SURABAYA | duta.co – Pernyataan Wakil Katib Syuriah Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) DKI Jakarta, Taufik Damas, bahwa, siapa pun bisa menjadi pengurus NU, dari partai apa pun ada di dalam NU, kecuali PKS karena beda ideologi, ditanggapi mantan Pengurus Cabang GP Ansor Kabupaten Jombang, Drs H Abdul Kholiq.

Menurut Cak Kholiq, panggilan akrabnya, pernyataan itu menunjukkan berapa rendah kualitas seorang pengurus NU. Ini bukan saja karena tidak paham tentang NU, lebih dari itu, juga tidak paham tentang posisi PKS sebagai partai politik. “Kasihan! Dia jadi korban hoaks, korban buzzer. Dia tidak sadar, bahwa, dengan begitu, sama saja menyeret NU ke politik praktis. Dia juga tidak paham, tugasnya sebagai pengurus NU. Akhirnya sibuk menakut-nakuti nahdliyin dengan isu Ikhwanul Muslimin, wahabi, radikal-radikul,” tegasnya.

Seperti diketahui, hari ini ramai pernyataan Taufik Damas di media sosial. Ini terkait kepengurusan baru Nahdlatul Ulama DKI Jakarta. “SK pengurus NU Jakarta baru saja dikeluarkan. Ada beberapa orang japri saya mempertanyakan, kenapa si A bisa jadi pengurus NU? Saya jelaskan bahwa NU adalah melting pot,” tulis Taufik di Twitter pada Sabtu (19/6/2021).

Cukup? Tidak. Dia menegaskan, siapa pun sejatinya boleh menjadi pengurus NU. Meski demikian, ada yang tidak diterima menjadi pengurus NU, yakni kader PKS (Partai Keadilan Sejahtera). Ia menyebut, kader PKS tidak bisa menjadi pengurus NU lantaran memiliki perbedaan ideologi. “Siapa pun bisa jadi pengurus NU, dari partai apapun ada di dalam NU, kecuali PKS. Gak boleh, krn beda ideologi,” imbuhnya sebagaimana dikutip banyak media online, termasuk tribunnews.com.

Karuan, pernyataan Taufik ini mendapat respon beragam dari warganet. Ada yang sependapat, tidak sedikit pula yang menolak karena dinilai arogansi. Ini karena menurut warganet, banyak banyak warga NU justru menjadi kader mau pun pengurus di PKS. Bahkan menduduki posisi orang nomor satu di PKS. “Presiden PKS jebolan Buntet Pesantren, belio orang NU. Dan masih banyak lagi orang NU di tubuh PKS.” tulis Didik D Bennington.

Inilah yang, menurut Cak Kholiq, Kiai Taufik Damas perlu piknik politik. Sehingga tidak mudah termakan konten hoaks. Apalagi belakangan ini, banyak buzzer yang sengaja dibayar untuk kepentingan politik. “Selain Presiden PKS (KH Ahmad Syaikhu red) jebolan pesantren, masih banyak kader NU hebat berada di sana. Sekedar tahu, putra Pakde saya, kiai yang jauh dari politik praktis, juga menjadi penguat  PKS. Kalau PKS itu wahabi, pasti lari dia,” jelas mantan anggota DPRD Jombang dari Fraksi PDI-P ini.

Karena itu, harapnya, pengurus NU seharusnya tidak perlu larut dalam politik praktis. Apalagi, semua mafhum, PKS telah teruji politik kebangsaan dan kenegaraannya. Tanpa itu, dia tidak akan lolos sebagai Parpol. Bahwa ada buzzer yang sibuk menstigma jelek, itulah politik. “Hari ini misalnya, sedang diviralkan video yang mengisahkan kebencian DI/TII kepada NU. Ini bisa jadi, ujungnya untuk politik praktis. Menakut-nakuti warga NU melalui isu Wahabi, Ikhwanul Muslimin, HTI. Ini politik kuno. NU itu sudah memiliki puluhan Ma’had Aly dengan ribuan santri. Tidak perlu kiai yang turun, cukup santri-santri untuk mengadang mereka,” pungkasnya. (mky)

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry