SURABAYA | duta.co – Tepat! Kalau KH Luthfi Bashori atau Gus Luthfi kita juluki NU Garis Lurus. Ia tak segan-segan meluruskan kekeliruan yang menurutnya berbahaya. Belum lama ini, putra almaghfurlah KH Bashori Alwi Murtadlo tersebut meluruskan pandangan Gus Arrazy Hasyim tentang hadits tanda-tanda hari kiamat. Karena, menurut Gus Arrazy, di akhir zaman nanti, satu (1) lelaki halal menikahi 50 wanita.

Gus Luthfi, dengan cepat meluruskan pemahaman tersebut. Menurutnya, poligami (dalam Islam) itu, sudah ada aturannya sedemikian rupa, tidak ada perubahan sampai akhir zaman. “Hukum poligami itu, sudah jelas, maksimal 4 saja, mulai dari zaman Nabi sampai hari kiamat. Tidak akan ada hukum (Islam)  yang berubah,” tegasnya.

Kali ini, Gus Luthfi meluruskan penjelasan Ustad Adi Hidayat (UAH) perihal hadits pembagian ramadhan. Apalagi menurut UAH, hadits yang membagi bulan Ramadhan menjadi tiga tahapan (Rahmat , Maghfirah dan Itqun minan naar), itu palsu.

“Orang yang membagi ramadhan ke dalam tiga bagian, sehingga menyebutkan 10 hari pertama, rahmat. 10 hari kedua khusus maghfirah (ampunan) dari Allah swt. Dan 10 hari ketiga ada peluang dibebaskan dari api neraka (Itqun minan naar red.). Pernah mendengarkan ungkapan ini?,” tanya UAH pada jamaahnya sambil menulis di papan yang terlihat dari video tersebut.

Lalu, UAH menjelaskan. “Hadits ini, (setelah) diteliti oleh pakar hadits, ahli-ahli di bidang hadits, dan menyimpulkan, hadits ini bermasalah. Bahkan derajatnya ada yang menemukan sampai ke derajat hadits palsu atau hadits maudhu’,” jelas Ustad Adi Hidayat.

Gus Luthfi merasa perlu meluruskan. “Pembahasan kita terkait pembagian bulan suci ramadhan, yang disebutkan bahwasanya, awal bulan ramadhan dihitung 10 hari, itu adalah rahmah. Diturunkan rahmat Allah kepada umat Islam. Kemudian pertengahannya, adalah maghfirah atau ampunan dari Allah swt. Dan terakhirnya, 10 hari terakhir, Itqun minan naar, pembebasan dari api neraka. Ini keterangan dari hadits Nabi Muhammad saw,” demikian Gus Luthfi.

Hadits ini, jelasnya, diriwayatkan Imam Ibnu Abid Dunya, juga Imam Al-Khatib, serta Imam Ibnu Asaakir. “Bahkan dalam riwayat Ibnu Khuzaimah dikatakan, ini adalah hadits sahih, karena itu dimasukkan dalam kitab sahihnya pada nomor 1887. Hadits ini juga diriwayatkan Imam Baihaki dalam kitabnya Syuabul Iman,” tegasnya.

Kembali ke Ulama Salaf
KH Luthfi Bashori atau Gus Luthfi. (FT/IST)

Perlu kita ketahui, jelas Gus Luthfi, bahwasanya, Imam Ibnu Abid Dunya, itu kalau kita hitung, beliau hidupnya seribu tahun lalu. Termasuk ulama salaf. Kemudian datang orang-orang yang baru sajalah, seperti Syekh Nashiruddin Al-Albani. “Coba bandingkan tahunnya? Kalau Imam Abid Dunya itu seribu tahun lampau, termasuk ulama-ulama salaf kita, sedang ini (Nashiruddin Al-Albani) orang baru. Dia mengatakan hadits ini dhoif, (ingat dhoif) bukan palsu (maudhu’). Tetapi, yang runyam, justru ada orang-orang yang hidup pada zaman kita sekarang, ini berani menvonis hadits ini palsu. Dari mana keilmuannya? Apakah orang yang mengatakan dhoif, atau orang-orang sekarang yang menyebutnya palsu, itu (berani) menentang Imam Ibnu Khuzaimah yang hidupnya sudah ribuan tahun lalu?” tanyanya.

Jadi, lanjutnya, “Saran saya, ayo sebagai umat Islam, kita merujuk periwayatan ulama-ulama terdahulu, salaf, yang hidup ribuan tahun lalu, seperti Imam Abid Dunya atau Imam Ibn Khuzaimah atau Imam Al-Baihaki. Ini harus lebih kita kedepankan dari pada merujuk (pendapat) orang yang, baru saja mengenal hadits, apalagi orang-orang sekarang yang menvonbis palsu,” terangnya.

Gus Luthfi kemudian menjlentrehkan, “Para ulama salaf mengatakan hadits ini dhoif, atau setidaknya hasan. Ata pun kalau dhoif, itu masih bisa kita pergukan sebagai istidlal atau pengambilan dalil. Apalagi menurut ulama ahlussunnah wal jamaah, hadits dhoif itu, masih bisa kita pergunakan untuk dalil fadhoilul a’mal, seperti pembagian bulan suci ramadhan. Itu bukan suatu hal halal atau haram, tetapi untuk fadhoilul a’mal, boleh-boleh saja.”

“Karena itu, saya mengingatkan kepada umat Islam yang ada di zaman sekarang, ayo, kita lebih baik merujuk kepada ulama-ulama salaf yang hidup seribu tahun terdahulu, sebagaimana jargon yang sering kita sampaikan,” demikian saran Gus Luthfi dalam video pendek berdurasi 4 menit, 47 detik tersebut. (mky)

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry