SURABAYA | duta.co – Hari kedua Jatim Art Forum 2021, yang diselenggarakan
Dewan Kesenian Jawa Timur terasa lebih meriah dengan hadirnya penonton, namun demikian, dengan menerapkan protokol
kesehatan yang ketat pada Rabu malam (10/11/2021).

Disuguhkan dua pertunjukan dari dua kelompok teater yang berbeda oleh Komunitas “Forum Aktor Jatim” dan teater Payung Hitam.

Forum Aktor Jatim yang merupakan Program Teater Dewan Kesenian Jawa Timur (DKJT) merupakan sebuah forum kerja aktor yang lahir dari platform workshop ‘tumbuh bersama’ dengan beberapa pemateri luar dan dalam (Jatim).

Juga melibatkan para aktor dari beberapa kota/kabupaten diantaranya Dyah Ayu Setyorini (Sidoarjo), Fatihuddin (Gresik), Fayat Muhammad (Sumenep),
Ma’rifatul Latifah (Bangkalan), Muhammad Alfin Haris (Pasuruan), Taslimul Muhajirin (Lamongan), dengan melakukan praktik-praktik seni kolektif dan kolaboratif.

Forum Aktor Jatim menampilkan karyanya dengan judul “Kantil, Tumpang Tindih Kematian” yang merupakan naskah dari Yusril Izha dari Surabaya.

Galuh Tulus Utama selaku Depertemen Teater DKJT menjelaskan bahwa pertunjukan yang digagas oleh Forum Aktor Jatim ini pemberikan pesan kepada audiens mengenai Lahirnya kematian adalah sebuah kisah di dalam kisah, yang terus tumbuh sebagai narasi tak terduga, mencengangkan, sebrang-menyebrang (trans) dan kita akan terus menyaksikannya di dalam KANTIL.

Komunitas Teater Selanjutnya yang tampil adalah Payung Hitam yang merupakan komunitas Teater asal Bandung. Payung hitam kali ini menampilkan karya dengan judul “normal baru /urab lamron”.

Rahman Sabur sebagai sutradara pertunjukan ingin menyampaikan pesan kepada audiens sebuah proses penciptaan, di mana kreativitas akan menjadi tumbuh bersama meski pertemuan kali ini cukup singkat.

“Sebagai pemicu pembacaan atas tubuh, kita mencoba masuk ke ruang-ruang terdekat yang masih menjadi bagian dari problem kita bersama, yaitu bergulirnya isu-isu pembatasan atas ruang gerak melalui trigger COVID-19” ungkap Rahman Sabur usai pagelaran

“Meski sebenarnya ruang gagas ini bisa sama sekali kita tinggalkan dan kita berpindah ke ruang gagas lainnya, namun di tengah berkelindannya isu-isu sosial, lingkungan, politik, agama, dan lainnya, intinya semua isu yang diciptakan manusia, akan mengarah pada ke tidak berdayakan manusia itu sendiri. Sebagai tubuh individu maupun tubuh sosial, manusia menjadi objek bagi manusia yang lain. “Manusia” telah mengingkari kehadirannya di bumi ini sebagai sejatining manungso,” lanjutnya. rdo

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry