KHM. Zahrul Azhar, Sip, MKes (Gus Hans)

SURABAYA | duta.co – Wakil Ketua PW ISNU Jatim, KHM. Zahrul Azhar, Sip, MKes  menegaskan, keputusan pemerintah seakan tidak seragam antara pusat dan daerah dalam menyikapi virus corona.

“Saya melihat belum adanya langkah gerak yang sama, ini dikarenakan prespsi dan kondisi yang berbeda beda di lapangan. Memang dalam tindakan tidak harus sama, antara pemimpin daerah yang satu dengan yang lain, karena kondisi sosial dan geografis memang berbeda-beda,” tegas kiai muda yang akrab disapa Gus Hans ini, Selasa (17/3/2020)

Menurut Gus Hans, Indonesia tidaklah Italia yang luas wilayahnya hanya setara 1 pulau di Indonesia. Sehingga keputusan dalam menyikapinya pun tidak harus sama.

“Pemerintah kini menghadapi dua masalah yang seakan dibenturkan antara opini yang terbangun, atau ada yang sengaja membangun di ranah publik dan rasionalitas empirik,” tambahnya.

Masih menurut  Komisaris PT Nusantara Medika Utama (yang mengelola  5 rumah sakit dan 13 klinik ) tersebut,  dirinya  yakin tidak ada satu pemimpin pun yang mau mengorbankan jiwa rakyatnya dalam hal apapun.

Menurutnya, boleh saja seorang pejabat publik beropini agar tidak ke mana dan bisa melakukan apa pun di rumah, karena dia berlatar-belakang pendidikan tinggi yang sangat melek teknologi dan, dia pengguna aktif dari kecanggihan teknologi yang makin meminggirkan peran “kehadiran manusia” secara fisik.

“Namun bagaimana dengan mbok mbok pasar yang setiap hari dia harus bergelut dengan kerumunan di pasar tradisional untuk menyambung hidupnya? Boleh saja pemimpin sebuah wilayah segera melakukan langkah lockdown wilayahnya, karena dia hanya pemimpin sebuah kota yang luasnya tidak seberapa dengan tingkat resiko yang tinggi,” urainya.

Bisa Mengatur Ritme

“Namun apakah kebijakan ini harus segera dikeluarkan juga oleh pemimpin yang cakupannya jauh lebih luas yang, tidak semua wilayahnya berpotensi terdampak corona? Menurut saya dengan kondisi geografis dan kultur sepeti di Indonesia ini tidak seharusnya kita larut dalam dalam kepanikan masal yang berpotensi pada terjadinya rusuh dan berujung pada shutdownnya sebuah bangsa,” bebernya panjang lebar.

Ia menambahkan, tanpa mengurangi kewaspadaan dari virus corona, jumlah kematian yang ditimbulkannya masih jauh dibanding dengan jumlah kematian pengguna narkoba yang rata rata 50 jiwa setiap harinya.

“Apakah kita panik? Apakah dengan situasi yang “santai santai” saja seperti ini bisa disimpulkan bahwa pemerintah tidak memikirkan nyawa  rakyatnya? Tentu tidak kan?” tanyanya.

Jangan sampai ada yang memancing di air keruh di balik merebaknya wabah corona ini. Sehingga menciptakan kesan negeri kita gagal dalam menentukan target target untuk mensejahterakan rakyatnya.

“Mari kita hadapi virus corona ini dengan tetap waspada tanpa harus menimbulkan kepanikan, percayakan kepada pemimpin kita untuk menyelesaikan permasalahan kita bersama ini. Semoga presiden bisa menjadi dirijen handal yang bisa mengarahkan mana yang dibunyikan, mana yang harus diamkan, serta bisa mengatur ritme sesuai dengan langgam yang bisa kita nikmati bersama,” pungkasnya.(rls.mha)

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry