SURABAYA |duta.co — PT SRC Indonesia Sembilan (SRCIS) dan Pemerintah Kota Surabaya, Jawa Timur memiliki komitmen yang sama untuk mengembangkan toko kelontong lokal agar lebih adaptif dan inovatif.

SURABAYA |duta.co — PT SRC Indonesia Sembilan (SRCIS) dan Pemerintah Kota Surabaya, Jawa Timur memiliki komitmen yang sama untuk mengembangkan toko kelontong lokal agar lebih adaptif dan inovatif.

Komitmen ini diwujudkan melalui kolaborasi strategis dengan menghadirkan program Sinau Kelontong Suroboyo (SKS) yakni program berkualitas dan berkelanjutan yang ditujukan untuk para pelaku UMKM khususnya toko kelontong. Program ini diharapkan dapat menggerakkan ekonomi daerah di wilayah tersebut.

Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi memberikan apresiasi terhadap kerjasama yang dilakukan kedua belah pihak. Menurut Eri, kolaborasi dengan PT SRCIS perlu dilakukan sehingga ada pendampingan toko kelontong dan adaptif terhadap kemajuan teknologi yang ke depan akan sangat berpengaruh pada sisi penjualan.

“Jika nanti toko kelontong sudah diedukasi dan ditata rapi, insyallah mereka akan lebih hebat lagi dari sekarang. Bahkan, ia berharap nanti ke depannya toko kelontong di Surabaya bisa menjadi tempat yang nyaman bagi warga Kota Surabaya dalam berbelanja,” kata Eri.

Dalam proses edukasi terhadap pelaku UMKM di Surabaya, SRCIS akan melakukan pendampingan langsung kepada UMKM toko kelontong dengan tujuan meningkatkan bisnis lewat pemanfaatan teknologi dan digitalisasi. SRCIS akan berperan sebagai pendamping para toko kelontong lokal untuk siap beradaptasi dengan perkembangan zaman dan kebutuhan konsumen di era digital.

Direktur PT SRCIS Rima Tanago menjelaskan situasi pandemi memberikan pelajaran untuk semua industri dan lini kehidupan agar bergerak taktis dan dinamis, tidak terkecuali toko kelontong sebagai bagian dari Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM). Kebutuhan untuk beradaptasi dengan cepat dan dukungan inovasi teknologi sangat diperlukan untuk mendorong ekonomi daerah dan pada akhirnya berkontribusi pada ekonomi nasional.

“Kolaborasi dan inovasi yang kami lakukan bersama Pemkot Surabaya akan menjadi tonggak sejarah bagi keduanya. Melalui program berkelanjutan seperti SKS ini diharapkan dapat mendorong toko kelontong di wilayah tersebut untuk bisa lebih maju dan berkembang,” jelas Rima.

Rima menyatakan dalam proses kerjasama tersebut, para pelaku UMKM toko kelontong akan diberikan edukasi, pembinaan, dan pendampingan sehingga mereka bisa memberikan sebuah keputusan tepat dalam hal berbisnis, terutama ketika menghadapi situasi krisis sekalipun.

Selain itu para pedagang kelontong akan mendapatkan transfer knowledge mengenai inovasi teknologi yang dapat diaplikasikan untuk mendukung aktivitas ke depan.

Berdasarkan data Kementerian Koperasi dan UKM pada Juli 2021 hanya sebanyak 15,3 juta UMKM di Indonesia atau 23,9 persen dari total UMKM yang sudah melakukan digitalisasi.

“Untuk itu jumlah UMKM yang go digital harus terus didorong agar seluruh UMKM di Indonesia naik kelas ke level selanjutnya, dan SRCIS dan Pemkot Surabaya memiliki niat yang sama untuk berkontribusi dalam hal ini,” kata Rima.

Apalagi, digitalisasi sudah terbukti dapat menyelamatkan UMKM dari masa-masa krisis. Laporan Bank Indonesia (BI) menyebut digitalisasi telah menyelamatkan 12,5% pelaku UMKM dari kebangkrutan selama pandemi. Digitalisasi juga memperkuat ketahanan UMKM selama masa pandemi COVID-19 dan pemulihan ekonomi.

Disampaikan oleh Rima, implementasi program Sinau Kelontong Suroboyo nantinya berupa edukasi dan pembinaan usaha untuk para pelaku toko kelontong di Surabaya.

Pelaku UMKM bisa mendapatkan berbagai ilmu dari kelas-kelas edukasi, khususnya dalam membangun dan mengembangkan bisnis toko kelontong. Adapun kerjasama ini dilakukan dalam beberapa tahap. Tahap pertama akan dijalankan di 12 kecamatan di Surabaya, kemudian akan dilakukan evaluasi dan diskusi untuk tahapan selanjutnya. ril/end

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry