SURABAYA | duta.co – Ketua Harian Pergerakan Penganut Khitthah Nahdliyyah (PPKN), H Tjetjep Mohammad Yasien, SH, MH mengatakan, bahwa, PPKN telah mendengarkan suara nahdliyin atau grass root  NU terkait Muktamar ke-34 NU di Lampung.

“Andai boleh usul, nahdliyin berkeinginan KH As’ad Said Ali,  Wakil Ketua Umum PBNU masa khidmat 2010-2015 untuk menjadi Ketua Umum PBNU. Kiai As’ad diyakini mampu mengambalikan NU ke jalur perjuangan sebagaimana cita-cita muassis. Kembali khitthah 1926,” jelasnya kepada duta.co, Selasa (14/12/21).

Menuurt Gus Yasien, panggilan akrabnya, NU sebagaimana keinginan muassis adalah menjadi jam’iyatu ‘adlin wa amaanin wa islaahin wa ihsaanin. Landasannya keadilan dan kebenaran, memperjuangkan kebaikan dan kesejahteraan ummat,” jelas alumni PP Tebuireng, Jombang ini.

Sekarang, tegasnya, NU sudah terjebak hiruk pikuk politik praktis. Dengan sadar, sekali lagi dengan sadar, pengurus PBNU membawa ke ashabul qoror, perebutan kekuasaan. Semua ingin menjadi pemangku kebijakan. “Ini bukan kecelakaan, tetapi mencelakakan diri. Dengan begitu organisasi agama terbesar di Indonesia bahkan di dunia ini, sengaja dijadikan tunggangan politik. Berbahaya,”tambahnya.

Dengan besarnya nafsu politik, akhirnya, pesan penting dalam Mukaddimah Qonun Asasi yang menjadi amanah Hadratussyaikh KH Hasyim Asy’ari, terabaikan. “Amanah hadratussyaikh jelas, menegakkan keadilan dan kebenaran sesuai perintah Allah SWT sebagaimana isi firman-Nya ‘Hendaklah kalian menjadi penegak kebenaran karena Allah, menjadi saksi dengan adil’. Ini semua hilang sekarang,” urainya.

Selamatkan NU

Bicara soal figur, Gus Yasien menjelaskan, bahwa, kandidat yang ramai di media sekarang, terbukti tidak mampu mengemban amanah hadratussyaikh, diyakini tidak bisa menjalankan isi Mukaddimah Qonun Asasi.

“Intinya, PBNU sekarang telah gagal menata organisasi. Akhirnya ribut terus. Rais Aam dengan enaknya membuat surat veto. Lalu terbit gugatan ke PN, agar Rais Aam minta maaf secara terbuka kepada warga NU. Ini semua bukan akhlaq NU,” tegasnya.

Kemudian? “Kandidat Ketum PBNU juga demikian. Pandangan nahdliyin, kalau KH Said Aqil Siradj (Kiai SAS) ada kekhawatiran berada di remote pengusaha Cina. Sehingga lebih dekat dengan Republik Rakyat Tiongkok (RRT). Sementara, kalau KH Yahya C Staquf (Gus Yaqut) ada ketakutan berada dalam remote Yahudi (Israel). Hatta (sampai) KH Marzuki Mustamar, isu yang berkembang pun berada di remote eksternal,” jelasnya.

Maka, di tengah ketidakpastian itu, jalan terbaik adalah ‘memaksa’ KH As’ad Said Ali untuk turun gunung, tampil ke depan memimpin Tanfidziyah PBNU. “PPKN telah mendengar keinginan nahdliyin.  Grass root NU itu ingin Kiai As’ad menyelamatkan NU. Dia sosok yang baik dengan semua pihak, dan tidak larut dalam agenda orang lain. Karenanya, harapan kami, suara muktamirin sejalan dengan suara warga NU,” pungkasnya. (mky)

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry