JOMBANG | duta.co – Sinergitas atau jaring kerjasama antarcivitas akademika, sudah menjadi barang wajib. Untuk itu, Universitas Hasyim Asy’ari (UNHASY) Tebuireng, Jombang, terus melebarkan sayap. Baru-baru ini digelar kunjungan ke Universitas Wahid Hasyim (UNWAHAS), Semarang dan Universitas Sultan Agung (UNISSULA) dalam rangka kerjasama Tri Dharma Perguruan Tinggi.

“Ibaratnya, ini kunjungan orangtua (Hadratussyaikh KH M Hasyim Asy’ari) kepada putranya, Universitas Wahid Hasyim (UNWAHAS). Selain itu, kami (UNHASY) juga mengunjungi Universitas Sultan Agung (UNISSULA), sekaligus sebagai kunjungan balasan,” demikian disampaikan Wakil Rektor III UNHASY, Dr H Miftahur Rohim, MA kepada duta.co, Jumat (18/6/21).

Menurut Dr Mif, panggilan akrabnya, sinergitas antarcivitas akademika sekarang ini, sudah menjadi keharusan. Ini kalau kita benar-benar ingin menjawab tantangan masa depan. Termasuk sinergitas dalam pengembangan konsep ASWAJA (Ahlussunnah wal Jamaah) an-Nahdliyah.

“Kita akan mendirikan ASWAJA CENTER di UNHASY TEBUIRENG. Ini nanti akan menjadi rujukan seluruh LPTNU (Lembaga Perguruan Tinggi Nahdlatul Ulama). Ini penting guna menjawab masifnya gerakan radikal, seperti tuntutan berdirinya negara khilafah, penolakan Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika. Kita tidak bisa menyerahkan seluruhnya kepada pemerintah, maka, dunia pendidikan, khususnya kampus-kampus NU harus bangkit menjawab semua ini,” tegasnya.

Apalagi, jelas Dr Mif, merujuk hasil riset terhadap pelaku teror atau teroris, ini menunjuk angka 47,3 % berada di kisaran umur 21-30, “Artinya dunia kampus harus tetap diwaspadai, diawasi, dijaga, dicermati soal pendidikan dan kegiatan mahasiswa yang mengarah kepada radikal. Begitu pula para dosennya, harus terpilih, mampu meluruskan pemahaman yang keliru itu,” terangnya.

Masih menurut Dr Mif, dengan UNWAHAS dan UNISSULA, pihaknya sudah mendiskusikan banyak hal, selain pendidikan tentu penelitian dan pengabdian masyarakat. Dalam pendidikan, dibahas bagaimana bisa merealisasikan kampus merdeka dan merdeka belajar sebagai kampus yang mempunyai hubungan erat,  baik dari sisi nama maupun visi dan misi yang tidak bisa dipisahkan.

Seperti kita tahu, UNHASY diambil dari nama almaghfurlah KH M Hasyim Asy’ari sebagai bapak, sementara Universitas Wahid Hasyim (UNWAHAS) diambil dari nama KH Wahid Hasyim, sebagai putranya. “Keduanya sebagai ulama dan pahlawan nasional. Karenanya semangat perjuangan serta ideologi keagamaan, kebangsaan dan kenegaraan, harus menjadi inspirasi dan dasar civitas akademika dan para mahasiswa dalam menghadapi globalisasi dan digitalisasi,” jelasnya.

Dalam pertemuan, juga didiskusikan bagaimana reaktualisasi dan revitalisasi konsep ASWAJA melalui pemikiran kedua tokoh bisa direalisasikan melalui muatan lokal dalam pembelajaran,  sekaligus menjadi inspirasi dan dasar dalam kehidupan berbangsa dan bernegara di tengah globalisasi dan digitalisasi, sekaligus menghadapi gerakan ekstrem radikal dan liberal.

Disepakati pula kerjasama mengadakan International Conference on Islamic Civilization merupakan agenda dua tahun sekali, melibatkan berbagai negara dan UNHASY sebagai host dalam international conference. Tujuan seminar untuk menggugah akademisi menulis tentang Islamic of civilization yang output-nya akan dimuat di journal nasional dan  internasional terindek journal secoups.

Di samping itu akan menaikkan nama Perguruan Tinggi (Indonesia) melalui penerbitan journal Scopus, karena kemajuan suatu negara di antaranya adalah sejauhmana dinamika penulisan para akademisi menerbitkan journal terindek scopus. “Di sini sinergitas menjadi amat penting,” pungkasnya. (mky)

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry