MALANG | duta.co- Potret buram sebuah desa yang identik dengan kemiskinan mulai ditinggalkan. Berbagai desa sudah mulai menunjukan kesejahteraan. Hal tersebut tak lepas dari peran BNI 46 yang begitu konsisten menjaga amanah, menggelontorkan bantuan dana untuk menggerakan badan usaha milik desa (BUMDesa), agar masyarakat pinggiran sejahtera semua.

Bentuk komitmen sebagai bank negara, BNI berupaya memberikan yang terbaik untuk masyarakat dalam hal pelayanan perbankan dan tanggungjawab sosial. Selain berorientasi pada profit juga berperan sebagai agent of development. Wujud dari hal itu semua, bank yang sudah berdiri sejak 5 Juli 1946 ini telah banyak mengucurkan dana Corporate Social Responbility (CSR), salah satunya yang diberikan pada desa Pujon Kidul.

“Kami memberikan dana tersebut dalam tiga tahap, hingga total sejumlah 600 Juta,” ungkap Kepala BNI kota Malang, Wiwi Suprihatno, di acara Diskusi Publik, Jumat (28/09).
Acara yang digelar di hotel Ubud kota Malang ini sendiri bertajuk ‘Sinergi Pemerintah, Perbankan dan Pers dalam mendorong Perekonomian Desa Melalui BUMDes’. Turut hadir, anggota DPR MPR RI, Komisi XI, Andreas Eddy Susetyo, juga Kepala Dinas Pemberdayaan Desa Kabupaten Malang, Suwadji.

Tidak ketinggalan, Kepala Desa Pujon Kidul, Udi Hantoko yang pada kesempatan tersebut banyak menuturkan pengalaman membangun desa hingga mengundang rasa penasaran wisatawan mancanegara, termasuk Presiden Joko Widodo, dengan ‘hanya’ mengoptimalkan BUMDes.

Kucuran dana sosial CSR BNI Malang sendiri benar-benar dikelolah maksimal oleh Pujon Kidul. Mereka memberdayakan potensi yang ada dan menyulap menjadi wisata alam. Susu sapi perahan yang dulu disetorkan ke pabrik, berkat dana ini, banyak industri rumah olahan kripik susu dan yogurt. Termasuk pendopo dan tanah bengkok desa yang kemudian menjelma menjadi Cafe Sawah yang mendunia.

DISKUSI : (ki-ka) Drs. Petir Pudiantoro moderator, Wiwi Suprihatno selaku CEO BNI Malang, anggota DPR Andreas Eddy serta Udi Hantoko, Kades Pujon Kidul dalam Diskusi publik peran pemerintah, media dan swasta dalam membangun desa. (duta.co/dedik ahmad)

Wiwi Suprihatno selanjutnya juga mengemukakan, “BNI selalu mendorong BUMDes sebagai soko guru perekonomian desa. Sebagai bank milik negara, yang mendapat penunjukan amanah dari pemerintah sebagai mitra badan usaha milik desa. Dimana peran BNI bukan hanya menggelontor dana, namun juga memberikan edukasi, konsultan, pengembangan, pendampingan. Hingga Pujon Kidul yang dulu desa tertinggal, kini Pendapatan Asli Desa (PADesa) mencapai 520 Juta, angka yang fantastis untuk sebuah desa!” ujarnya.

Memang, sejak 2016 lalu, BNI telah aktif mendampingi desa dalam membentuk BUMDes di seluruh Indonesia, tercatat tidak kurang dari 2.745 BUMDes sudah terbentuk. Selain itu, untuk dalam berpartisipasi dalam hal transparansi pengelolaan dana desa, bank plat merah ini juga telah membuka sebanyak 9.815 rekening kas desa.

Di Jawa Timur sebagai Piloting dengan membagikan 900 kartu tani untuk dapat subsidi pupuk. Dan akan memberikan kredit usaha rakyat dengan dan yang telah disiapkan mencapai 2 Triliun rupiah.

“Karena kami punya motto kerja, sisingkan dasi untuk membantu petani,” seloroh pria yang juga CEO BNI Malang ini.

Dalam kesempatan yang sama, anggota DPR RI, Andreas Eddy yang mengaku mulai 2015 lalu telah mengawal kebijakan penggelontoran Dana Desa (DD). Menurutnya, sumber kemiskinan ada di desa, maka sepatutnya dari desa pula dimulai pemberdayaan desa.

Acara diskusi publik ini begitu menarik, dengan moderator Drs. Petir Pudiantoro, MSi, akademisi yang mengungkapkan, semestinya acara ini masuk MURI, lantaran diliput lebih dari 100 wartawan dari berbagai media. Namun sebelum mengakhiri ia menandaskan, apalah artinya kesuksesan sebuah pembangunan tanpa blow up dari media. (dah)

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry