Webinar 'Menangkap Momentum HAN 2020 sebagai Starting Point Memviralkan Gerakan Perlindungan Anak'

PONOROGO | duta.co – Peringatan Hari Anak Nasional pada 23 Juli mendatang dipastikan bersamaan dengan pandemi Covid-19. Peringatan hari bahagia itu tetap bisa dilakukan walau dengan cara yang lain. Yang menyedihkan, lebih dari 1.137 anak di Jawa timur dilaporkan terkonfirmasi Covid-19, dengan tingkat kesembuhan 40 persen. Untuk itu diperlukan peran media massa dalam kampanye pemenuhan hak-hak anak di masa pandemi ini.

Sebab media dianggap memiliki peran sentral untuk memberi edukasi kepada masyarakat utamanya dalam pemenuhan hak anak di masa pandemi. Media diharapkan menjadi agen atau  berperan dalam sentral dalam kampanye menyiapkan mental anak dan melakukan edukasi pada anak di masa pandemi ini.

Hal ini disampaikan oleh Kepala  Dinas P3AK Provinnsi Jawa Timur, Andriyanto, saat menjadi nara sumber webinar Menangkap Momentum HAN 2020 Sebagai Starting Point Memviralkan Gerakan Perlindungan Anak oleh para pihak, Selasa (21/7/2020).

Dalam webinar yang diikuti oleh 36 wartawan dari media mainstream se Jawa Timur dan Kepala Dinas P3A se Jawa Timur ini, Andriyanto berharap momen ini sangat tepat untuk melakukan kampanye itu.

“Ini momen yang tepat. Peranan media sangat penting dalam kampanye pemenuhan hak-hak anak di masa pandemi ini. Bisa dibayangkan, salah satu contoh dari data yang ada hingga tanggal 15 Juli 2020, jumlah anak-anak di Jawa Timur yang terkonfirmasi positif Covid-19 mencapai angka 1.137 anak, dimana 3 diantaranya meninggal dunia dan dengan tingkat kesembuhan mencapai 40,4 persen,” ujar Andriyanto.

Menurutnya, jumlah 1.137 anak tersebut sama dengan 6,6 persen dari total jumlah kasus terkonfirmasi positif di Jawa Timur. Jumlah itu dibagi menjadi 1,7 persen untuk anak usia 0-5 tahun, serta 4,9 persen untuk anak usia 6-17 tahun.

Selain Covid-19, angka kekerasan anak dan perempuan yang terjadi selama masa pandemi , menurut data yang DP3AK Provinsi Jawa Timur, terdapat 699 laporan kekerasan terjadi pada perempuan dan anak di Jawa Timur. Ini terjadi hingga 16 Juli 2020 . Dimana 40,6 persen diantaranya berupa kekerasan seksual, diikuti kekerasan fisik dan psikis.

“Dengan lokasi terbanyak dilaporkan terjadi di rumah tangga, fasilitas umum, tempat kerja dan sekolah. Ini sungguh mengenaskan. Ini yang harus disuarakan oleh para pihak. Terutama oleh teman-teman media, agar masyarakat dapat diedukasi secara benar,” tegas Andriyanto.

Winny Isnaeni, Direktur Lembaga Perlindungan Anak (LPA) Tulungagung juga mengungkapkan hal yang sama. Salah satu isu perlindungan anak yang saat ini marak terjadi dan seringkali masih diabaikan dampaknya ialah isu kekerasan (termasuk di dalamnya kekerasan berbasis gender), eksploitasi, kesehatan mental anak, dan penelataran anak.

“Kasus kekerasan berbasis gender masih sering dianggap tabu oleh masyarakat karena pengaruh budaya dan lingkungan masyarakat. Ini yang kemudian menyebabkan kasus yang banyak terjadi tidak terungkap dan tidak ada penanganan maupun respon terhadap korban. Jika tidak dicegah dan ditangani dengan baik, kasus kekerasan dapat berdampak bagi korban,” jelas Winny.

Menurutnya, salah satu peran para pihak dalam mendukung media adalah memberikan asupan informasi untuk membangun pesan kepada masyarakat dalam berpartisipasi memberikan hak kesejahteraan dan perlindungan anak. Sebab keluarga dan masyarakat merupakan sumber daya yang besar dan dekat dengan anak.

Maka media yang dipercaya  informasinya oleh publik memiliki posisi strategi untuk menguatkan keluarga dan masyarakat agar lebih melindungi anak yang menjadi tanggung jawabnya.  “ Keberhasilan suatu program pemerintah tidak bisa lepas dari peran media mainstream untuk menyebarluaskan perencanaan, pelaksanaan, dan capaian yang sudah dihasilkan. Dengan penyebarluasan isu yang dilakukan oleh media dapat membentuk persepsi publik dan aksi publik kedepannya,” pungkas salah satu Fasilitator Nasional Sistem Perlindungan Anak itu. sna

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry