SURABAYA | duta.co – Santri merupakan sosok manusia yang siap untuk mandiri hal ini diungkapkan Pengasuh Pondok Pesantren Darul Ulum, Paterongan, Jombang, KH Zahrul Azhar alias Gus Hans. Hal ini didasari pendidikan santri yang sejak awal sudah diajari hidup mandiri di pesantren.

“Begitu masuk pesantren tinggal mengasah kemampuan diri dan menumbuhkan keyakinan bahwa kita bisa menjadi apa saja yang kita inginkan dengan kesungguhan dan keyakinan yang kuat,” kata Gus Hans, saat menjadi narasumber di acara talkshow, di Gedung UIN Sunan Ampel Surabaya, Jumat, (18/10/2019).

Talkshow bertajuk “Santri Siap Mandiri” ini digelar oleh Dewan Pimpinan Daerah Jaringan Kemandirian Nasional (Jaman) Santri Jawa Timur dalam rangka menyambut Hari Santri Nasional (HSN) 2019.

Selain Gus Hans, hadir juga dua narasumber, anggota FKB DPRD Jatim H Syamsul Arifin, dan CEO Cita Entertainment Hj Nur Cita Qomariyah.

Gus Hans berkisah tentang pengalaman dirinya yang berlakar belakang pesantren yang mengelola berbagai program di televisi nasional. Di dalam program itu, terdapat sesuatu yang bermanfaat terhadap masyarakat dengan mengangkat serta menfasilitasi agar mempunyai kesadaran tinggi akan pentingnya pendidikan, kreativitas dan ide-ide kemandirian lainnya.

“Banyak elemen masyarakat yang perlu kita fasilitasi seperti anak-anak di kampung Dolly bagaimana dulu mereka berusaha lepas dari kehidupan di lingkungannya yang merupakan dunia malam, di sana bukan cuma diajari dakwah saja namun bagaimana menumbuhkan bakat-bakat yang dimiliki diantaranya di dunia entertaimen dan usaha halal lainnya,” paparnya.

Menurut Gus Hans, mandiri tidak harus punya usaha, namun minimal bisa bertanggungjawab pada dirinya sendiri dan bermanfaat bagi orang lain.

Sementara, Cita Qomariyah menyampaikan bahwa yang penting ada kemauan kalangan santri pasti bisa menjadi apa saja yang diinginkan.

“Santri harus bangga dengan kesantriannya karena santri merupakan orang-orang yang mempunyai bakat multitalenta. Tinggal bagaimana kita mengasah dan menumbuhkan keyakinan, jangan pernah berfikir santri itu tertinggal atau kuno karena santri itu sebenarnya sangat keren,” tegas alumni Pondok Pesantren Darul Ulum Paterongan ini.

Senada disampaikan Syamsul Arifin. Menurut Syamsul, hal pertama yang dilakukan santri adalah harus membangun kepercayaan diri akan identitasnya sebagai santri.

“Banyak hal yg bisa dilakukan utk mengasah kepercayaan diri ini seperti contoh santri pakai sarung pergi ke mall harus berani, percaya diri ini Salah satu contoh mengasah kepercayaan diri, selanjutnya membaca peluang agar bisa survei apalagi santri-santri yang ada di Surabaya,” tegasnya.

Ia menegaskan, santri yang ada di Surabaya harus percaya diri. Sebab, peluang di Surabaya cukup besar.

“Ibaratnya bergerak dikit saja bisa jadi duit apalagi bergerak banyak. Saya masuk Surabaya dulu tidak malu untuk masuk ke Pasar Wonokromo untuk mencari peluang yang bisa menjadi uang karena saya sadar dari desa dan bukan anak orang mampu. Yang penting siapkan mental, baca peluang dan bagaimana peluang itu menjadi sukses dan berhasil,” tegasnya. (Zal)

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry