FOTO : Aliansi Komunitas Sungai Brantas (AKSI BRANTAS) saat melakukan kegiatan pemantauan kualitas air di Sumber Ngasinan. (ft/Budi Arya)

KEDIRI | duta.co – Awal perjalanan menuju lokasi sumber ngasinan, Aliansi Komunitas Sungai Brantas (AKSI BRANTAS) melewati perkampungan rumah warga yang melihat banyak sampah sepanjang perjalanan menuju Sumber Ngasinan. Sesampai di area Sumber Ngasinan, Aksi Brantas melihat 3 wanita paruh baya terlihat sedang mencuci pakaian di pondasi yang berukuran 3×1 meter disisi aliran Sumber Ngasinan.

Di mana, sebuah sumber yang berada di Kelurahan Rejomulyo, Kecamatan Pesantrennya, Kota Kediri, setiap harinya digunakkan warga sebagai tempat untuk mencuci baju.

Kepada duta.co, Aliansi Komunitas Sungai Berantas melaporkan, mereka melakukan kegiatan pemantauan kualitas air. Kegiatan ini diikuti 50 peserta, meliputi 16 komunitas peduli lingkungan dari hulu hingga hilir sungai brantas.

Dalam kegiatan tersebut, ada 3 kegiatan yang dilakukan oleh komunitas diantaranya: Biotilik dan Penilaian Habitat Reparian yang bertujuan untuk memantau kesehatan sungai, dengan menggunakan indikator biota sungai seperti serangga air dan kondisi bantaran, tanaman dan pohon yang berada di lokasi.

Pemantauan Kualitas Air Fisika Kimia dan Analisis Mikroplastik bertujuan, mengukur parameter air dengan parameter (Nitrat, Nitrit, PH, TDS, Suhu dan DO) serta mengidentifikasi mikroplastik dari sampel yang di ambil dari Sumber Ngasinan.

Brand Audit Sampah Plastik bertujuan, mengetahui karakteristik sampah dan merek sampah yang mencemari Sumber Ngasinan.

Brian Pramana, Koordinator Komunitas Trash Control Community (TCC), menyatakan, kegiatan ini sangat mengedukasi. Bagaimana komunitas di beri pelatihan tentang pemantauan air dan sampah.

“Kegiatan brand audit sampah sendiri cukup menarik, karena ini pertama kalinya kami melakukan brand audit dengan menggunakan metode barcode scan yang artisnya, kita tidak perlu mencatat manual tetapi bisa langsung scaning dan hasilnya akan otomatis masuk di data base yang sudah disediakan,” ucap Brian, saat di lokasi.

Ia mengatakan hasil pemantauan biotilik dan penilaian habitat reparian. Biotilik penjabaranya, berdasarkan penghitungan sampel mikroinvertebrata yang telah diambil dari Sumber Ngasinan, memiliki Indeks Biotilik dengan SKOR 2,4 yang berarti kondisi sungai tercemar sedang.

“Karena ditemukan paling banyak family thiaridae (sumpil), Selain itu keadaan air juga bisa dipengaruhi oleh limbah rumah tangga, karena saluran air tersebut juga digunakan warga sebagai tempat untuk mencuci baju,” urainya.

Selain itu, kata Brian, penilaian habitat riparian, pengartianya, menghasilkan rata-rata skor kesehatan habitat adalah 2,7 yang menunjukkan sehat, menyediakan kondisi habitat yang beragam dan stabil untuk mendukung kehidupan biota, substrat sungai terdiri dari kombinasi pasur dan batuan beragam ukuran. Terdapat potongan kayu yang lapuk di dalam air dengam campuran substrat batuan stabil.

“Tetapi, tebing sungai dibatasi plengsengan beton, lebih dari 50% bagian sungai diplengseng. Terdapat aktivitas manusia di sekitar sungai dan sempadan sungai misalnya pembuangan sampah pembuangan limbah detergen,” ucapnya.

Kemudian, lanjutnya, dari hasil pemantauan kualitas air di ke dua lokasi. Terlihat, parameter fosfat melebihi baku muku dari angka yang sudah ditetapkan dalam PP 22 Tahun 2021 yang hanya 0,2 ppm untuk air kelas 1 mikroplastik.

“Hasil identifikasi Sampel mikroplastik diambil dari air Sumber Ngasinan mayoritas adalah jenis fiber yang lebih banyak dibanding jenis lainnya.Karena, lokasi Sumber Ngasinan digunakan sebagai tempat cuci beberapa warga Rejomulyo,” tegasnya.

Dalam kegiatan brand audit tersebut, juga menghasilkan Top Polluters. Di mana, Wings Group menjadi brand yang paling banyak ditemukan di lokasi Sumber Ngasinan dan semuanya adalah sampah sachet.

“Di mana, wilayah sekitar Sumber Ngasinan diduga belum mendapat pelayanan persampahan dari pemerintah,” tutup Brian.

Pemerintah Diminta Perbanyak TPS 3R

Sementara, Tonis Adrianto, Pegiat Zero Waste Ecoton, berharap, agar pemerintah memperluas layanan tata kelola sampah hingga ke desa- desa dan memperbanyak TPS 3R di setiap desa, dengan dukungan sarana dan prasarana persampahan yang memadai.

Tak hanya itu, dirinya juga memberikan masukan untuk pemerintah, agar memperbanyak Kawasan Bebas Sampah dengan model Zero Waste Citrus.

“Cara ini akan menekan penanganan sampah sejak dari sumber atau rumah tangga. Hal ini, bisa menjadi solusi pengelolaan sampah secara mandiri di skala desa/kelurahan agar sampah terkelola dengan baik dan benar sehingga tidak bocor dan mencemari sungai,” harapnya. (bud)

Brand Audit Sampah Plastik Hasil Brand Aidit

Jumlah total sampah yang berhasil dikumpulkan 382 Pieces sampah.

Presentase Top Polluters
1. Wings 48%
2. Unilever 11%
3. P&G 6%
4. Garuda Food 4%
5. Richeese 3%
6. Orang Tua 3%
7. Indofood 2%
8. Unicharm 2%
9. Kaldu Sari Nabati 2%
10. Mayora 2%
11. Lain-Lain 17%

Sumber : Aksi Brantas