Ilustrasi (dok)

KEDIRI | duta.co – Kembali terjadi, kasus pencabulan di Kota Tahu Tahu sebutan familier bagi Kota Kediri. Korbanya, diduga menimpa 8 pelajar di Kota Kediri yang kesemuanya masih duduk di bangku SMP. Kondisi ini, menyita perhatian Komisi C DPRD Kota Kediri, hingga menyatakan prihatin dengan kejadian tersebut.

Ketua Komisi C DPRD Kota Kediri, Sunarsiwi Ganik Pramana, mengatakan bahwa, pihaknya sangat prihatin dengan kasus pencabulan anak yang masih terjadi di Kota Kediri.

“Memang, Rapat Dengar Pendapat (RDP) dalam menyikapi Kasus pencabulan kami gelar baru-baru ini dikakukan secara tertutup. Tujuanya, agar para korban terlindungi. Bahkan, kami juga mewanti-wanti Dinas terkait, yakni DP3AP2KB intens menyikapi permasalahan in,i” kata Ganik, saat dihubungi, Selasa (31/1).

Menurutnya, DP3AP2KB dinilai sangat berperan dalam memberikan edukasi perihal permasalahan tersebut, melalui Satuan Tugas (Satgas) PPA yang berada di tingkat Kecamatan maupun Kelurahan. Seberapa jauh perannya?

“Kami sampai sempat menegur, apakah kekurangan anggaran yang diperuntukkan bagi Satgas? Kalau ya, kami akan berupaya menambah. Bukan hanya itu, lini Dinas Pendidikan juga kami imbau melalui masing-masing Kepala Sekolah, agar melakukan sosialisasi bagi para wali murid, supaya masalah ini bisa di waspadai dan tidak terulang,” tandasnya.

Dihubungi terpisah, Kepala DP3AP2KB Kota Kediri, Sumedi, menyatakan, Satgas PPA tugasnya memang melakukan sosialisasi di masyarakat dan fungsi pencegahan. Ini yang terus digalakkan sampai sekarang.

“Masing-masing Satgas PPA di tiap Kelurahan berjumlah 4 orang. Jumlah ini sebenarnya dirasa minim dan perlu penambahan relawan di lapangan,” ucap Sumedi.

Ditanya perihal minimnya anggaran, Sumedi mengakui hal tersebut. Karena beberapa waktu lalu, pembayaran Satgasus PPA, Rp 100 ribu per orang tiap bulanya, sempat terkendala lantaran refocusing Covid-19.

“Kalau membahas anggaran kurang ya kurang untuk Satgas PPA. Sifatnya khan bukan gaji, melainkan transport. Tapi, apakah mungkin ditambah ? Karena, refocusing anggaran juga diprioritaskan untuk pemulihan ekonomi,” akunya.

Meski demikian, kata Sumedi, pihaknya juga melakukan langkah pendampingan guna memulihkan psikologis Korbanya. Hal ini dirasa penting sekali untuk tumbuh kembang anak ke depannya.

Sementara, Pelaksana tugas (Plt) Kepala Disdik Kota Kediri, Marsudi, membenarkan bahwa telah terjadi kasus pencabulan pada anak-anak yang masih pelajar.

“Memang ada pencabulan dialami oleh anak-anak SMP di Kota Kediri. Tapi kejadiannya tidak dilakukan di lingkup sekolah. Melainkan di luar jam dan bukan di area sekolahan,” kata Marsudi, ketika dikonfirmasi, Selasa siang (31/1).

Meski di luar lembaga pendidikan, pihaknya tetap melakukan beberapa hal sebagai evaluasi dan pembenahan. Salah satu nya, dengan berkoordinasi dengan semua pihak untuk memberikan pendidikan masyarakat.

“Ya kami akan intens berkoordinasi lagi dengan pihak Kepala sekolah,KONI dan komunitas seni. Agar lebih bijaksana dalam hal pelatihan anak didik,” kata Marsudi.

Selain itulah, disdik akan lebih intensif berkomunikasi dengan pihak orang tua. Sebagai langkah preventif agar tidak terjadi hal yang serupa.

“Orang tua harus lebih mengawasi lagi anak-anaknya saat berada di luar lingkungan sekolah,” harapnya.

Sekedar diketahui, diduga ada dua kasus pencabulan yang terjadi baru-baru ini. Yang pertama, pencabulan yang dilakukan pelatih jaranan kepada anak didiknya.

Diduga, tujuh korban itu semuanya anak laki-laki. Sedangkan, pelaku juga seorang laki-laki. Akibat kejadian itu, semua korban mengalami trauma berat.

Kemudian, kasus kedua diduga menimpa atlet basket. Korbannya, diduga siswa perempuan salah satu SMP negeri di Kota Kediri. Pelakunya juga sang pelatih. Kini, kasusnya ditangani pihak Kepolisian. (bud)

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry