Drs. Soedijatmiko, M.M, Ketua Yayasan Wijaya Kusuma Surabaya mencoba memainkan salah satu alat musik gamelan yang sudah berusia ratusan tahun peninggalan Kerajaan Majapahit, Senin (6/1/2020). DUTA/endang

SURABAYA l duta.co – Universitas Wijaya Kusuma Surabaya (UWKS) menerima sertifikat MURI dengan Tetenger Candi Angka Tahun Penataran terbanyak di Indonesia.

Acara penyerahan sertifikat MURI digelar di Pelataran Miniatur Candi Penataran kampus UWKS Senin (6/1/2020) malam.

Kampus ini dianugerahi sertifikat MURI karena menjadi kampus budaya Kemojopahitan. Kampus ini memiliki jumlah replika Candi Angka Penataran terbanyak di Indonesia dengan jumlah bangunan empat dimensi sebanyak 10 bangunan.

Relief dua dimensi sebanyak 100 buah, foto dan gambar satu dimensi sebanyak 300 buah dan gambar yang menempel di almamater dan topi sebanyak 10.000 buah.

“Dengan sertifikat ini kami berharap UWKS menjadi kampus yang berwawasan budaya yang melestarikan nilai-nilai kemojopahitan,” ujar Ketua Yayasan Wijaya Kusuma Surabaya, Drs. Soedijatmiko, M.M.

Sertifikat ini jelas sebuah kebanggaan bagi UWKS. Karena dengan ini, semakin memperkokoh UWKS sebagai kampus budaya.

Sebelumnya Direktorat Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan Kementerian Ristek dan Dikti merekomendasi kampus ini untuk menjadi kampus berwawasan budaya kemojopahitan yang ditetapkan pada 10 September 2019 lalu.

Acara penyerahan sertifikat muri ini dibuka dengan Tari Bedoyo yang merupakan tarian khas Majapahit kemudian disambung dengan penampilan wayang kulit dengan lakon Babad Alas Tarik Berdirinya Kerajaan Mojopahit.

Gamelan Majapahit merupakan salah satu peninggalan bersejarah Indonesia. DUTA/endang

Dalangnya adalah Ki Sabdho Sutedjo atau Tee Boen Liong, alumni Fakultas Ekonomi dan Bisnis  UWKS angkatan 1984 yang merupakan salah satu murid alharhum Ki Narto Sabdo.

Uniknya, penampilan tarian dan dalang ini diiringi oleh gamelan asli dari zaman Majapahit yang kini menjadi milik  seorang kolektor benda seni asal Surabaya, Yohanes Wong.

Seperangkat gamelan yang dibuat sekitar 1200 tahun lalu itu sejak 1995 sudah tidak pernah dimainkan. Ini kembali dimainkan atas persetujuan yang pemiliknya yang sengaja hadir langsung di acara yang digelar UWKS.

“Kita mendukung setiap kegiatan apapun yang memajukan kebudayaan Indonesia. Termasuk di kampus ini. Karena Universitas Wijaya Kusuma ini merupakan kampus Kemojopahitan, maka saya rela gamelan bersejarah ini dibuka dan dimainkan,” jelas Johanes Wong.

Gamelan yang terdiri dari 30 macam alat itu masih terawat dengan baik. Karena Johanes Wong memang sengaja menyewa orang untuk merawatnya. end

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry