tetap tercegat petugas saat menyampaikan aspirasinya di sepanjang Jalan Trunojoyo Sumenep hari ini. Dalam video amatir yang terlihat CNNIndonesia.com salah satu petugas menyuruh massa aksi untuk membubarkan diri. “Tidak boleh melakukan aksi demonstrasi saat kunjungan presiden,” kata salah satu petugas berkaos abu-abu pada video tersebut, Rabu (20/4).

Choirul mengungkapkan atribut demo petugas rampas. Selain itu handphone genggam milik pedemo yang mencoba live streaming di platform media sosial, ikut diambil aparat. Gambar berikut video tersebut diakui Choirul sudah dihapus petugas. Perlakuan aparat disebut Choirul telah mencederai kebebasan menyampaikan pendapat. “Sempat terjadi cekcok dan kontak fisik antara kami dengan petugas. Padahal kami hanya ingin menyampaikan aspirasi,” kata Choirul kutip CNNIndonesia.com.

Mengapa Kalah Viral dengan Blangkon Prabowo?

Tidak banyak media memberitakan aksi tolak Jokowi ini. Yang ramai justru Jokowi dan Menteri Pertahanan Prabowo Subianto kompak bersama-sama membeli blangkon khas Madura.

Memang, setibanya di Bandara Trunojoyo, presiden beserta rombongan melakukan peninjauan panel dan menuju stan kerajinan lokal khas Madura untuk membeli dua kain batik dan satu udeng blangkon berwarna merah kecoklatan. “Ini lebih viral dari aksi toplak Jokowi,” demikian komentar netizen.

H Tjetjep Mohammad Yasien, praktisi hukum dan pemerhati politik, menilai, bahwa, keberanian aksi mahasiswa Madura ini, tidak bisa kita anggap enteng. “Selama ini, Madura sangat mendukung Jokowi-Prabowo. Tetapi, kali ini sudah berani terang-terangan menolaknya. Saya kira ini bisa menjadi ukuran, betapa rakyat sudah muak,” tegasnya kepada duta.co.

Di samping itu, jelasnya, media masih dalam kekuasaan penguasa. “Aksi mahasiswa Madura kalah viral dengan blangkon Prabowo karena media masih ke sana. Tetapi, pada saatnya, media pasti kembali ke tuntutan rakyat,” pungkas alumni PP Tebuireng, Jombang ini. (mky)

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry